Empat

12 3 80
                                    

⏳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Turun!"

Gue beneran nyesal gak nolak ajakan cowok gila satu ini, atau paling tidak kenapa gue sadarnya baru sekarang sih? Seharusnya kan tadi gue jambak aja rambutnya atau tutupin matanya biar dia berhenti bawa gue pergi menjauh dari rumah.

"Malah bengong, turun ei." lengan baju gue ditarik yang nuntun gue turun dari motor Rendra.

"Nih, pakai biar nanti gak di usir pas masuk warung."

Gue masih setia menutup mulut ketika tangan Rendra terulur menyodorkan penutup mulut sama seperti yang dia pakai saat ini.

Kenapa mesti pakai? Mau menyamar ya? Atau dia mau jadi dokter gadungan? Biasanya kan cuman dokter yang pakai masker buat operasi kan ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kenapa mesti pakai? Mau menyamar ya? Atau dia mau jadi dokter gadungan? Biasanya kan cuman dokter yang pakai masker buat operasi kan ya?

"Pakai Anggun, jangan cuman di pelototin." dengan santainya tangan itu kembali mengambil masker yang gue genggam dan segera memasangkannya di wajah gue. Ampun, gue sampe heran kenapa orang yang baru gue kenal bisa bertindak sejauh ini.

"Gue pengen pulang," Suara gue memecah keheningan setelah adegan yang menurut gue sangat sensitif tadi.

"Dih, baru juga sampe udah minta pulang aja. Mubazir bensin gue."

"Gue mau pulang!" Nada yang gue pake naik dua oktaf. Gue gak suka pergi dengan orang asing. Gue juga gak bisa dengan sifat yang tak menolak seperti ini, gue masih harus beradaptasi dengan diri gue sendiri.

"Kenapa?"

Satu pertanyaan itu membuat gue jadi uring-uringan sendiri. Kenapa? Kenapa? Kenapa?

"Gue gak suka,"

"Lo pikir gue juga suka dengan sikap lo yang asing kek gini?"

Gue sedikit terkejut tapi detik berikutnya gue memasang wajah datar dan membuka masker tadi lalu meletakkannya di jok motor yang terparkir manis di dekat kita. Gue masih abu-abu dengan hidup gue, lalu dia dengan santainya datang nyeret gue dan memperlakukan gue dengan, ah gak bisa gue pikir.

Gue memilih pergi dari sana dan berjalan mengikuti arah jalan yang gue lewatin tadi. Berharap banget gue gak ngeliat wajah itu lagi, dan sepertinya memang dia gak ngejar gue. Dih, apa gue berharap di kejar?

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang