37-K

2.7K 348 93
                                    

Hay Hay Guys
Are you guys Okay?
Maapin yah updatenya lama banget
saking sibuknya
Sok sibuk maksudnya
Hehe

Hay Hay GuysAre you guys Okay? Maapin yah updatenya lama banget saking sibuknya Sok sibuk maksudnya Hehe

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Perjalanan yang singkat terasa sangat lama bagi Saca yang sedang harap harap cemas.

Sudah bisa dipastikan serangan paniknya sudah menyerangnya kembali dan membuat seluruh tubuhnya gemetar.

Setelah beberapa lama di perjalanan akhirnya mereka sampai di tempat parkir rumah sakit.

Saca melepaskan sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya dan langsung keluar dari mobil dengan tergesa-gesa diikuti oleh Gathan dibelakangnya.

Gathan mengejar Saca yang berlari terburu-buru tanpa arah, bahkan dia belum tau di kamar mana Bimo dirawat.

Dengan cepat Gathan bisa mensejajarkan dirinya dengan Saca dan menarik Saca untuk berhenti berlari.

Saca menatap Gathan dengan mata sembab yang sudah berair sedari tadi.

Saca sesenggukan ia tidak bisa menahan diri sekarang, dadanya terasa sesak seperti sedang ditekan oleh sesuatu.

Mereka masih bertatapan, tanpa Saca mengatakan rasa sakitnya Gathan sudah merasakan sebuah rasa yang tidak bisa digambarkan betapa sakitnya.

Gathan membawa Saca kedalam dekapannya, menenangkan Saca tanpa bertanya apa-apa.

Dekapan yang sangat diperlukan Saca, dekapan tanpa harus bertanya.

Tangisan Saca pecah, ia membanjiri baju yang sedang Gathan pakai.

"Papah, hiks, papah gak papa kan."

Gathan menjawab dengan anggukan, tangannya masih mengelus lembut pucuk kepala gadis di pelukannya ini.

"Kenapa, harus aku."

"Kenapa harus aku," ucap Saca lagi, sedangkan Gathan masih diam membisu.

"Rasanya sakit Gathan, dada aku sakit."

"Aku gak bisa ngerasain apa apa lagi."

"Selain rasa sakit ini."

Saca terus mengeluh sembari sesekali memukul kecil dada bidang milik Gathan.

"Apa aku gak boleh bahagia."

Gathan diam merasakan setiap rasa sakit yang dirasakan gadisnya ini.

Saca terus menangis hingga akhirnya pelukan Gathan itu bisa menenangkan Saca.

Setelah Gathan merasa Saca sudah bisa mengendalikan diri, ia segera mengandeng Saca dan berjalan menuju ke sebuah kamar nomer 108.

Perlahan Gathan membuka pintu dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya masih mengandeng gadis yang matanya sudah membengkak dan sedikit menghitam.

GATHCAWhere stories live. Discover now