LM 40

2.7K 250 9
                                    

Pertama aku mau bilang dulu kalo disini alur waktunya dicepetin ya.
Dan juga aku mau fokusin ke Marvin sama Acha dulu

Enjoy semua



Yepa menatap ngeri kearah perut adiknya yang benar-benar besar itu. Beda halnya dengan sang papa yang malah asik menusuk-nusuk perut Acha dengan telunjuknya sembari cekikikan.

Sedangkan si pemilik perut malah asik mengunyah makanan dimulutnya sambil sesekali membuka lebar mulutnya menerima suapan dari tangan sang mama disampingnya.

"Sakit gak dek?" tanya Juan sedangkan yang ditanya menggeleng.

"Papah ih jangan digituin, serem liatnya" itu suara Yepa.

Juan tertawa sebelum akhirmya mengakhiri aksi tusuk menusuk perut si bungsu dan menarik Yepa yang duduk disampingnya untuk masuk kedalam lipatan tangan alias keteknya .

"Ish papah!"

"Haha"

"Teteh gak mau ikutan Aca perutnya jadi gitu?" tanya Juan usil.

Yepa berdecak, "Gak usah mulai. Udah ah teteh mau nyusul Yaya dulu kedapur."

"Nanti kesini lagi bawa semangka ya teh!" Seru Acha sebelum Yepa berbelok kedapur.

"Udah?" tanya Tania menyodorkan segelas air putih untuk Acha.

Acha mengangguk, lalu menunduk mengelus perutnya. "Ahh enak banget kan rendangnya? bilang makasi dong sama ambu soalnya udah masakin rendang buat anak ibu" kata Acha yang tanpa sadar membuat kedua orangtua disana tersenyum.

"Aca yakin mau lahiran disini aja? gak mau dirumah Omi aja?" tanya Tania lagi.

Oh iya, Acha memang sudah tidak tinggal bersama Omi dan Apunya lagi semenjak usia kandungannya memasuki bulan ketujuh dan meminta untuk kembali ke Indonesia.

Acha merasa tinggal bersama keluarganya disini lebih baik daripada disana. Lagipula kalau dirumah ini Acha banyak yang menemani sedangkan disana Acha sering ditinggal karena kakek neneknya pergi ke ladang.

Soal Varo, pria itu juga tiba-tiba menjadi sibuk dengan pekerjaannya, padahal dulu persis seperti pengangguran hidup.

"Iya, bolehkan?"

"Boleh dong, semua seneng malah." ucap Tania. "Adek bener udah gak papa kan sayang?"

Acha tersenyum, ia tau mamahnya ini khawatir soal dirinya, lebih tepatnya soal kemungkinan Acha bertemu dengan Marvin lagi, karena semenjak Acha memutuskan mamanya selalu bertanya hal yang sama dan Acha paham maksudnya.

"Gapapa. Oh iya, nanti sore aca mau jalan-jalan boleh ya pah?"

"Sama siapa?"

"Sama Saka. Tadi dia telfon katanya mau traktir Aca hari ini."

Juan tersenyum sembari mengangguk. Ngomong-ngomong soal Saka, Anak itu memang sedang di Indonesia karena beberapa hari yang lalu sempat mengurus kerjasama dengan klien ayahnya yang memang di Indonesia.

"Tara ikut?" tanya Tania.

Acha mengangguk, "Tapi kayanya dia nyusul, soalnya kata Saka Tara ada janji dulu di braga."

"Yaudah kalo gitu siap-siap atuh, udah jam satu loh ini"

Acha mengangguk lalu beranjak menuju kamarnya yang dipindahkan ke kamar tamu, karena tidak mungkin sekali kalau naik turun tangga.

Berjam-jam sudah, akhirnya Acha juga Saka sampai di salah satu tempat yang dulu sering Acha datangi.

Keduanya memilih mampir kesebuah toko perlengkapan bayi atas permintaan si cantik sementara Saka hanya mengiyakan sambil sesekali membalas pesan dari sang tunangan.

Let MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang