°°°
Tampaknya Areska terlihat bosan sendirian di kamarnya sore ini. Bayangkan saja bagaimana wajah tampan yang biasanya di penuhi ketengilan, kini terlihat kusut. Melelahkan.
Setelah bertukar pesan dengan teman-teman kelasnya di group kelas, Areska melempar ponselnya asal di kasur. Setelahnya menghela napas cukup pelan.
Areska terlalu lelah dengan hatinya, orang-orang selalu menganggap dirinya bahagia tanpa beban. Namun ketahuilah jika dirinya tidak seperti yang mereka bayangkan. Bahkan Areska membenci dirinya sendiri.
Bangkit dari ranjangnya, Areska berjalan pelan menuju lantai bawah hendak mengambil minum. Ketika menuruni anak tangga, terlihat dari atas ia berdiri, beberapa orang teman-teman ibunya tengah berbincang di ruang tamu seraya mengumbar tawa.
Areska mencoba tak memperdulikannya, ia tetap berjalan hingga menapaki anak tangga paling bawah.
"Itu anak kamu Na?" celetukan seorang ibu-ibu menghentikan langkah Areska, cowok itu sedikit melirik pada segerombolan wanita baya berpenampilan modis itu.
Awalnya Karina tampak tersenyum kikuk pada teman-temannya.
"Ganteng banget anakmu Na. Kalau saya punya anak gadis seusia anak kamu, pengen banget saya jodohin. Serius deh."
Mendengar salah satu temannya yang lain berceloteh, membuat Karina sedikit merasa berbangga hati. Kini seutas senyum lebar merekah di bibirnya.
"Ahahaha, bisa aja kalian." Karina tampak malu-malu menyebalkan.
"Nak, sini!" Areska mengerti, jika dirinya di panggil untuk mendekat ke arah ibu-ibu tersebut. Dia berbalik badan, sepenuhnya menatap pada ruang tamu. Terlihat teman-teman dari sang ibu tersenyum manis ke arahnya.
Areska berjalan mendekat, duduk di samping sang ibu yang terlihat tak suka dengan kehadirannya.
"Nama kamu siapa Nak?" tanya seorang ibu-ibu berpakaian modis bak anak muda.
"Areska, Tante," jawab Areska tersenyum tipis. Mencoba untuk ramah.
"Namanya bagus, sama kayak orangnya," puji salah satu ibu-ibu lagi tersenyum manis.
"Kamu udah punya pacar?" tanya ibu lainnya lagi.
"Belum Tante." Areska menggeleng pelan.
"Kebetulan banget. Mau nggak Tante kenalin sama anak Tante, dia cantik tau, pinter lagi."
Areska kini tampak kebingungan, sifat tengil yang di milikinya seakan menghilang begitu saja di depan ibu-ibu ini. Bukan karena dia takut, hanya saja aura di sampingnya terasa horor. Dari siluet pandangannya, Karina terlihat mengawasinya.
"Sebelumnya makasih Tante, tapi ... saya nggak bisa."
"Yaah, kenapa? Anak Tante masih seumuran kamu loh. Dia jago masak, pinter bela diri, selalu juara kelas. Cantiknya nggak usah di raguin lagi. Wanita itu masih kekeh mempromosikan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARESKA [complete]
Teen Fiction🐰LEGANTARA HIGH SCHOOL SERIES🐰 Ketika keadaan mengharuskan untuk menangis, tak usah berpura pura tegar, karena tak semua air mata berarti lemah. Namun berbeda dengan Ares, ketika keadaan menginginkan dirinya menangis, hatinya mengatakan untuk teta...