05 | Gundah ✔️

1.5K 134 3
                                    

05

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

05. Gundah

"Alex itu, ternyata anaknya Pak Evindra."

Samar-samar Melvin mendengar gosip hangat itu di ruang guru. Hal yang lumrah terjadi. Terlebih ketika waktu istirahat pertama.

"Memang namanya Evindra. Di rapot-nya 'kan ada."

Melvin menganga lebar. Tak menyangka dan sungguh plot twist. Alex yang itu, maksudnya? Orang yang selalu menganggapnya rival di sekolah kah? Dia anak dari Papa angkatnya? Ah, ralat. Maksudnya, sekarang 'kan status itu berubah menjadi mantan Papa angkat.

Melvin mengggeleng tak percaya. Dia bahkan sampai lupa tujuannya dia datang ke tempat ini.

"Tapi di rapot-nya Melvin, anak kelas IPS yang jenius itu, nama Papanya juga Evindra. Jadi mana yang bener? Mereka sama-sama anak beliau, gitu?"

Guru bahasa Inggris dengan nama Siska yang tersemat di nametag itu masih bertanya-tanya. Ia melirik teman bicaranya penuh fokus sebab menunggu jawaban darinya.

"Kayaknya, Alex yang beneran anaknya pak Evindra. Karena baru banget hari ini tadi, lho. Aku lihat sendiri. Beliau dateng buat jadi wali Alex karena dia baru menang olim kemarin."

"Olim sains itu? Dia menang juara berapa?"

Rista, guru muda itu tampak berpikir.

"Kurang tau kalau soal itu. Tapi yang pasti, Melvin juga juara."

"Wah," Siska takjub sampai geleng-geleng kepala. "Keren ya, mereka berdua. Otaknya jernih semua. Mana sama-sama anaknya pak Evindra, lagi."

"Melvin?"

Melvin tersentak. Begitu ada seseorang yang menepuk bahunya dari belakang. Ia pun menoleh.

"Ada yang kamu butuhkan?"

Melvin terlihat gugup. Ia meringis. "Sebelumnya maaf, Bu. Saya sudah lancang berdiri di sini."

Yunia, kepala sekolah terbaik dari yang sudah-sudah itu terlampau paham kalau Melvin memang anaknya nggak enakan. Dia buru-buru minta maaf. Padahal bukan itu yang Yunia butuhkan.

"Bukan masalah, selagi kamu masih warga sekolah ini," katanya dengan senyum merekah sempurna. "Oh iya, hasil kemenangan kamu dan hadiahnya belum diambil, ya? Kamu ada walinya?"

Melvin diam. Sebab bingung harus menjawab apa. Walau sebelum ini pun dia sudah tahu, kalau pertanyaan itu pasti akan terdengar di telinganya.

Bumantara dan LaranyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang