f l a s h b a c k

351 43 4
                                    

Malam terasa begitu panjang untuk orang seperti Yoongi yang kini tengah meringkuk disebuah gubuk tanpa penutup. Begitupun kelam yang datang bersama awan hitam, angin yang berhembus menusuk kulit seolah menyampaikan pesan bahwa hujan akan menyapa bumi disaat hiruk pikuk dunia mulai melonggar.

Ranting yang menjulur saling bergesekan, membuat dedaunan gugur tersapu oleh angin malam. Decitan jangkrik mulai terdengar samar disertai rintik air yang jatuh dari langit.

Yoongi semakin merapatkan tubuhnya. Tangannya menggenggam erat beberapa lembar uang hasil kerja serampangannya satu jam yang lalu. Takut jikalau uangnya ikut terbang bersama angin kencang.

Ia belum mendapatkan apartemen murah sejak ia memantapkan niatnya untuk pergi dari panti asuhan dan memberanikan diri mencari pekerjaan di usianya yang terbilang masih sangat muda. Jadi, gubuk kecil di pinggir jalan menjadi satu-satunya yang ia jadikan tujuan untuk tempat mengistirahatkan diri sebelum esok kembali menghadapi kejamnya dunia.

Ketika dirinya hendak memejamkan mata berusaha menghiraukan dinginnya malam dan membiarkan kantuk menderanya, sentuhan kecil di pipinya yang tirus mengusik ketenangan Yoongi. Tubuhnya beringsut menjauh takut apabila seseorang yang menghampirinya adalah orang jahat.

"Aku bukan orang jahat. Jangan takut begitu!"

Kekehan lembut nan ceria terdengar begitu pas menyapa indera pendengaran Yoongi. Perlahan, tubuhnya yang menegang kembali tenang. Sedikit heran kenapa orang itu berkeliaran di malam hari.

"Kenapa kau tidur di sini?"

Yoongi diam tak menjawab, bahkan ketika orang itu memilih duduk di tepian gubuk dan memandang suasana di sekitar.

"Namaku Hoseok, Jung Hoseok. Kau Yoongi, kan? Pegawai paruh waktu di toko seberang sana? Yang baru sehari bekerja sudah meminta gaji"

Laki-laki bernama Hoseok itu kembali beri senyuman lebar. Merasa lucu dengan ekspresi terkejut yang Yoongi berikan.

"Itu toko milik sepupuku hehe. Kau tidak punya rumah, ya? Kalau begitu ayo ke rumahku. Orang tuaku pasti senang aku membawa seorang teman. Jangan khawatir, kau bisa bekerja juga di rumahku. Jadi, kau tidak perlu kesana kemari mencari pekerjaan dan tidur di sini. Bagaimana? Kau setuju, kan?"

Dan Yoongi tidak ada alasan untuk menolak, kan? Ia tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan langka seperti ini.

Hari berganti hari, Yoongi merasa telah cukup banyak merepotkan keluarga Jung. Keluarga Hoseok penuh kehangatan, membuatnya membayangkan bagaimana jika ia punya keluarga utuh seperti itu. Batinnya bergejolak tak nyaman. Ia tidak mungkin hanya menjadi parasit di rumah ini. Dilayani begitu baik seperti anak sendiri.

Yoongi tidak ingin merepotkan lagi. Cukup sudah ia menjadi anak merepotkan ketika di panti. Yoongi tidak ingin lagi. Jadi, ia memilih pergi dari kediaman Jung. Pergi disaat orang-orang rumah tidur. Meninggalkan sebuah pesan terimakasih karena sudah menampung orang seperti dia.

Sampai akhirnya ia bertemu Taehyung yang membuat hidupnya sedikit demi sedikit kembali memunculkan warna.

***

Berbicara tentang Taehyung, mari kita kembali ke beberapa waktu lalu disaat keduanya bertemu.

Sesaat setelah Taehyung menghampiri Yoongi di tempatnya meringkuk, Taehyung mengajaknya memasuki sebuah minimarket di ujung jalan. Membeli dua mie, sekaligus membuatnya disana.

"Kau tidak takut padaku? Aku orang asing. Kenapa kau mau saat ku ajak pergi?"

Kegiatan mengaduk mienya terhenti. Yoongi tersenyum tipis mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Taehyung.

"Bukannya takut, lebih tepatnya sudah terbiasa dengan orang jahat. Aku bahkan tidak peduli lagi kalau memang kau adalah orang jahat dan pada akhirnya memanfaatkanku. Aku sudah hidup seperti itu, Taehyung."

Nada bicaranya penuh keputusasaan. Hati kecilnya tergerak untuk memberi perhatian lebih pada sosok mungil pucat yang duduk manis sebelahnya ini.

"Yoongi, bukan maksudku merendahkanmu. Tapi, kalau aku memberimu tempat tinggal yang cukup nyaman, kau mau?"

"Kalau maksudmu adalah tinggal di rumahmu, aku tidak mau. Aku sudah pernah merepotkan orang lain, jadi aku tidak mau merepotkanmu juga."

Taehyung tersenyum menenangkan, "Tidak. Aku tau apartemen murah namun nyaman di sekitar sini. Kau mau?—

Jeda beberapa detik. Taehyung memiringkan tubuhnya sembari menepuk kecil kepala Yoongi.

—dan ayo berteman!"

Yoongi tidak bisa menampik bahwa di sudut hatinya, di relung sempit jiwanya yang nyaris kosong dan mati rasa. Ada secercah kehangatan dan kenyamanan saat tangan lebar itu menepuk kepalanya dengan lembut.

"Kalau pada akhirnya kau tau semua ceritaku, kau mau tetap berteman denganku, Taehyung?"

Anggukan mantap Taehyung berikan. Tekatnya sudah bulat untuk menjadikan Yoongi menjadi seseorang yang perlu ia beri perhatian lebih.

Setelah perdebatan yang penuh tenaga, Yoongi pada akhirnya menerima tawaran Taehyung untuk membantunya membayar uang sekolah. Tentu tidak semua. Yoongi sadar diri untuk tidak lagi merepotkan orang lain. Dengan Taehyung yang menjadi temannya sampai membantunya mencari apartemen untuk tempat tinggal saja Yoongi sudah sangat berterima kasih dan banyak hutang budi.

Taehyung adalah pribadi yang ceria saat di dekat Yoongi, membuat Yoongi mau tidak mau sering mengeluarkan senyum dan tawa kecilnya.

Tapi, itu semua tidak berlangsung lama semenjak Jimin dengan berani merisaknya di sekolah. Taehyung juga tidak berani melawan Jimin, karena pernah sekali ia membela Yoongi, Jimin hampir mencelakai ibunya yang tengah sakit di rumah sakit jiwa.

Memang. Manusia biadab.

Sejak saat itu Yoongi menyuruh Taehyung untuk tidak terlalu dekat dengannya. Menyuruhnya diam ketika Jimin memperlakukan Yoongi seperti anak buangan.

***

Selama itu pula Hoseok yang memang satu sekolah memperhatikannya diam-diam. Sesekali mengancam Jimin untuk berhenti merisak Yoongi agar tidak melakukan hal-hal yang pernah Jimin lalukan padanya dulu.

Dulu, Hoseok hanyalah siswa yang tidak banyak bicara di sekolah menengahnya. Ia tidak memperlihatkan bahwa ia adalah anak dari orang terkaya. Oleh sebab itu, Jimin seperti merasa paling berkuasa karena semua orang-orang lemah dan tidak pernah tau bahwa ayahnya sendiri bekerja di bawah pimpinan Jung.

Lalu, ketika keluarganya hampir jatuh miskin karena Tuan Jung tahu perihal anaknya yang selalu diganggu Jimin. Tuan Park dengan tidak tahu malu berlutut di depan Tuan Jung agar kembali menstabilkan perusahaannya.

Jimin tidak pernah sadar bahwa dirinya sendirilah orang lemah itu. Sembunyi dibalik perilaku buruknya. Padahal sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya.

Ancaman Hoseok seakan angin lalu bagi Jimin. Sama sekali tidak membuatnya takut untuk kembali merisak Yoongi. Sampai pada akhirnya Hoseok muak dan memilih untuk melakukan hal paling keji.

Jika Jimin tidak mau berhenti, Hoseok lah yang akan membuatnya berhenti melakukan hal-hal seperti itu selamanya.


—flashback end


To be continued...

d e r n [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang