Part 25

9.3K 643 8
                                    

Hari berlalu. Usaha Andro untuk mendapatkan maaf ke Anggun tidak pernah berhenti. Sudah tiga bulan ini Andro terus saja berusaha. Berbagai macam cara terus dia lakukan. Sekarang, yang nampak justru seperti Andro sedang mengejar-ngejar Anggun. Seringkali Andro mendatangi entah di rumahnya atau di warungnya. Keluarga Marsih sendiri sepertinya juga sudah jengah dengan kebebalan dari Andro. Jangan ditanya sudah berapa kali dia diusir, berapa kali kata-kata pedas dilontarkan kepadanya, berapa kali juga penolakan baik dari Anggun ataupun dari Farhan. Semua hanya diterima saja oleh Andro.

Farhan kini tidak bisa lagi menjaga penuh Anggun. Dia sendiri sudah harus aktif di tempatnya bekerja. Sejujurnya dia sedikit khawatir karena keberadaan dari Andro. Dia sangat takut jika Andro akan mengulangi kembali perlakuan buruknya ke Anggun. Walaupun profesinya sekarang sebagai seorang polisi, namun yang namanya perilaku tentu akan melekat sampai kapanpun.

"Sore mas...." Farhan mengeluh malas mendengar sapaan yang ingin dia hindari. Bahkan kini Andro malah lebih berani dengan memanggil Farhan dengan sebutan "mas".

"Apa lagi? Hah?" Kejengkelan Farhan sudah benar-benar di ubun-ubun menghadapi Andro.

"Hehe.. Gak apa-apa mas. Mau main aja. Kan malam minggu mas. Besok libur. Mas Farhan sendiri mau kemana? Mau ngapel ya mas?" Malahan sekarang Andro bersikap sok akrab dengan Farhan.

"Mau ke ke pemakaman!" Jawab singkat Farhan dengan nada yang ketus.

"Ada yang meninggal, mas? Siapa?" Andro agak heran, sebab penampakan Farhan kali ini sangat casual. Tidak mungkin juga datang melayat atau ke pemakan dengan t-shirt warna soft pink dan celana selutut warna cream.

"Gak ada yang meninggal. Ke pemakaman buat pesen tanah makam. Abis ini mau nguburin polisi yang gak tahu diri." Andro tahu sepenuhnya kalau ucapan Farhan itu sebenarnya ditujukan ke dia. Dia juga sangat paham arti dari sindiran yang baru saja dikatakan oleh Farhan tersebut. Namun, sepertinya kebebalan Andro sudah sangat mempengaruhi otaknya. Bukannya tersinggung tapi dia malahan tertawa ringan sambil mencolek-colek Farhan.

"Ah, mas Farhan jangan gitu. Ntar kalau Andro beneran dikubur, kangen lho ntar sama Andro" Andro mengatakan itu dengan wajah yang dibuat memelas.

"Iya, kangen buat ngulitin kamu!" Farhan menanggapi dengan ketus. Dia lantas beranjak ke skutiknya dan mengenakan helm. Tampaknya dia memang akan pergi ke satu tempat.

"Mas, Anggunnya ada gak? Boleh ketemuan?" Andro buru-buru minta ijin untuk bertemu dengan Anggun. Seperti biasanya, untuk bertemu dengan Anggun, dia harus meminta ijin Farhan.

"Anggun lagi gak ada di rumah! Ini mau gue jemput! Dah pulang aja lo sono! Kehadiran lo gak diinginkan di sini!" Farhan berkata sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Andro.

"Lho mau jemput Anggun dimana? Andro anterin aja ya mas. Pake mobil Andro aja. Adem, ada AC-nya kok mas" Farhan melihat sejenak mobil Andro yang sudah terparkir di depan pagar rumahnya. Sabtu sore seperti ini biasanya lalu lintas cukup ramai. Jika pakai mobil dan Andro yang nyetir, setidaknya dia tidak perlu capek. Sekali-kali kayaknya tidak masalah jika dia menerima tawaran Andro.

Anggukan kepala tanda persetujuan dari Farhan seketika membuat wajah Andro tersenyum cerah. Setidaknya dia bisa memanfaatkan situasi ini untuk mengakrabkan diri dengan Farhan. Langsung saja, Andro dan Farhan berjalan ke arah mobil Andro.

"Kita kemana mas?" Andro yang sudah duduk di belakang kemudi lantas bertanya ringan

"Kita jemput Anggun di tempat kursus masak" Ujar Farhan singkat. Lalu dia menyebutkan alamat yang harus dituju Andro.

"Wah.. Anggun sekarang kursus masak ya mas? Wah, makin jago masak dong.." Tanya Andro, berusaha mencairkan suasana yang masih kaku diantara keduanya. Masih tidak ada yag berusaha untuk membuka pembicaraan. Farhan menolehkan wajahnya ke Andro.

