03. Kenyataan Pahit yang Menyakitkan

339 43 4
                                    

04

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

04. Kenyataan itu menyadarkanku. Kenyataan itu begitu pahit dan menyakitkan. Dia yang merasakannya, namun hatiku yang sakit dan teriris.

Kenyataan itu menyadarkanku, bahwa semuanya tidak bisa bertahan untuk waktu yang lama. Kepergian itu sebentar lagi akan datang. Hanya menunggu waktu saja.

Jisung dan Chenle kembali ke Sungai Han. Langit sudah berwarna jingga, cuaca juga semakin dingin. Namun tidak membuat keduanya untuk pulang ke rumah masing-masing.

Keduanya duduk bersebelahan, tidak seperti sebelumnya yang duduk saja berjauhan. Jarak antara Jisung dan Chenle memang tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh. Genggaman tangan keduanya tak pernah lepas dan semakin erat. Menghadirkan sebuah kehangatan dan kenyamanan.

"Ji," panggil Chenle.

"Iya, Le? Ada apa?"

"Apakah kau benar-benar mencintaiku?"

"Kenapa? Kau meragukan cintaku?"

Chenle menggeleng cepat. "Tidak, aku tidak pernah meragukan cintamu, Ji. Hanya saja aku tidak mengerti kenapa kau terlalu cepat mencintaiku dan langsung mengungkapkannya langsung padaku. Kau terlalu cepat mengambil keputusan."

"Iya, kau benar. Aku terlalu cepat mencintaimu dan membuatmu merasa tidak nyaman. Aku tahu itu, Le."

"Aku merasa nyaman, Ji. Aku nyaman. Dan aku juga bahagia saat kau mengungkapkan perasaan cintamu padaku, tapi aku juga terlalu terkejut dengan semuanya. Makanya sudah ku katakan, kau terlalu cepat mengambil keputusan."

"Maafkan aku, Lele. Aku membuatmu terkejut dengan semua yang ku lakukan. Aku tidak suka omong kosong, jadi aku langsung mengatakannya padamu."

Chenle mendekat pada Jisung. Satu tangannya terulur untuk mengelus bahu lebar lelaki tampan itu. "Tak apa, Ji. Jangan meminta maaf. Di sini tidak ada yang salah."

Genggaman itu pun terlepas. Jisung kembali memeluk tubuh mungil Chenle, dagunya berada di atas kepala si manis.

Jaket yang dikenakan Chenle begitu tebal, membuat Jisung betah untuk terus memeluk Chenle. Tubuh mungil Chenle tenggelam dalam jaket itu, kecuali wajah manisnya saja yang terlihat.

"Aku menyayangimu, aku mencintaimu, dan aku juga menginginkanmu. Hidup dan duniaku hanya berpusat padamu. Lelaki manis dan cantik bernama Zhong Chenle bisa membuat hati Park Jisung kembali terbuka, kembali memancarkan sinar kebahagiaan, kembali memancarkan warna kecerahan. Kau mengubah itu semua, Lele. Hati yang dulunya begitu tertutup dalam jurang kesuraman, menjadi hati yang memancarkan segala sinar kebahagiaan. Kau melakukannya dengan semudah itu, Zhong Chenle."

Dandelion [ChenJi | JiChen]✓Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu