10.

891 84 7
                                    

Devon meraba nakas di samping ranjangnya, mencari ponsel yang dari tadi berbunyi menganggu tidurnya yang nyenyak. Dia berdecak, dirinya kira ada hal penting. Ternyata hanya alarm yang berbunyi.

Cowok itu lantas mengernyit, seperti ada suara-suara aneh di luar. Devon dengan sigap langsung memakai kausnya, kemudian keluar kamar. Dari lantai dua dirinya bisa melihat Ellena yang mondar-mandir.

“Ekhm!”

Cewek itu terhenyak ketika mendengar suara deheman keras dan berat Devon. Ellena menggigit jari, apakah dirinya mengganggu tidur cowok kejam itu? Bagaimana kalau sebentar lagi ia mengalami hal yang sama seperti kemarin malam?

Ellena bergerak menjauhi Devon, saat lelaki itu menuruni tangga dengan gaya cool. Iblis macam apa cowok itu?

Devon mengangkat alisnya melihat Ellena yang terbengong melihat dirinya.

“Lo ngapain?” tanya Devon. Ia bersedekap menunggu jawaban dari gadis itu.

“Gu-gue lapar,” cicit Ellena seraya menunduk.

Devon mengangguk, “bahan makanan ada di kulkas. Lo bisa buat terserah lo, tapi itu gak gratis.” peringat Devon.

“Maka dari itu...lo harus bebasin gue, supaya gue gak ngerepotin di sini.” Ellena meremas tangannya sendiri, dirinya harus keluar dari penjara megah ini, harus!

“Lo gak inget ucapan gue semalam? Lo.Gak.Akan.Keluar.Dari.Sini. Tanpa izin dari gue,” ucap Devon penuh penekanan. “Cukup ikutin semua perintah gue dan lo gak akan mati kelaparan.” Devon berjalan melewati Ellena, dengan sengaja ia menabrakkan pundaknya pada Ellena hingga gadis kurus itu terhuyung.

Ellena terdiam. “Dapur mana dapur?” gumamnya bingung.

-o0o-

Sosiopat itu mengoleskan mentega pada roti, ia menatap tajam pisau yang dirinya gerakkan perlahan di atas permukaan roti.

Sret.

Tangannya terluka, darah seketika menetes mengenai roti tawar itu. Namun Devon malah tersenyum dan memakan roti tersebut.

Roti mentega campur darah, menurutnya makanan ini layak mendapatkan lima bintang Michelin. Devon meminum susu cokelat buatannya sendiri sambil mengetukkan kakinya ke lantai.

“Em, anu....”

Devon menghentikan ketukan kakinya, ia diam.

“Gue mau buat sarapan,” lanjut Ellena. Ia sangat curiga apa motif penculikan dan penyiksaan ini. Kenapa penculiknya ini berbaik hati memberikan kamar dengan fasilitas hotel juga membebaskan dirinya untuk makan.

“Hm.” Devon berdiri lalu pergi dari dapur begitu saja.

Ellena tak ambil pusing, perempuan itu lantas langsung mencari bahan masakan di kulkas. Ia tercengang, isi kulkas ini penuh sekali. Dirinya kira cowok itu bukan tipe orang yang rajin mengisi amunisi perut. Apalagi penculiknya itu tinggal sendirian di rumah besar ini.

Gadis itu menggeleng, kemudian memutuskan untuk memasak satu porsi mi rebus ditambah dengan irisan sawi dan beberapa cabai. Ia membawa mangkuknya ke tempat di mana cowok tadi duduk.

“Hah....” Ellena menghembuskan napas sehabis menghirup sebentar aroma mi instan. Suapan pertama akan meluncur, tetapi gagal sebab kedatangan cowok itu.

Ellena terpaku, yang menculiknya adalah... anak SMA! Berarti kemungkinan cowok itu sepantaran dirinya.

“DEV... DEVON.”

Devon pergi membukakan pintu, membiarkan sahabatnya masuk membawa beberapa paper bag.

“Lo mau cosplay jadi cewek?” tanya Jovan. Soalnya tidak ada badai dan tsunami, sosiopat itu tiba-tiba memintanya untuk membeli keperluan perempuan yang dirinya tidak tahu sama sekali. Alhasil, bertanya kepada internet juga pegawai mall adalah jalan ninja-nya.

“Gak,” balas Devon.

“BTW, kalau barangnya keliru jangan salahin gue. Kenapa lo gak minta Kayrani aja?”

“Gak bisa.”

Jovan berjalan menuju dapur, “gue minta minum, ya? Oh, iya... kenapa lo....” Jovan berhenti. Ia menghirup udara banyak-banyak. “Lo umpetin cewek mana, Dev!”

-o0o-

Kayrani sekali lagi mengecek jam di tangannya, lima belas menit lagi bel sekolah akan berbunyi. Namun Devon belum datang juga. Ia mengeluarkan ponsel dari tasnya, ketika akan mendial nomor pacarnya itu, terhenti karena suara klakson mobil di depan pagar rumahnya.

Buru-buru Kayrani berlari mendekati mobil Devon. “Kenapa lama?” tanya Kayrani sesudah Devon membuka pintu mobil sebelahnya.

“Morning, Kay!”

Refleks gadis itu menoleh ke belakang, “loh, Jov? Tumben nebeng Devon.”

“Gue tadi disuruh Devon buat....”

Devon batuk. Sengaja, untuk menghentikan Jovan bicara.

Jangan-jangan Kay belum tau kalau Devon selundupin cewek di rumahnya. Pikir Jovan dalam hati.

“Buat apa, Jov?” Kayrani meminta jawaban.

“Buat benerin genteng bocor,” sahut Devon.

Karena itu, dia gak bisa tanya sama Kayrani! Soalnya takut ketahuan?! Jovan masih bergelut dengan batinnya.

“YA DEWA!”

Devon dan Kayrani terkejut saat Jovan berteriak. Kay melihat ke belakang, terlihat Jovan yang merentangkan kedua tangan dan menggeliatkan tubuhnya.

“Lo kenapa, Jov?”




TBC.

Judulnya apa enaknya? Ku gatau hehehe....😉 Ada yang punya ide? Tuangkan.

WANTED ✓Where stories live. Discover now