Bab 40

16.9K 857 3
                                    

Laki-laki yang menyalahkan takdir dan meninggalkan aku saat mengandung, dan membuat aku membencinya kini terlelap tidur disampingku.

Rahang yang tegas dengan hidung mancung dan wajah yang tampan, sungguh ciptaan tuhan yang maha sempurna.

Meskipun tak pernah ada kata cinta yang keluar dari mulut kaki ini, tapi Ira yakin kalau suaminya juga mencintai dirinya, seperti dia mencintai suaminya.

Buah kesabaran itu akan tiba, saat kita menerima dengan ikhlas setiap ujiannya, disitu hasilnya akan terlihat nyata.
Terimakasih Mbak Mira, mengundangku kedalam kehidupanmu dan menjadikan aku istri satu-satunya Mas Sean.

Aku bukanlah apa-apa sebelum mengenalmu, wanita bidadari surga.
Ketulusan hati dan ke Ikhlasan hatimu menguatkan aku untuk tetap bersabar di samping Mas Sean.
Kau adalah wanita panutan ku setelah ibuku.
Surga sudah jadi milikmu, istirahatlah dengan tenang.
Aku yang akan bertugas meneruskan apa yang kau tunda untukku..

Kini kisah cintaku yang sesungguhnya akan segera dimulai dari hal kecil sampai hal besar.
Saling percaya, saling memahami dan saling menguatkan dan saling menyempurnakan kekurangan masing-masing.
Sekarang bukan lagi soal cemburu, bagaimana kita saling memiliki dan memahami tapi tentang indahnya cinta yang sudah ditakdirkan oleh Allah SWT untuk kita.

"Terima kasih, inilah hasil dari semua kesabaranku" Batin Ira.

Malam semakin dingin, angin berhembus dari celah-celah jendela, Ira semakin mengikis jarang diantara dirinya dan suami.
Tangannya terangkat untuk memeluk suaminya yang sangat pulas.

Cup

"Selamat malam,Mas."

Ira memejamkan matanya, bertempatan dengan itu Sean membuka matanya.

Dia memutar tubuhnya agar miring, tangan kekarnya kini memeluk Ira dengan tangan satu lagi dia jadikan bantal untuk istrinya.

Cup

"Selamat malam juga Ira."

"Maaf untuk semua luka yang aku torehkan dimasa lalu."

****

"Wah, kamu pinter masak juga ya Ra." puji Sara, mertua Ira.

"Tidak ko mam, Hanya masakan rumah saja."

"Iya, tapi cium saja aromanya sudah wangi begini. Pasti Sean doyan makan nih."

Ira tersipu malu mendengar pujian dari mertuanya, Suami itu memang sangat suka makan apapun masakan Ira.

"Wangi apa ini, membuat perutku lapar saja." Leon menghampiri Sara dan mengecup keningnya.
Meskipun sudah tua tapi keromantisan keduanya tidak pernah pudar bahkan membuat anak-anaknya cemburu.

"Itu loh Yang, masakan menantu kamu." Tunjuk Sara pada Ira, Leon langsung melirik Ira yang sedang menunduk.

"Wah, benarkah. Daddy pasti nambah 3 porsi makan nih."

"Haha, kamu mah emang doyan makan aja. Inget kolesterol!!" Sara mencubit Leon.

"Ya ampun Yang, masa iya aku harus nyia-nyiain masakan enak ini sih." Rengek Leon manja pada Sara. Ira yang melihat itu pun terkekeh.

"Iyaa hari ini aja,"

Leon langsung memeluk Sara.

"Makasih Sayang." Leon terus saja mengecup Sara, membuat Sara risih apalagi menantunya ada didapur.

"Yang, kamu gak malu apa di liatin Ira, udah tua juga."

"Emangnya kenapa, kan aku nyium istri aku sendiri "

Istri Kedua  (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang