C H A P T E R 4 : Melayani Kaisar

12.4K 1.2K 8
                                    

"Dasar ceroboh." Kaisar Alcacio, orang yang merengkuh pinggangku bergumam mencela kebodohanku.

Astaga, yang benar saja! Ini kan tidak sepenuhnya kesalahanku. Coba saja dia tidak datang tiba-tiba dan menghalangi jalanku, pasti ini semua tidak akan terjadi.

Lagipula, sejak kapan Kaisar sudah bangun dari tidur nyenyaknya?

Aku menundukkan pandangan, "maafkan Saya, Yang Mulia."

Labium merah muda itu menyeringai tipis, "bagaimana, ya? Ini hari pertamamu tapi kau sudah menyusahkanku."

Kalimat itu membuatku menelan saliva susah payah, masih dalam posisi yang sama, aku berusaha bernapas dengan normal di hadapannya. Bisa gawat jika Kaisar mendengar debaran jantungku yang tak karuan. Hey, lagi pula ini bukan kemauanku, kalau aku bisa pun sudah ku tepis tangan ini dari pinggangku.

Eugh, sial. Tidak bisakah dia menyingkirkan tangannya dari pinggangku? Ingin melepaskannya secara paksa pun pasti aku akan dikira lancang. Dasar seenaknya!

"Maaf, kehadiran Yang Mulia secara tiba-tiba membuat saya terkejut."

"Jadi ini salahku?" Kaisar menaikkan sebelah alisnya.

"Bukan! Tentu saja bukan, ini salah saya." Hanya bisa pasrah, mana mungkin aku secara terang-terangan menyalahkan eksistensinya?

Aku menahan dada bidangnya karena pelukan di pinggangku semakin erat. Hey, jika ada orang lain yang melihat bagaimana? Ini bukanlah situasi normal dimana seorang Kaisar bersikap pada pelayannya. Tidakkah ini terlalu dekat?

Aku mencuri pandang dengannya, dapat kulihat mata emasnya menelisik kolam air yang sudah kusiapkan. Tangannya menyentuh daguku, membawa netraku untuk bersitatap dengan netra emasnya.

"Tidak kusangka kau bisa melakukannya dengan baik. Sepertinya kau memang sudah cocok untuk menjadi pelayan." Nadanya terdengar mengejek, namun aku berusaha mengabaikannya.

Ingin rasanya aku berteriak, aku ini Putri Raja yang kerajaannya telah kau ambil, tau! seperti itu, namun aku sadar aku tidak akan bisa melakukannya. Bisa-bisa kepalaku yang akan hilang.

"Ehm, Yang Mulia sebaiknya Anda membersihkan diri terlebih dahulu. Saya akan membawa sarapan pagi Anda. Dan.."

"Dan?"

Aku menahan napas ku sejenak, "t-tolong lepaskan tangan Anda. Saya harus melakukan tugas Saya yang lain."

Kenapa aku jadi gugup seperti ini?

"Kau berani memerintahku?" Nah, ini dia yang kutakutkan. Salah bicara sedikit saja pasti akan menyinggung perasaannya. Padahal bukan itu yang kumaksud!

"B-bukan! Tidak seperti yang Anda pikirkan, Yang Mulia. Saya tidak berani melakukan hal seperti itu." Aku mencoba menatap mata emas yang berada dibalik topeng setengah wajah itu, memberanikan diri untuk membalas ucapannya.

Kaisar Alcacio melepaskan rengkuhannya, aku bernapas lega setelah itu.

"Bantu aku membersihkan diri."

Perintah itu membuat lidahku tercekat, seketika aku tidak bisa berpikir positif karena kalimat yang ia lontarkan. Namun dengan cepat aku menepis pemikiran aneh itu.

"Saya akan memanggil pelayan lelaki untuk melakukannya. Saya permisi-"

"Aku tidak bilang ingin dilayani oleh mereka, kan?"

"E-eh?"

Tunggu dulu! Madam Katrina tidak pernah memberitahu ataupun mengajariku tentang hal ini! Dia hanya bilang jika Kaisar membutuhkan bantuan untuk membersihkan diri, aku harus memanggil pelayan pribadi lamanya ataupun pelayan laki-laki.

The Emperor's Maid (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang