08 : Ketika Abi Memiliki Peran

33 11 6
                                    

-- Why I Meet You? --

"Gapapa kok kalo kamu ngga inget, intinya saya seneng ketemu kamu lagi. Senang bertemu denganmu kembali Alula"

Alula makin tidak paham dengan kalimat yang ia dengar. Bagaimana Alula bisa paham, namanya saja terasa asing bagi dia. Apalagi dia tidak bisa melihat bagaimana bentukan wajahnya. Jadi tolong beritahu Alula bagaimana caranya ia bisa memahami ucapan pria asing itu.

"Maaf-- kamu siapa yah? Kamu bukan Kak Aya kan?"

Abi tersenyum miris. Matanya berkaca-kaca, mungkin ia tidak menduga jika semesta punya cara luar biasa untuk pertemukan mereka kembali. Diantara semua cara, kenapa harus seperti ini. Tapi alih-alih menghakimi, Abi lebih berterima kasih, mungkinkah benar semesta benar-benar memberikan kesempatan kedua untuknya.

"Iya bukan." Abi hendak menyentuh tangan Alula namun ia urungkan. Ia jelas tau bagaimana Alula akan merespon nantinya. Abi hanya tersenyum tipis, lalu menghela nafas pelan. "Kenalin saya adik dokter Albi, kamu pasti mengenal dokter Albi kan?"

"Dokter Albi?" Lalu Alula mengangguk, ia bahkan tersenyum tipis. Dan kalian tau, Abi rindu senyuman itu meski dulu jelas bukan miliknya, dan bukan untuknya. Kalian tidak melupakan sosok Daffa bukan?

"Ahh dokter yang selalu menanyakan bagaimana hari Alura hari ini. Menurutku, itu pertanyaan aneh dia jelas tau apa sih yang diharapkan dari gadis buta sepertiku." Alula menghela nafas pelan.

"Jangan salah, justru kamu tau Tuhan punya cara bagaimana caranya dia menunjukkan tentang keindahan dunia ini bagi orang buta."

"Heungg? Bagaimana mungkin, kamu tau? Semuanya gelap!"

"Aku tau.."

"Bagaimana?"

"Sama seperti sedang mati lampu kan?"

"Ha?"

"Gelap dan dingin. " Tambah Abi. "Benarkan?"

Dengan ragu Alula mengangguk. "Tapi kamu tidak perlu khawatir, kamu tidak sendirian dalam kegelapan dan kedinginan itu. Saat mati lampu, kamu pasti akan berusaha mencari lilin bukan?"

Lagi-lagi Alula mengangguk. Abi kali ini tidak ragu untuk menyentuh tangan Alula, bahkan ia menggenggamnya sepihak. Alula hanya terkejut tapi tidak sampai menghempasnya. Abi menatap Alula dengan seluruh perasaannya, ia kali ini tidak ragu akan segalanya.

"Kalo begitu, biarkan aku jadi lilin itu Al, supaya kamu tidak merasa gelap dan dingin."

Dan Alula terdiam.

-- Why I Meet You --

Lelaki itu melepas sepatu lusuhnya didepan, lalu menjatuhkan tubuhnya diatas sofa merah didekatnya. Pikirannya benar-benar penuh sekarang belum lagi raga dan fisiknya benar-benar lelah secara bersamaan.

"Kalo masuk tuh salam kek bi." Suara Albi yang datang dari dapur lalu berjalan ke depan pintu, "Ya allah Abi, ini sepatu udah jelek gini masih kamu pake?!"

"Ehh abang udah balik-" Abi menoleh pada Albi, lalu menyunggingkan senyum tak berdosanya, "Itu sepatu bersejarah bang, lagian masih bisa Abi pake kok."

Albi hanya menghembuskan nafasnya pelan, lalu beralih memakai sandal jepit swallownya, "Abang lagi masak di belakang, awas gosong. "

"Lah abang mau kemana?"

"Ke warung, pengen teh manis tapi persediaan teh habis. Udah abang pergi dulu." Abi hanya melirik abangnya kilas lalu kembali merebahkan dirinya. Matanya menatap lurus kearah langit-langit sementara pikirannya terbang jauh kembali pada sosok yang ia temui siang ini, dan sosoknya mampu mendominasi pikiran seorang Putra Abi Octarian sekarang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 03, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Why I Meet You?Where stories live. Discover now