Bab 30

3 0 0
                                    

"Tenang aja, bu Sukma gak masuk hari ini, kalian terlalu sibuk ngobrol sampai gak lihat grup" ujar Doni, si ketua kelas yang sedari tadi sibuk dengan laptopnya pun ikut menimpali.

"Anak bu Sukma kecelakaan, jadi beliau ke rumah sakit, gak ada salahnya kita lanjut bahas ini" imbuh Doni sambil tertawa mengejek ke Zeline, disambut anggukan anak-anak lain.

"Kamu tenang aja Zel, kalau kamu takut anak-anak bakal mikir masalah penilaian akhir yang gak objektif karena kamu kenal pak Ahmad, beliau dari awal menegaskan kalau masalah penilaian 100% dari pak Malik, pak Malik juga kan udah bilang kalau kita semua bakal dapet nilai A, asal kumpul tugas, ikut UTS UAS, ya walaupun kalau nasibnya yang ngasih revisi pak Ahmad ya dipersulit, tapi yang penting nilainya enggak kan" imbuh Retno.

"Ok, maaf udah bohong ke kalian semua, aku emang kenal kak Ahmad, eh pak Ahmad, beliau ketua komunitas mengajar anak jalanan, dan aku ikut komunitas itu" jelas Zeline.

"Rekan komunitas sampe makan berdua di cafe?" tanya yang menjadi saksi mereka.

"Waktu itu abis rapat dan udah kemaleman, jadi kak Ahmad nganterin aku pulang" diliriknya teman-temannya yang sekarang sedang menahan tawa.

"Kak Ahmad bilang kalau dia laper, jadi ya aku ngikut aja" imbuh Zeline panik melihat wajah salah paham teman-temannya.

"Ouh iyaaa, rekan komunitas yang kebetulan pulangnya searah dan laper di jalan, jadi nyari makan deh" ejek mereka, berkata dengan mendayu-dayu.

"Nah gitu kan enak, kenapa pakek bohong segala" ucap Retno.

"Tapi kalau gak cuma sebatas temen komunitas, gak wajar sih sampe makan berduaan doang" imbuh Retno.

"Ya emang cuma temen komunitas kok" jawab Zeline mencoba meyakinkan.

"Iya, iya, cuma temen komunitas, udah lah guys, nanti kalau denger kabar spesial ya pura-pura kaget aja" ujar salah seorang teman, lalu mereka semua meninggalkan Zeline sembari tertawa terbahak-bahak.

Zeline hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung dan panik, takut jika dia akhirnya keceplosan bahwa Ahmad sudah menyatakan perasaannya, jam sudah menunjukkan pukul 09.00, sebentar lagi dzuhur dan dia harus menemui Ahmad yang semalam dia cueki. 

Dengan langkah gontai, Zeline memutuskan untuk menemui Ahmad. Toh dia juga hanya akan menyerahkan tugasnya, lalu keluar ruangan, apa yang susah dari itu. Ditatapnya pintu yang tertutup dengan penuh kebimbangan, maju atau tidak, namun tak mungkin Zeline menyerah untuk mengumpulkan tugas yang sudah dengan susah payahnya dia kerjakan.

"Bismillah" ucapnya lirih.

"Assalamualaikum" ucapnya lagi sambil mengetuk pintu didepannya.

"Waalaikumsalam, silakan masuk" jawab yang di dalam.

Dengan penuh kehati-hatian, seperti sedang menggendong bayi yang bisa terjatuh kapan saja jika dia lengah, akhirnya Zeline membuka pintu tersebut.

"Maaf pak, saya ingin mengumpulkan tugas pak Malik" ucap Zeline ketika sudah berdiri tepat di depan meja kak Ahmad.

"Oh iya, taruh saja disini" jawab yang diajak bicara tanpa mengangkat kepalanya, entah tahu atau tidak jika orang yang sedang mengajaknya bicara adalah perempuan yang dia temui tadi malam.

"Baik pak, terima kasih, assalamualaikum" ucap Zeline sembari membalikkan badannya bersiap keluar dari ruangan mengerikan itu.

"Siapa saja yang belum ngumpul tugas pak Malik?" tanya Ahmad mengangkat kepala dan menatap Zeline.

"Hanya saya pak" jawab Zeline menatap Ahmad, mata mereka bertemu beberapa detik, tatapan mata Ahmad begitu datar, Zeline tidak tahu apa arti tatapan tersebut.

"Ok" ucap Ahmad.

"Kamu masih marah sama saya?" imbuhnya sebelum Zeline sempat memegang gagang pintu untuk keluar.

"Maaf pak, sikap saya semalam sangat tidak dewasa" ujar Zeline menunduk.

"Kok jadi kamu yang minta maaf, saya yang salah" jawab Ahmad tegas.

Sebelum Zeline sempat menjawab Ahmad, terdengar ketukan pintu yang berhasil membuyarkan ketegangan mereka.

"Assalamualaikum" ucap yang di luar.

"Masuk" jawab Ahmad setelah menggumamkan jawaban salam.

"Maaf pak, ada apa ya?" ujar Doni setelah berada tepat di samping Zeline.

"Oh ini, saya dapat amanah dari pak Malik buat jelasin revisi tugas kalian, kata beliau kalau tidak dijelaskan kalian akan bingung"

"Teman kamu lengkap?" imbuh Ahmad.

"Lengkap pak" jawab Doni, setelahnya dia melirik Zeline sambil tersenyum penuh makna.

Zeline bingung harus bagaimana, apakah dia meminta izin keluar saja, tapi rasanya tidak sopan jika dia menyela pembicaraan mereka berdua.

"Mmmm, Doni bisa keluar dulu, kalian tunggu sebentar, saya perlu bicara dengan Zeline" ucap Ahmad dengan entengnya, dia bahkan tidak berpikir bagaimana tanggapan anak-anak terhadap mereka, teman-temannya pasti akan menyerbunya dengan berbagai pertanyaan.



Because I'm StupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang