Pipi Jaejoong bersemu, ia yakin kali ini bagai seperti memakai blush on tebal. Ini semua jelas karena ucapan Yunho tadi. Bukan karena pria itu mengatakan bahwa akan memberinya kartu, melainkan karena Yunho memanggilnya dengan sebutan sayang. Entah mengapa fokusnya malah ke bagian sana bukan ke bagian mengenai uang. Jaejoong sendiri tidak mengerti, tapi ia memang merasa berdebar sekali dan darahnya berdesir hebat karena panggilan semesra.
Ia melirik Yunho, dan mengulum senyum, kemudian bergumam pelan, "Sayang..."
Ia hendak menghentakan kaki pelan karena senang, namun paham bahwa ia tidak boleh bersikap begitu karena pasti terlihat tidak elegan.
"Hmm? Kau memanggilku, Darl?" Yunho menyahut, ia mendengar meski samar bahwa Jaejoong memanggilnya sayang. Rasanya senang sekali, mendapati Jaejoong memanggilnya demikian. Itu berarti Jaejoong memang suka padanya.
"Eoh?" Jaejoong lebih terkejut karena ucapan Yunho. Apa pria itu mendengar ia bergumam, ia semakin merona dan menunduk. "Uumh tidak apa-apa Oppa!"
"Benarkah? Aku senang, kau memanggilku begitu."
Jaejoong menggigit bibirnya, sejujurnya ia hanya bergumam dan mengulang ucapan Yunho memanggilnya demikian, tapi pria itu salah paham dan mengira ia memanggil Yunho. Membiarkan kesalah pahaman ini terjadi, toh tidak ada ruginya. Ia melirik Yunho dan teringat mengenai kartu yang dikatakan pria itu.
"Aah kartu, apa maksud Oppa kartu?" Jaejoong dengan lugu bertanya.
"Kartu atm atau kartu kredit, nanti aku akan meminta Changmin mengurusnya, sepuluh juta sebulan apa cukup?"
"A-a-apaaa?" Jaejoong tergagap namun ia juga nyaris berteriak, memandang Yunho dengan lekat, Jaejoong terlihat sangat bingung. Apa maksud Yunho sepuluh juta? Untuknya?
"Kenapa Sayang?" Yunho menoleh dan tertawa mendapati wajah Jaejoong. Jika wanita lain, tentu akan menawar, apa lagi Soojin, sepuluh juta tidak akan cukup. Beruntungnya ia baru-baru saja memberikan limit kartu kredit banyak kepada wanita itu dan segera memblokirnya ketika memutuskan Soojin.
"Itu untuk apa? Sepuluh juta?!" Jaejoong menutup mulutnya, rasanya uang sebanyak itu sangat luar biasa untuknya.
"Untukmu berbelanja apa saja, katakan jika kurang dan—"
"Itu terlalu banyak!"
Menggeleng Yunho sudah menduga jawaban Jaejoong begitu, "Kalau begitu pakai jika kau perlu."
"Tapi Oppa, aku—"
"Kau pasti ingin berbelanja nanti, saat ini aku tidak ingin berdebar, Baby," Yunho mengulurkan tangannya dan Jaejoong memandangnya sejenak sebelum berpindang ke tangannya. Wanita itu paham dan meletakan tangannya kemudian ia menautkan tangan mereka. "Mengapa kau tidak memakai cincinnya?"
Jaejoong selalu dibuat terkejut dengan tingkah Yunho. Apakah berkencan itu seperti ini? Ia kurang tahu, tapi cukup membuat ia senang dan ingin terus tersenyum. Ah, baiklah tidak cukup senang, tapi sangat senang hingga dadanya membuncah. "Tidak apa-apa?"
"Tentu, sudah kukatakan pakai sesekali, terutama yang di dalamnya terukir inisialku, uhuk."
Mengulum senyum, Jaejoong paham maksud Yunho. Pria Itu sudah ingin melabelinya? Ia mengeratkan tautan tangan mereka, apa boleh jika ia pamer pria ini di instagramnya? Tapi, bagaimana jika ia akan mendapat bully-an? Tidak, Jaejoong tidak mau mengambil resiko.
"Ah iya, Oppa mengapa ingin jadwal kuliahku?" Jaejoong dengan santai mengatakan ini, nampaknya ia sudah mulai merasa nyaman ketika berduaan saja di tempat yang sempit seperti mobil.
