Kembali

13 3 0
                                    

Oleh : Vionne Lyra

Dika melangkah dengan ragu-ragu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dika melangkah dengan ragu-ragu. Mbah Raharjo sudah memberikan isyarat dengan matanya kepada Dika. Ia menghembuskan napasnya, melangkah maju dengan mantap. “Aku adalah Raden Mas Aditya Cahyo Sostrodiningrat!”

Dengan baju setelan jas , Dika masuk ke dalam sebuah rumah mewah. Ia melihat sebuah foto besar yang terpampang saat ia akan masuk kerumah itu. Foto keluarga besar Sostrodiningrat. Bola matanya yang hitam terpaku dengan salah satu anak laki-laki yang berdiri di sana. Mungkin foto itu diambil delapan tahun lalu.

Ternyata memang mirip sekali denganku, batin Dika. Mereka sampai di pintu ruang tengah. Ternyata sudah banyak orang yang berkumpul disana. Mbah Raharjo mempersilahkan Dika masuk. Seketika itu pula, orang-orang langsung terdiam, terkejut melihat Dika.

“Hai semuanya, Adit kembali,”

***

Seperti biasa, Dika duduk di warteg milik Mpok Mila, menghitung penghasilannya hari itu.

“Heh, Dika! Udah gue bilangin kerja tuh yang bener!” ujar Mpok Mila sambil menyabetnya dengan lap piring.

“Apa sih, Mpok! Dika ‘kan udah nurutin Mpok! Ngga mencuri, ngga melukai orang! Eh, kalau melukai hati si Sari yang anak tukang daging mah pernah, Mpok.” Sekali lagi Mpok Mila menyabet Dika dengan lap piring.

“Ampun dah, Dik! Lu tuh ganteng, pinter juga! Udeh bagus lu dulu sekolah gratis dapet beasiswa, malah jadi preman!”

Apa yang diucapkan Mpok Mila adalah santapannya setiap hari. Sebenarnya, Dika sudah menganggap Mpok Mila seperti kakaknya sendiri. Ditinggal oleh ayahnya sejak kecil, Dika selalu dititipkan ke warteg milik ayahnya Mpok Mila. Ibunya Dika yang bekerja sebagai buruh cuci akan menjemput Dika pada sore hari. Saat Dika masuk SMK, ibunya memilih untuk bekerja menjadi TKW, berharap mampu menguliahkan Dika. Namun naas, tepat satu bulan sebelum acara kelulusan Dika, ibunya dikabarkan tewas, disiksa oleh majikannya. Dika sempat putus asa. Namun, keluarga Mpok Mila selalu ada untuk Dika. Sayang, ia memilih jadi preman pasar, menagih jatah “bayaran keamanan” di sana.

Ia tak menyangka, hidupnya akan berubah setelah ia bertemu dengan Mbah Raharjo.

***

Seorang gadis manis berperawakan kecil duduk di sebelah Dika bergelayut manja pada lenganya. Kapan lagi dipeluk perempuan secantik ini?

Dika menggelengkan kepalanya. Ingat Dika! Kamu adalah Adit! pekik Dika dalam hati.

“Dit, kamu tidak mengingat apa-apa, ‘kan?” Perkataan Tania mengembalikan akal sehatnya.

Sudah dua minggu “Aditya” kembali kerumah setelah dinyatakan tewas akibat bunuh diri enam bulan lalu saat berlibur. Kematian Aditya penuh dengan kejanggalan. Tidak ditemukan tanda-tanda pembunuhan di TKP. Jangankan petunjuk meninggal Aditya, jasadnya pun tidak ditemukan hingga sekarang. Karena itu, Mbah Raharjo—kaki tangan keluarganya sejak ayah Aditya masih muda— membuat rencana untuk menemukan siapa pembunuh Aditya sebenarnya. Beruntung, ia menemukan Dika, seorang preman pasar yang sangat mirip dengan Aditya.

Tiba-tiba, seorang pemuda masuk tergesa-gesa kedalam kamarnya, membuat Tania melepas pelukannya dari Aditya.

“Adit? Lo gimana ceritanya bisa masih hidup?” ujar seorang pemuda berperawakan tinggi sambil menatap Dika. Dia adalah Antony, sahabat Aditya.

