💌 Ide Cemerlang Senada

642 176 86
                                    

4.

IDE CEMERLANG SENADA


Tak terasa—ah, tidak, melainkan sangat terasa, sudah dua minggu berlalu sejak kejadian sinting itu, yang bikin seorang Irene Valencia memiliki moto baru.

Hidup segan, mati tak mau.

Senada berulangkali meminta maaf pada Irene. Sudah tak terhitung lagi. Senada sampai menawarkan diri mengerjakan tugas Irene—tentu segera ditolak, mengirimkan makanan ke rumah Irene—ini pasti diterima, hingga merelakan waktu pacarannya dengan mengajak Irene jalan-jalan—namun, Irene terlalu putus asa untuk bersenang-senang.

Irene pun tak mengerti harus bagaimana. Irene merasa jika ia tak luput dari kesalahan. Seharusnya, ia tak langsung mempercayai Senada yang notabene sering lemot. Semestinya, ia memastikan lagi apakah Senada betul-betul tahu seperti apa tipe lelakinya.

"Hahaha, demi apapun Sena bodoh banget! Bisa-bisanya Sena ngira Kak Vino termasuk tipe lo?! Cowok urakan yang laki banget mah tipe gue, makanya dapat Kak Saga. Tampang security, tapi hati hello kitty."

Itu reaksi Felicya sehabis diceritakan oleh Jodie lewat video call—lantaran ingin buru-buru tahu. Gadis berambut sebahu itu sontak terpingkal-pingkal sampai perutnya sakit.

"Jelas-jelas, tipe lo itu yang rapi, hangat, ramah, kayak mantan gebetan lo si Raynald. Kalau gue ada di sana, gue pasti sepikiran sama Jodie. Yang lo incar sebenarnya Kak Zayn, kan?"

Namun, nasi sudah menjadi bubur. Irene sudah memaafkan Senada. Meskipun, Senada belum berani menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi kepada yang terhormat El Vino Atmadja.

Ia mengerti ketakutan Senada. Bukan tidak mungkin bagi Senada dilaknat dan disumpah-serapahi oleh yang terhormat El Vino Atmadja, lantaran yang terhormat El Vino Atmadja mengira Senada sengaja mengerjai dan membodohinya, meski faktanya... ini semua murni ketololan Senada Cinta saja.

Akibat kesalahpahaman yang dibiarkan mengambang, semesta tak mengizinkan benang merah antara Irene dan yang terhormat El Vino Atmadja putus begitu saja. Urusan mereka belum berakhir. Setiap kali berpapasan dengan Vino, tatapan mengintimidasi itu selalu menyetrum Irene, bikin ia mati kutu di tempat.

"Ya ampun, gue salah apa, sih?!" pekik Irene suatu ketika, saat kelas baru saja selesai. Senada menatapnya penuh penyesalan, Jodie mengiba, sementara Felicya menahan tawa—memang kurang ajar.

"Astaga, kenapa dia segalak itu sih sama gue? Padahal gue kan cuma nulis nomor gue aja—"

Jodie berdeham, "Tapi, lo juga menulis, 'Hi, people call me Irene! But, you can call me tonight, Kak! Hehehe...'" tambahnya, meniru kekehan centil Irene. Jodie segera membuang muka, sesaat menyadari raut masam temannya.

Belum peka, Senada justru menganggutkan kepala, "Terus lo gambar hati kecil-kecil, Rene, ada tiga lagi di bagian bawah, warna ungu—" Ia sontak menghentikan ucapannya begitu Jodie menyikunya dengan panik.

"Ya, tetap aja!" seru Irene mengamuk. "Isi kertas gue cuma berisi gombalan buat ajak kenalan, bukan berisi teror, ancaman, atau apapun yang mengerikan, yang membenarkan dia untuk menatap gue setajam silet seolah-olah gue seorang penjahat yang mesti dia binasakan!"

Tawa Felicya lenyap. Ia menepuk bahu Irene pelan, "El Vino Atmadja memang orangnya begitu, Rene," katanya.

"Lo kenal dia dari mana sih, Fel?"

"Kak Vino dulu berhalangan ikut ospek angkatannya. Akhirnya, dia ikut ospek angkatan kita dan kebetulan gue segrup sama dia," jawab Felicya, tampak merenung, larut dalam kenangan masa lalu. "Kak Vino kelihatannya aja galak, Rene. Padahal, dia aslinya hangat dan kalem kok. Gak banyak tingkah kayak lo. Mungkin, dia menatap lo kayak begitu karena risih, tiba-tiba ada cewek yang gak dikenal suka sama dia—setidaknya, itu kan yang ada di pikirannya sekarang? Terus segala lo gombalin lagi! Tapi, serius deh. Kak Vino aslinya baik, kok."

GARA-GARA SENADA!Where stories live. Discover now