"Itu, aku meminta Changmin mendaftarkanmu di kelas kepribadian, dan mereka akan mencocokan jadwal denganmu, nanti jika aku tidak bisa menjemputmu ke sana, aku akan mengirim mobil dan supir," Yunho tersenyum dan mengusap punggung tangan Jaejoong dengan jempolnya.
Lagi-lagi Jaejoong terkejut, memang berkencan dengan Yunho sepertinya terkejut bisa dikatakan bagian dari surprise. Ia menatap tak percaya Yunho, ia dikursuskan? Astaga, entah apa yang akan ia katakan, ia tahu kelas-kelas seperti itu pasti mahal dan Yunho membuang uangnya.
"Oppa, aku—"
"Aku lebih suka ketika kau memanggilku sayang," Yunho menyela dan pandangannya tetap lurus ke depan.
Sayang? Yunho meminta ia memanggil pria itu dengan panggilan sayang? Jaejoong menunduk tiba-tiba, wajahnya semakin memerah, ia malu. Mengapa Yunho suka dipanggil begitu? Tidak tahu kah pria itu bahwa ia sangat malu, sementara pertemuan mereka berlangsung tiga kali dan ia sudah diminta memanggil sayang? Secepat pertanyaan itu muncul, Jaejoong pun sudah menemukan jawabannya mengapa Yunho ingin ia panggil mesra. Ya, sama seperti dirinya yang merasa berdebar, senang dan bagaikan terdengar sahdu, barangkali begitu juga perasaan Yunho ketika tadi gumamannya berlangsung.
Namun, ia tetap saja malu, bagaimana cara menolak Yunho? Ah bukan menolak, tapi mengatakan bahwa ia malu untuk memanggil Yunho demikian. Ia terdiam, cukup lama dan sibuk sendiri dengan berbagai pertanyaan dan rasa malu yang menguasai, hingga tidak sadar bahwa mobil Yunho sudah berhenti di sebuah coffee shop yang nampak estetik.Zee
Jaejoong mendongakan kepalanya yang tertunduk, tautan tangan mereka terlerai. Jaejoong menggigit bibirnya dan menatap wajah Yunho, mungkinkah pria itu merasa kecewa karena ia tidak kunjung memanggil Yunho dengan panggilan sayang? Ia tidak mau Yunho merasa kecewa.
Ketika pria itu hendak keluar mobil, ia menarik sisi jas Yunho dan memanggil pria itu dengan suara pelan, "Sayang."
Mendengar panggilan Jaejoong, Yunho menoleh. Ia tersenyum dan kecewa yang sesaat ia rasa lenyap, "Hmm?"
"Kita ke sini?"
"Aku ingin membeli kopi dahulu, kau tunggu di mobil saja, kau ingin kopi apa Baby?"
Jaejoong menaikan sebelah alisnya, "Cappucino saja, dengan banyak cream di atasnya."
Mengangguk, Yunho kemudian segera keluar dari mobil. Pria itu masuk ke dalam coffee shop. Jaejoong memperhatikan Yunho, ia tersenyum dan senang sekali. Namun, kala pria itu sedang duduk untuk menunggu antrian kopinya dibuatkan, ia melihat ke sekitar Yunho. Ada perasaan yang tidak jelas dan tidak dimengerti Jaejoong. Beberapa wanita yang ada di sana terlihat sedang memperhatikan Yunho dengan pandangan beragam. Jaejoong mengerucutkan bibirnya. Dan kala seorang wanita mendekat dan duduk di seberang kursi Yunho, ia merasa kesal sekali.
Jaejoong tidak tahu caranya bagaimana membuat mesin mobilnya diam? Ia tidak melihat adanya kunci di sini, namun ia melihat tombol star stop engine, Jaejoong dengan tanpa perkiraan lantas menekan tombol itu, dan benar saja mesin mobil segera berhenti bekerja. Ia turun dari dalam mobil dan sedikit berlari kecil dengan high heels setinggi 7 cm yang dipakainya. Jaejoong memasuki coffee shop dan ia segera menatap Yunho, pria itu pun menatap kepadanya sebelum mengumbar senyum.
"Aku ingin menambah beberapa cookies boleh kan, Sayang?" tiba-tiba saja hal itu dicetuskan mulut Jaejoong. Memang cookies hanyalah alasan, dan panggilan itu meluncur begitu saja, ya ia memanggil Yunho sayang. Rasanya sedikit tegang dan ujung matanya terarah kepada si wanita yang duduk di dekat Yunho. Seperti dugaannya, wanita itu nampak terkejut.
.
.
.Read, Comment, Love.
.
.
.
