Chapter 13

576 13 4
                                    

"Bibi Everill. Ini aku."

Everill sedang menutup tempayan-tempayan penyimpanan gandum saat ia mendengar suara lirih Tullia memanggilnya dari ambang pintu. Ia berbalik dan melihat gadis itu sedang berdiri di sana, mengenakan gaun lusuh longgar hijau tua dari bahan kasar. Ia meremas tangannya dengan gelisah, wajahnya pucat pasi dan keringat dingin membasahi keningnya. Ekspresinya terlihat gugup dan tegang.

"Bibi Everill, aku tidak bisa tinggal di sini lagi."

"Nak, aku tahu kau merasa sedih dan tidak berarti karena Godiva sudah menghilang selama seminggu ini, tapi ini rumahmu. Ibumu melahirkanmu di sini, di kamar yang kau tempati-kastil ini akan selalu menjadi rumahmu. Jangan khawatir, kita pasti akan menemukan nyonyamu."

Tullia menganggukkan kepalanya dengan sedih.

"Aku tahu, bibi. Tapi bukan itu alasannya aku harus pergi. Aku... Aku sungguh tak bisa menyimpan ini untukku sendiri lebih lama."

"Kenapa, ada apa, Tullia?"

Tullia menunduk dan memegangi perutnya. Ia menempelkan telapak tangan dan menyusuri perutnya ke bawah pusarnya, menampakkan lekukan yang selama ini tersembunyi di bawah gaun-gaunnya yang longgar. Pada saat itulah, Everill menatap lekukan perut Tullia yang tidak pernah diperhatikannya karena tersamarkan oleh gaun longgar itu dengan keterkejutan luar biasa.

Gadis itu sudah mengandung empat bulan, dan lekukan perutnya sudah amat kentara terlihat jika ia melepas pakaiannya. Tubuhnya yang langsing dan mungil membuat kehamilannya terlihat lebih besar di usia tersebut.

"Demi Tuhan!" Everill menghampiri Tullia dengan setengah berlari dan memegangi perut gadis itu. "Tullia, siapa yang melakukan ini padamu?! Kenapa kau tidak mengatakan apapun padaku tentang ini?!"

Mata Tullia berkaca-kaca mendengar suara khawatir dan marah Everill.

"Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya, Bibi Everill... Ini masalah besar."

"Tentu saja ini masalah besar! Bicaralah padaku, Tullia! Sebutkan siapa pria itu!"

Tullia memberanikan diri untuk menatap wajah Everill yang sangat terpukul.

"T... Tuan Godfrey, bibi."

Everill menutup mulutnya terkejut dan menggeleng. Tidak mungkin.

"Tidak mungkin. Dia sudah memperlakukanmu seperti adik perempuannya sendiri selama ini, Tullia. Kau tidak boleh mengatainya seperti itu!"

"Aku berkata jujur, bibi." Air mata gadis itu mulai merebak. "Kumohon, percayalah padaku. Aku tidak tahu harus bicara pada siapa lagi selain bibi tentang ini." Tullia mengusap lagi perutnya dengan setengah melamun. "Tuan mulai mendatangi kamarku sejak pulang dari Yerusalem. Ia bilang... Ia tak bisa memenuhi keinginan dan kebutuhan Nyonya Godiva. Ia tak bisa memberinya bayi yang didambakannya, aku tidak tahu kenapa. Ia terus meracau tentang penyihir, kutukan dan sebagainya... Dan menuntutku untuk memenuhi keinginannya. Aku tak bisa menolak, karena tuan begitu kecewa dan frustrasi akan keadaannya."

Tullia mulai menggigil, namun merasa panas dan basah di bawah sana ketika dia mengingat lagi setiap momen Godfrey menaiki ranjangnya; puting payudaranya mengeras saat ia teringat lagi bagaimana pria itu mengulum dan menjilati payudaranya, kulitnya yang menghangat oleh napas pria itu di sekujur tubuhnya. Bagaimana pria itu membelai titik kenikmatannya yang tersembunyi di bawah sana, celah kewanitaannya yang mendamba lebih sentuhan pria itu. Memperkuat gelenyar gairah di seluruh tubuh perawannya yang belum lama mekar, dan membuka diri untuk menyerahkan dirinya sepenuhnya pada pria itu. Pria yang konon menganggap dirinya sebagai adiknya, bukan gadis simpanannya. Belaiannya berlanjut oleh pelukan penuh berahi pria itu dan penyatuan tubuh mereka, menjadikan percintaan yang panas. Godfrey cukup besar untuknya, sebenarnya; namun tubuhnya sudah sangat siap dan bergairah oleh persetubuhan yang tidak benar itu, yang akhirnya tak bisa ia tolak dan ia tidak merasakan sakit atau nyeri di kemaluannya ketika pria itu mengambil kegadisannya. Ketika pria itu memasuki tubuhnya dan menumpahkan benihnya yang melimpah ke dalam rahimnya, Tullia tahu ia harus membayar mahal kenikmatan itu. Janin yang kini bersemayam dalam perutnya.

The Redemption of SuccubusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang