22 - ZiAron

93.8K 10.1K 557
                                    

• Sisi Rapuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• Sisi Rapuh

"ARON AWAS!"

Cekit

DUKH!

Kedua yang berada didalam mobil itu kini kepalanya sama sama terpental ke depan. Masih sadarkan diri dan Aron segera melihat kondisi Zia.

"Hei, Zia," panik Aron.

Segera laki laki itu menegakkan tubuh Zia kini. Ringisan tergambar jelas diwajah gadis itu. Tapi untungnya tidak apa apa. Hanya benjol di dahi dan sedikit merah.

"Sorry, gue ngelamun." aku Aron.

Sejak kejadian Zia menangis hingga pulang ke rumah seperti sekarang, pikirannya terus di hantui oleh ingatan ingatan dari Dista. Karena perasaannya yang ingin melindungi Zia itulah, semua ingatan tentang Dista terus berdatangan hingga membuatnya salah fokus dan hampir akan menabrak penyebrang jalan seperti sekarang.

"Sakit ya? Ke rumah sakit mau?" tawar Aron bersalah.

Zia menggeleng. "Pulang aja. Ini gapapa cuma shok aja tadi."

"Bener?" Zia mengangguk.

"Sorry tapii?"

"Makanya kalo nyetir itu fokus. Mikirin apa sih sampai gak fokus banget kayaknya?"

"Lo."

"Hah?"

Aron pun langsung melesatkan mobilnya lagi setelah melihat wajah heran dari Zia itu.

••••••


Sang senja telah menampakkan dirinya, warna biru cerah dengan hiasan awan putih tergantikan dengan warna jingga bercampur dengan merah muda. Menemani seorang lelaki yang berjongkok di makam berteman sepi.

Kepalanya yang tertunduk perlahan terangkat. Tangannya yang diam perlahan bergerak. Dan mulutnya yang membisu mulai berbicara.

"Assalamualaikum cantik,"

"Ini aku bawa bunga buat kamu." Aron tersenyum dan meletakkan bunga yang dibawanya diatas gundukan makam Dista.

Aron mengusap pelan nisan bertulisan nama kekasihnya dulu. Wajahnya meredup. Senyumannya hilang.

"Maaf nggak bisa sering sering dateng Dista. Kalau dateng kesini bawaannya nangis terus sih," Aron tertawa hambar dengan tundukan kepala kembali.

"Bahagia sayang disana?" Aron menatap gundukan itu.

Ia tersenyum kembali. Tidak henti hentinya tangan itu mengusap lembut nisan putih milik Dista. Sesekali mengusap tanah yang sudah mengering berhias bunga.

"Kamu tahu Zia nggak? Belum tahu ya pasti?" Aron tersenyum sebentar. "Zia istri aku ta. Aku udah nikah sekarang sama dia."

Mengangguk angguk dengan berkata. "Ceroboh aku ta udah buat kesalahan besar sama dia. Tapi aku tanggung jawab, aku nikahin dia sayang. Jangan marah ya?" Aron kembali tersenyum getir.

ZiAron [END]Where stories live. Discover now