C H A P T E R 34 : Ares

4.7K 555 14
                                    

Terimakasih kasih banyak buat readers yang setia menunggu walau aku sering banget ngaret ToT

Makasii buat vommentnya jugaa

Love yall😫❤️

Doakan aku biar ga sering ngaret lagi😔

Happy reading guys 💕

•|•|•

Sepasang netra sweet violet itu menatap tak percaya pada pria di hadapannya. Ares—pria itu berhasil membuka ruangan rahasia di area Amethyas menggunakan batu Amethyst yang entah darimana ia dapatkan. Helcia sangat yakin, bentuk batu Amethyst milik Ares benar-benar persis dengan batu yang berada di mahkota patung dewi Amethyas. Setelah pria itu memasangkan lima batu Amethyst pada masing-masing lubang di sekeliling podium, dengan ajaibnya podium yang membawa patung dewi Amethyas itu bergeser hingga memunculkan lubang yang berisi tangga menuju bagian bawah.

Helcia terdiam seperti orang bodoh, mengingat ide buruknya yang hendak memanjat patung dewi Amethyas demi mendapatkan lima batu yang ada di mahkota megahnya. Kalau saja ia benar-benar melakukannya, ia pasti sudah dikutuk. Gadis itu bernapas lega, ia tak perlu bersusah payah memikirkan bagaimana cara membuka ruangan rahasia itu. Kehadiran Ares benar-benar menguntungkannya.

"Lihat? Aku tidak perlu bertindak bodoh dengan memanjat patung dewi Amethyas." Sindir Ares yang membuat Helcia berdecak pelan.

"Mana aku tau kau memiliki duplikatnya." Helcia memutar bola matanya malas.

"Semua butuh persiapan, Nona. Salah satu alasan pencuri mudah tertangkap itu karena persiapan mereka yang bodoh dan tidak matang."

Ucapan itu menohok hati Helcia. Baiklah, gadis itu akui ia memang tidak menyiapkan semuanya secara matang. Ia begitu ceroboh. Sepertinya hal-hal yang berbau kejahatan seperti ini memang tidak cocok untuknya—dan sialnya Helcia harus terlibat dengan kejahatan bodoh seperti ini.

Tanpa menunggu Helcia yang masih termangu di tempatnya, Ares langsung saja berjalan cepat menuruni anak tangga menuju ruangan rahasia yang berada di bawah area Amethyas. Beberapa detik Helcia terdiam seperti orang dungu, gadis itu berdecak pelan lalu dengan segera menyusul Ares. Tungkainya melangkah dengan hati-hati, ia melirik sejenak ke bawah memastikan situasi di sana benar-benar aman.

Helcia dengan pelan menuruni satu demi satu anak tangga, sedangkan kedua netranya menelusuri tiap sudut ruangan. Ia berdecak kagum, ruangan rahasia ini benar-benar antik, namun masih terjaga dengan baik. Hingga telapak kakinya menginjak anak tangga terakhir, Helcia tak henti-hentinya mengobservasi sekitarnya. Tiba-tiba saja jantungnya berdegup dengan kencang, antara senang dan cemas. Jika memang 'benda' yang selama ini dicari-cari olehnya berada di sini, tentu Helcia akan merasa lega karena ia tak perlu bertindak lebih jauh lagi.

Namun satu hal yang membuatnya cemas dan gelisah. Jika tujuannya sudah tercapai, itu berarti ia harus meninggalkan istana ini. Meninggalkan kekasih rahasianya. Terselip perasaan tak rela yang terbesit dalam benaknya. Namun apa boleh buat, kabur dari istana ini adalah hal yang harus ia lakukan jika tujuan utamanya menyusup ke tempat ini sudah terselesaikan. Gadis itu meyakinkan dirinya, ia hanya menyukai Kaisar Alcacio karena perlakuan manisnya, tak ada rasa cinta yang mengharuskannya bertahan di tempat ini. Cinta hanya akan menghambat semuanya, dan Helcia harus berpegang teguh pada itu. Ini demi keselamatannya, juga keluarganya.

Helcia menarik napas dalam, lalu mengembuskannya dengan perlahan. Gadis itu menenangkan diri, mencoba menepis perasaan gelisah yang mengganjal di hatinya. Saat ini yang terpenting bukanlah perasaan pribadinya, gadis itu harus tau bagaimana ia harus bersikap di situasi yang tepat.

The Emperor's Maid (END)Where stories live. Discover now