Tragedi Tengah Malam

242 28 8
                                    

Yuu langsung aja cuss...

Gue gatau ini cinta atau bukan,  pokoknya lo nggak boleh centil sama orang lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gue gatau ini cinta atau bukan,  pokoknya lo nggak boleh centil sama orang lain


Setelah setengah jam, akhirnya Gea tersadar. Semua orang terlihat menghela nafas. Di samping gadis itu ada Nanda dan teman-temannya. Sejak pingsan Nanda terus mengoleskan minyak kayu putih, Nanda juga yang mengelap keringat di wajah Gea. Keadaan Gea tidak terlalu parah, Agam sudah mendatangkan dokter, gadis hanya masih syok. Sejak kecil Gea tidak pernah di bawa kebut-kebutan.

Vina hanya menatap Gea, sedikit iba, namun ia tetap diam. Sama sekali tidak mengucapkan satu kata pun. Sedikit bingung, ia tidak membenarkan tindakan Agam, namun ia juga tidak bisa menyalahkan sahabatnya, dan ia rasa Gea salah. Gadis itu berselingkuh dengan Sean.

"Nda aku mau pulang," pinta Gea sambil menarik tangan sahabatnya. Dengan waspada ia melihat sekeliling, takut jika Agam masih ingin menghukumnya.

"Iya bentar, gue beresin dulu barang lo," Ucap Nanda menenangkan, ia berjalan ke arah meja. Membereskan semua barang, termasuk ponsel dan dompet. Perlahan Gea bangun dari sofa, kepalanya masih terasa pusing.

"Ayo Nda, pulang sekarang," Ucap Gea sedikit memelas.

"Nda, Gea, kita pulang duluan ya, gue udah ditelpon bokap." Ucap Vina.

Setelah berpamitan, Vina, Maya, Aira dan Darra pulang duluan. Mereka diantar Fadly dan Fathan, karena di jam-jam seperti ini banyak begal berkeliaran. Para lelaki juga tidak ingin disalahkan jika terjadi sesuatu yang buruk terhadap Vina dan teman-temannya.


***

Nanda berjalan keluar terlebih dahulu, sementara Gea di belakang menggenggam tangan Nanda. Saat membuka pintu Gea dikejutkan dengan Agam dan Tomi yang sedang duduk di kursi teras sambil merokok.

Segera Gea menghentikan langkahnya, seolah enggan bertemu dengan Agam. Nanda menatap Gea seolah-olah meyakinkan. Tetap saja Gea merasa tidak tenang. Agam tidak bisa ditebak, bahkan ia tidak pernah berpikir akan diperlakukan seperti ini oleh pacarnya.

Cukup lama Agam menatap Gea yang  ketakutan. Amarah, kecewa, rasa bersalah masih terlihat dari sorot matanya. Namun Agam seperti enggan untuk meminta maaf,  gengsi yang setinggi mount Everest mengalahkannya. Ia tidak ingin gadisnya ini menjadi besar kepala. Tunggu, gadisnya ? Sejak kapan Agam mengklaim Gea sebagai gadisnya  ?


Agam mendekat satu langkah,  ia mengulurkan tangannya, "ayo pulang, gue anter."

Gea melirik ke arah Nanda sambil menggelengkan kepalanya pelan. Melihat itu lagi-lagi Agam ingin memaksa Gea, menarik gadis itu ke dalam mobilnya. Kenapa Gea menjadi seperti ini ? Seolah tidak ingin berduaan dengannya ? Harusnya ia yang bersikap seperti itu.

Flavours (REVISI)Where stories live. Discover now