TERBIT DI PENERBIT GALAXY
[TERSEDIA DI TOKO BUKU ONLINE KESUKAAN KAMU]
🚫 SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE; FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DAHULU 🚫
Nikah muda sama badboy?!
****
"Istri gue."
"Iya kak,"
"Lo cantik, gue suka."
****
Geladis Lengkara tidak pernah m...
Happy Reading! Jangan lupa untuk selalu memberikan vote dan komentar!🦋
WAJIB FOLLOW INSTAGRAM : @yohanacancer @ceritayohana (managed by admin)
PROMOSIIN CERITA "OCELADIS" KE INSTAGRAM/TIKTOK/TWITTER KALIAN YA 🥺
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ocean menatap jam pada dinding, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam tetapi Geladis belum menampakkan batang hidungnya. Setelah perdebatan kecil tadi Ocean hanya membiarkan makanan yang dia pesan mendingin diatas meja makan, jangankan menyentuh, menengok saja enggan.
Ocean berjalan mondar-mandir di depan pintu, berharap sewaktu-waktu ada bunyi 'ceklek' sebagai pertanda kembalinya sang istri. Tidak ada rasa lapar sedikitpun menghampirinya, Ocean merasa sangat frustasi.
Sejujurnya dia ingin sekali menggunakan telepon seluler untuk menghubungi Geladis tapi takut istrinya tersebut akan semakin marah. Ocean mengucek matanya yang mulai memberat, "lo harus sadar Ocean...istri lo belum pulang. Nggak boleh ketiduran," ia menepuk pipi berusaha menyemangati.
Menit berlalu hingga menyentuh pukul setengah dua belas barulah Geladis pulang. Ocean yang semula sudah memejamkan mata sambil terduduk disamping pintu langsung membukanya dengan lebar, dia buru-buru menjauh sebanyak 5 meter. "Ayis kok baru pulang?" Tanya nya khawatir.
Geladis melirik singkat, memperbaiki sepatunya pada rak lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata.
Ocean mengikuti dari belakang namun masih tetap menjaga jarak. "Kamu kecapekan ya?"
Geladis tetap bungkam, ia membuka kulkas dan meraih botol minum dan meneguknya membasahi kerongkongan.
"Kamu kok lama? Aku tadi rencana mau jemput kalau sampai—"
"Jangan rusak malamku dengan omongan kamu yang nggak berguna itu." Potong Geladis dingin.
Ocean tertegun sejenak, "aku khawatir sama kamu."
Geladis menaikkan sebelah alis, "nggak butuh."
Semakin dipukul mundur oleh Geladis membuat Ocean ingin menyerah. Niat awalnya hanya ingin memperbaiki kesalahan yang pernah dibuatnya tapi gadis itu tampak acuh dan lebih memilih menutup mata. Ocean nyaris berada di titik akhir.
Menyunggingkan senyum tipis Ocean mengangguk. "Kamu mau mandi? Aku masakin air panas ya,"
"Aku punya tangan."
"Tapi selama aku bisa bantu Ayis aku lakuin kok," dengan tulus lelaki tampan itu hendak beranjak memasakkan air panas namun langsung dihentikan oleh Geladis.
"Stop caper Ocean, nggak guna." Geladis menatap kedua bola mata Ocean dalam, "apapun yang kamu lakukan gak bakal mengurangi rasa benciku."
Ocean memegang ujung meja makan berusaha menopang tubuhnya agar tidak terjatuh mengenaskan karena kalimat Geladis barusan seperti memutuskan seluruh uratnya.
"Aku nggak akan pernah sudi lagi menerima apapun dari kamu Ocean," sosok yang menjadi pengisi hati Ocean tersebut mulai melangkahkan kaki menjauh, "berhenti buat aku makin jijik sama kamu."
"Terserah kamu mau ngatain apa tapi aku bakal tetap lakuin hal-hal baik buat kamu sampai kita resmi bercerai." Ocean mengepalkan tangan dikedua sisi tubuhnya, ribuan tusukan yang Geladis berikan akan dia coba terima. Apapun yang akan terjadi di depan sana Ocean yakin jika Geladis memang untuknya mereka pasti bersama.
"Sampah," decih Geladis muak.
"Makasih untuk pujiannya." Ocean mulai merasa dirinya pasti banyak mengatakan atau melakukan hal gila demi Geladis, karena jauh dari lubuk hati yang paling dalam seluruh inderanya menyorakkan nama gadis itu kencang. "Aku bakal buktiin kalau pernyataan cintaku bukan bohongan,"
Geladis menghentikan langkah kaki diambang batas dapur dan ruang tengah. "Simpan itu karena sampai kapanpun aku gak bakal percaya."
Ocean sekarang yakin jika penyesalan adalah neraka yang paling terkejam di dunia. Seandainya saja saat itu dia menolak ajakan Anggara untuk mencari pacar maka hal ini tidak akan pernah terjadi. "Gimana acara kamu sama Andreas?"
Geladis membalikkan badan, menatap Ocean penuh rasa bangga yang tak di tutup-tutupi. "Ternyata kami nggak makan berdua, keluarganya juga ikut. Kamu mau tau sesuatu?"
Ocean mengerutkan kening kebingungan, "apa?"
"Hangatnya keluarga Andreas buat aku mikir...apa dimasa depan nanti aku bakal dapat seseorang yang bisa kasih aku hal itu?" Geladis mengangkat tangan kanannya, memperlihatkan sebuah cincin perak yang tersemat disana, "dan aku dapat jawabannya."
Ocean mengerjapkan mata beberapa kali berusaha mengusir rasa kaget yang menghampiri. "K-kalian tunangan?"
Geladis menggeleng dengan senyum sinis, "soon. Mungkin karena kami udah dekat dari kecil langsung nyaman aja dan memutuskan untuk berkomitmen. Aku nggak masalah selama dia setia,"
Ocean terbata-bata mencerna semua, otaknya sudah dipaksa untuk paham tetapi tetap saja masih menolak dengan keras. "Ayis..."
"Semoga kamu bisa rasain hal yang sama dan aku harap kamu temuin itu sama Angel; selingkuhan kamu."
Ocean menggeleng berulang kali, "jangan pernah lakuin ini Yis. It hurts me,"
Geladis tak menjawab, kemudian pergi menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Ocean merasa lagi-lagi harus menelan pil pahit, namun bedanya jika beberapa saat lalu masih pil dalam ukuran normal maka kali detik itu pilnya sebesar bongkahan batu. Dia bisa gila jika Geladis bersama lelaki lain.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
halowwww
Gimana perasaan kalian setelah baca ini? >>>
aku saranin dengar lagu lagu mellow buat baca.
terima ngga Geladis bangun komitmen? >>>
aku sih sedikit kasihan sama ceyan versi wp.
rate part ini biar aku tau harus ngembangin apa? >>>
ada masukan/saran buat aku? >>>
#HAPPYEND! >>>
#SADEND! >>>
#GATAUBINGUNG! >>>
SPAM NEXT BIAR LANJUT!
3,5K KOMEN BIAR NEXT!🏁
AYO SCREENSHOT BAGIAN KESUKAAN KALIAN TERUS MASUKIN INSTASTORY JANGAN LUPA TAG AKUN INSTAGRAM @yohanacancer DAN @ceritayohana YA!