“Hai, Ton! Kapan pulang dari US?” Antony melirik Tania yang duduk terdiam dan menatap ujung jari-jari kakinya. Dika bangkit dari sofa. “Gue ambilin kalian minuman dingin, ya?” ujarnya sambil meninggalkan mereka berdua di kamarnya. Saat sampai di dapur, ia melihat kakaknya Aditya sedang berdiri di depan kulkas sambil memegang sebotol air mineral dingin dan menggigiti kuku jempol tangannya.

“Mas Dimas? Ada apa?” Suara Dika mengejutkan Dimas. Wajahnya tampak pucat.

“Mas Dimas sakit?” tanya Dika seraya mendekatinya. Begitu Dika mendekat, Dimas langsung menjaga jarak dari Dika. Sambil mengambil minuman dingin di kulkas, Dika berkata, “Tidak usah takut, Mas. Aku manusia kok, bukan hantu.”

Dimas dikenal sebagai pemuda yang berwatak keras serta suka sekali dengan kemewahan dan berfoya-foya. Ia sempat berselisih dengan Aditya yang berumur enam tahun lebih muda darinya karena ayahnya lebih memilih Aditya sebagai pewaris perusahaannya dibandingkan dengan dirinya. Bukan rahasia umum jika hubungan keduanya tidak pernah baik.

Dika kembali ke kamarnya dan melihat Tania dan Antony sedang menautkan kedua tangan mereka seperti meyakinkan kepada diri masing-masing. Entah apa yang sedang mereka yakinkan. Namun, apa yang Dika lihat sudah menguatkan kecurigaannya dan Mbah Raharjo dalam dua minggu ini.

“Jadi, bagaimana hubungan kalian berdua?” tanya Dika santai sambil duduk berseberangan dengan Tania dan Antony.

“Maksud kamu apa? Hubungan apa?” Wajah Tania sudah mulai pucat.

“Oh, bukannya setelah gue ‘meninggal’ kalian langsung berlibur berdua ke Bali?”

Antony langsung bangkit dari sofa mendengar ucapan Dika. “Jangan main-main, Dit! Lo nuduh gue sama Tania yang ngebunuh lo?” bentak Antony

Dika tertawa dan menunjukk ke arah lemari buku, “Sama Mas Dimas juga, ‘kan?”

Dimas yang berada di dapur terkejut. Bagaimana bisa dia mengetahui bahwa aku menyadap kamarnya?

“Membunuh seseorang demi berselingkuh dan harta. Lucu sekali kalian bertiga!”

Semua mematung. Kehadiran Aditya dalam peringatan kematiannya saja sudah membuat jantung mereka turun ke lambung. Ditambah lagi dengan tuduhan yang ia layangkan sekarang.

“Jahat sekali kalian, membuang tubuh gue yang tertidur karena obat ke tengah laut beserta gelas winenya.”

“Ini pasti otak lo bermasalah!” Antony mengguncang-guncangkan bahu Dika, namun ditepis oleh Dika. Berbakat juga aku menjadi artis, ujarnya dalam hati.

“Apakah kalian sudah memeriksa kartu memori CCTV yacht yang kalian ambil? Yakin bahwa kartu memori yang kalian bakar itu berisi rekaman apa yang kalian lakukan pada gue? Dan Antony, ternyata sifat malas lo tidak hilang sejak dulu. Bukannya Tania sudah menyuruh lo untuk memusnahkannya?

“Sudahlah, akan lebih baik jika kalian mengaku saja.”

Dika menjentikkan jarinya, dan saat itu pula Mbah Raharjo masuk kedalam kamar sambil membawa sebuah filecase.

“Mbah Raharjo sudah mempersiapkannya. Jadi, sebaiknya kalian juga bersiap,” ancam Dika walaupun dia juga tahu bahwa dirinya pun bisa ditangkap.

Setidaknya Aditya bisa beristirahat dengan tenang, ucap Dika dalam hati.

Setidaknya Aditya bisa beristirahat dengan tenang, ucap Dika dalam hati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ARUNIKAWhere stories live. Discover now