🌵53. Don't Go

1.5K 156 0
                                        

Jangan lupa vote&komen

Happy reading...

Rafan menjambak rambutnya dan mengacak-acaknya kasar. Dia benar-benar kehilangan jejak Kiana karena ia harus mengantar mama nya ke rumah sakit. Sekarang ia bersama Papahnya dan Vano, menunggu sang dokter yang sedang memeriksa mamanya.

Riko's calling..

Rafan langsung berdiri menjauh saat mengangkat telepon dari Riko.

"Fan-"

"Ana udah pergi, Ko." Ucap Rafan memotong omongan Riko.

"Jadi lo tau kalo Kia kabur dari rumah sakit?"

"Iya, dia barusan pulang ke rumah buat nemuin bokap."

"Maksud lo Kia udah pergi apa?"

Rafan pun mulai menceritakannya pada Riko mulai dari kehadiran Vano di rumahnya. Dan Papahnya yang mengizinkan Vano untuk tinggal bersama tak hanya itu, Papahnya juga orang yang selama ini menutupi kasus kematian Chelsa hanya untuk melindungi Vano.

"ANJING!" Umpat Riko. Ia langsung mematikan telponnya.

🌵🌵🌵

Kiana memandang langit yang sudah mendung. Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi. Ia terus bergulat dengan pikirannya sendiri. Sebenarnya ia masih punya tempat tinggal yaitu apartemen milik mamanya, Ia juga masih memiliki tabungan yang cukup dari hasil saat dirinya tarung bebas.

Kiana meringis saat merasakan nyeri pada bekas luka tusuk di perutnya, luka itu memang belum kering. Harusnya Kiana menjemput mamanya hari ini, tapi kondisinya tidak memungkinkan.

"The lucifer."

Kiana menoleh pada gerombolan lelaki yang menaiki motor. Ia membuang nafasnya kasar, apa dirinya tidak bisa tenang sedetik saja tanpa di ganggu.

"Jadi benar The lucifer itu perempuan? cantik juga ya." Ujar Draco. Ya, gerombolan itu adalah Draco dan anak buahnya.

"Ettss mau kemana?" Draco menahan lengan Kiana ketika gadis itu ingin pergi.

Kiana langsung melintir tangan Draco hingga pria itu meringis kesakitan.
"Don't touch me," Peringati Kiana dengan aura menyeramkan.

"Sialan, liat aja lo bakal gue bikin sekarat kaya apa yang gue rasain kemarin." Ucap Draco.

Kiana berdecih. "Harusnya kemarin lo bukan sekarat, tapi mati."

Draco langsung menyerang Kiana. Tentu saja Kiana membalasnya. Meskipun keadaanya sedang tidak baik, tapi ia masih mampu untuk melawan orang seperti Draco.

Saat Draco sudah lumpuh, kedua temannya langsung maju menggantikannya. Tentu saja itu membuat Kiana lelah. Kiana meringis ketika perutnya terkena tendangan, ia memegang bekas lukanya dengan tangannya.

Sial, jahitan pada lukanya bocor sehingga membuat darahnya merembes keluar.

Ketika mereka hendak menarik Kiana, tiba-tiba dua orang lelaki datang langsung menghajar mereka.

Riko dan Gio langsung melawan para anak buah Draco. Enam lawan dua, sedangkan Draco hanya diam menyaksikan.

Sebenarnya Riko memerintahkan anggota gengnya untuk mencari keberadaan Kiana. Ia dan Gio pergi bersama hingga akhirnya mereka menemukan Kiana.

CACTUS [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя