Bab 10 - Terlambat

16.2K 2.9K 143
                                    

Karina terbangun di tengah malam, dia merasa kepalanya sakit, bdan tubuhnya menggigil kedinginan. Namun tenggorokannya terasa sakit dan kering, dia merasa sangat haus.

"Aku demam," gumamnya melangkah untuk mengambil air minum di dapur mini asramanya. Dia merasakan kepalanya makin berat dan sakit saat dia bangun dari kasurnya.

"Aku lupa kalau aku mudah sakit, kalau tahu begini aku tak akan terbawa emosi dan melompat ke danau. Kukira mungkin aku akan mati, tapi aku tak menyangka danau itu tak dalam." keluhnya setelah menenggak habis segelas air yang baru saja diambilnya.

"Menyusahkan sekali." Karina bersusah payah kembali ke kasurnya, dia tak tahan lagi karena kepalanya berdenyut. Karina kembali terlelap berharap demamnya akan turun besok pagi. Untunglah besok hari libur jadi dia tak akan khawatir untuk bangun terlambat.

"Hmm.." Karina melenguh tak nyaman saat matanya terpejam. Dia merasakan rasa dingin menempel dikeningnya, meski sulit dia berusaha membuka matanya dan samar-samar melihat seseorang tengah menyeka wajahnya dengan handuk basah hangat.

Siapa?

Apa itu Elle? Bukan. Sosok didepannya adalah laki-laki. Tapi siapa?

Karina kembali memejamkan matanya karena kepalanya terasa pusing dan pandangannya buram. Terlebih lagi lampu dikamarnya mati dan hanya ada penerangan lampu tidur redup di dekat kasurnya membuat Karina makin tak bisa melihat wajah orang yang tengah merawatnya.

"Si-siapa?" Tanyanya dengan susah payah, suaranya terdengar serak hampir berbisik.

"Kembali tidur, ini masih malam." Balas suara itu berbisik cepat.

Itu bohong, Karina samar-samar bisa melihat cahaya menembus gorden jendela kamarnya. Ini seharusnya sudah pagi. Namun, Karina tak memiliki tenaga untuk menyanggahnya, bahkan membuka matanya saja sangat susah. Sepertinya dia terkena flu berat karena melompat ke danau. Konyol sekali.

"Ha..." Karina mendesah nyaman ketika sebuah telapak tangan sengaja menutup kedua matanya paksa agar kembali terpejam.

"Tidurlah, demammu masih belum turun." Ujar suara itu lagi. Kali ini Karina benar-benar mendengar suaranya dengan jelas, dan dia rasa dia tahu siapa itu. Dia sangat mengenal suara ini. Jaesar.

'Kenapa sekarang kau bersikap baik padaku?' Karina ingin sekali menanyakan hal itu sekarang. Namun apalah daya, dia dengan cepat kembali terlelap. Saat itu dia kembali bermimpi. Mimpi buruk yang hampir tiap malam selalu menghampirinya saat malam datang. Itu adalah saat-saat terburuk ketika emosinya mengambil alih dan membunuh orang-orang tak bersalah disekitarnya. Keserakahan dan obsesinya menghancurkan segalanya. Itu bukan hanya sekedar mimpi, namun masa-masa yang pernah dialaminya sendiri sebelum dia kembali ke masa lalu.

***

Karina kembali terbangun ketika hari sudah siang, dia merasakan haus dan lapar. Dia berusaha duduk meski masih merasakan sakit kepala. "Uhh.." erangnya seraya memijat keningnya perlahan.

"Kau sudah bangun?" Sebuah suara kemudian membuat Karina tersentak dan dengan cepat menoleh.

Sosok Jaesar benar-benar ada di kamarnya saat ini seraya menatapnya khawatir. Jadi itu bukan mimpi bahwa Jaesar yang merawatnya. Karina kira dia berhalusinasi saja, tapi itu semua nyata.

"Kau... Kenapa?" Karina tak mengerti.

Tap. Jaesar menaruh telapak tangannya di kening Karina, "Demammu masih belum turun."

Jaesar berjalan kembali ke arah bagian dapur Karina dan membawakannya semangkuk bubur dan air putih, "Kau harus makan. Aku baru saja membuat bubur."

Villainess QueenWhere stories live. Discover now