CPL-0

19.2K 1K 89
                                    

Haechan melongok tidak percaya ketika ia tiba-tiba disodori sebuah surat permohonan, lebih tepatnya surat lamaran untuk dirinya. Haechan yang bekerja sebagai customer service di bank ini meletakkan kembali surat itu ke atas meja dengan hati-hati. Kemudian ia menatap orang dihadapannya dengan penuh tanda tanya. "M-maksudnya?"

Orang itu tersenyum menanggapi pertanyaan Haechan. "Jika Anda berkenan, bisakah saya meminta waktu membicarakan soal ini setelah jam kerja Anda selesai?"

Walaupun Haechan masih bingung, tidak salahnya menerima tawaran ini, kan?

"Jam 4 sore temui saya di cafe seberang."

_^_

Haechan duduk sambil menyesap susu pesanannya, sesekali bersenandung pelan menghibur dirinya setelah seharian berkutat di depan komputer. Rasanya Haechan ingin rebahan sepanjang hari saja. Tapi Haechan sadar ini bukan umurnya lagi untuk berleha-leha seperti itu. Terlebih lagi Haechan ingin membantu keuangan keluarga mereka yang sekarang tengah memulai bisnis dari awal lagi. Hah .... Jangan dibahas, Haechan menjadi sedih lagi.

"Permisi."

Haechan ngedongak

"Seo Haechan?"

Haechan ngangguk, "iya, benar." Jawabnya.

"Saya Mark Lee, salam kenal."

"Salam kenal juga." Haechan tersenyum kikuk. Sepertinya ini orang yang berbeda, batin Haechan kebingungan.

"Jadi bagaimana soal tawaran saya?"

"Tawaran?"

"Iya, soal lamaran. Apakah Anda menerimanya?"

"Em .... Saya dengan Anda?" Tunjuk Haechan pada dirinya kemudian menunjuk Mark yang duduk didepannya.

Mark ngangguk mengiyakan.

"Anda yakin? Saya ini seorang pria lho?" Tanya Haechan memastikan.

"Saya tahu."

"Tapi kita tidak saling kenal," ucap Haechan sambil menggaruk hidungnya yang tiba-tiba gatal.

"Kalau begitu mari kita saling mengenal."

Haechan mengerjab pelan. Kok orang ini kekeh? Emang Haechan seganteng apa sih sampai dikejar-kejar begini?

"Bagaimana? Kalau Anda setuju saya akan segera menemui keluarga Anda."

"Oke."

_^_

Byurr~

Dengan tidak elitnya si kopi keluar lagi dari mulut seseorang. Matanya memerah begitupun dengan hidungnya. Rasanya tidak enak sekali tersedak kawan.

"Melamar?" Tanyanya sekali lagi

"Iya, Tuan."

"Siapa nama Anda tadi?"

"Mark Lee."

"Sebentar," Johnny mengingat-ingat nama Mark Lee. Tidak begitu asing tapi, "apakah Anda bagian dari Lee keluarga konglomerat itu?"

"Benar, Tuan."

"Apa tujuan Anda ingin menikahi anak saya?"  Tanya Johnny bingung. Terus melihat ke arah Haechan, "anak saya tidak akan bisa memberikan penerus untuk Lee."

"Sebenarnya tadi saya bertemu teman saya. Dia menemani calon istrinya yang sedang melakukan tanam rahim. Beberapa pria di keluarganya bisa memiliki keturunan. Jadi dia menyarankan kepada saya untuk mencobanya juga. Calon istrinya mengenalkan Haechan kepada saya. Itulah kenapa saya bisa di sini sekarang." Jelas Mark.

"Kenapa kau tidak menyarankan aku untuk tanam rahim juga, John? Biar  kita bisa memberi adik untuk Echan, kan."

"Aku kira kau tidak mau." Johnny menepuk pundak Ten pelan.

"Belum nanya sudah bilang tidak mau." Cerocos Ten membuat Johnny cuma nyengir.

Haechan noleh lalu menyolek lengan Mark. "Siapa nama teman Anda?"

"Lee Jeno dan calon istrinya Na Jaemin."

Haechan ngangguk-nganguk. "Nana rupanya." Gumam Haechan pelan.

"Jadi, Tuan?"

"Jika Anda bisa adil saya tidak keberatan. Keputusan ada ditangan anak saya."

"Adil?"

"Mark ini sudah punya empat istri, dan Echan yang kelima kalau Echan mau"

Oke. Pernyataan itu sukses membuat Haechan menjatuhkan rahangnya.

_^_

Halo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Halo ....

Cerita ini telah melewati tahap revisi. Oh ya, cerita ini hanya untuk hiburan semata, dan minim konflik. Dilarang komentar tidak menyenangkan! Apabila tidak suka silahkan keluar dari cerita ini, berarti ini bukan selera Anda.


Calon Penerus Lee • MarkhyuckWhere stories live. Discover now