"Lo tau sendiri kan kalau adek gue dikeluarain dari sekolahnya. Sekarang dia baru mau ambil Paket C sama kalau weekend gini dia ambil kursus masak. Kemarin dia minta ijin ke gue buat ambil itu semuanya. Jelas gue setuju banget. Gue gak mau adek gue punya pendidikan yang rendah. Gue pengen balikin lagi senyum adek gue yang ilang." Suasana menjadi kaku kembali. Andro sungguh tidak menyangka jika pertanyaan ringan darinya ternyata mengundang jawaban yang menusuk hatinya.

"Gue harap lo gak amnesia soal adek gue yang cita-citanya harus ilang gara-gara kelakuan busuk lo kan" Walaupun Farhan sudah mulai sedikit mencair dengan Andro, bahasa yang digunakan juga sudah bukan bahasa yang kaku lagi, tapi masih saja omongannya pedas.

"Ma.. Maaf mas.. Andro beneran minta maaf. Andro salah mas." Andro lantas memilih diam. Dia sendiri bingung bagaimana untuk membangun kembali mood Farhan yang drop gara-gara pertanyaannya tadi.

"Lo pinggirin dulu mobil lo di cafe depan itu! Gue perlu ngomong sama lo" ujar Farhan sambil menunjuk pada satu cafe yang ada di depan mereka. Masih ada beberapa waktu yang bisa digunakan untuknya mengobrol serius dengan Andro. Andro hanya menganggukkan kepalanya saja dan mengarahkan mobilnya ke parkiran cafe yang ditunjuk oleh Farhan.

"Lo sebenernya mau apa? Jujur lo sama gue! Lo mau mainin lagi adek gue? Iya?" Tidak menunggu lama, setelah mereka mendapatkan tempat duduk yang cocok buat ngobrol, Farhan langsung menodong Andro dengan pertanyaan yang menusuk. Andro mengambil nafas sejenak sebelum dia menjawab pertanyaan Farhan. Kali ini dia memasang wajah yang serius.

"Mas, mungkin udah bosen dengerin permintaan maaf dari Andro. Tapi ya cuman itu yang bisa Andro lakuin sekarang. Andro pengen bener-bener minta maaf buat semuanya. Kesalahan Andro emang besar. Pembully, pemerkosa, bahkan pembunuh juga. Makanya, Andro gak akan nyerah. Mau gimanapun mas maki-maki Andro, Andro gak akan mundur mas. Mas mau pukulin Andro, juga bakalan Andro terima kok mas kalau itu bisa bikin mas lega."

"Oke, kalau gitu gue maafin lo. Lo bebas buat pergi abis ini. Itu kan yang lo mau? Udah, sana pergi! Udah gue maafin kan lo!" Andro langsung menggeleng saat Farhan mengatakan bahwa dia memaafkannya.

"Enggak. Andro tahu kalau mas Farhan ngomong itu bukan dari hati mas. Mas ngomong gitu cuman mau Andro gak dateng-dateng lagi kan? Andro pengen dapat maaf dari hati mas. Sesusah apapun Andro akan lakuin"

"Trus, dimana adek lo? Kenapa cuman lo doang yang nongol? Lo sama adik lo itu sama-sama bajingan kan?"

"Percaya ato enggak, karma itu nyata adanya mas. Kayaknya semua sikap buruk Elena ke Anggun udah dibalas sama Tuhan. Elena hamil dan dia sendiri tidak tahu siapa yang menghamili dia. Karena itu, ayah marah besar ke Elena. Sekarang, dia gak dibolehin keluar sama sekali sama ayah. Semua fasilitasnya juga dicabut sama ayah."

Mulut Farhan menyungging sebelah mendengar itu. Terlihat sekali jika senyumannya adalah senyuman sinis.

"Hah? Itu bukan karma! Itu juga karena adek lo sendiri yang kegatelan!" Seperti biasanya, Andro tidak bereaksi apapun dengan kata-kata kasar dari Farhan. Dia hanya tersenyum saja. Di hatinya, sebenarnya ada rasa tidak rela dengan sebutan yang sangat kasar itu, namun bukankah faktanya memang seperti itu.

"Oke, gue kasih lo kesempatan buat buktiian apa yang tadi lo bilang. Buktiin ke gue, ibu gue dan yang paling penting buktiin ke Anggun. Inget! Gue buka komunikasi sama lo kayak gini, bukan berarti gue maafin lo! Mungkin seumur hidup, gue gak bakalan bisa maafin lo. Sekali lo ingkar sama apa yang kamu janjiin, selamaya gua gak akan kasih lo kesempatan lagi."

Let Me Be Your Man (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang