Part 40

9.3K 618 5
                                    

Andro, Farhan dan Anggun sekarang berada di kafetaria rumah sakit. Di depan mereka masing-masing sebenarnya sudah ada minuman yang tadi sudah mereka pesan. Tapi semuanya masih utuh. Tidak ada yang berkurang sedikitpun. French fries yang juga ada di tengah meja juga sama. Tidak tersentuh. Semuanya diam, menunggu Andro untuk memulai perbincangan ini.

"Jadi, sebenarnya apa yang mau lo bilang?" Farhan akhirnya memecahkan suasana.

"Eh.. Hm.. Mungkin beberapa hari ini Andro akan fokus dulu ke Elena. Mas tadi bisa lihat sendiri kan gimana kondisinya. Andro gak mungkin juga bebanin semuanya itu ke mama sama ayah"

"Lo cuman mau ngomongin itu? Kalau cuman mau ngmongin itu doang, ngapain juga lo nelponin gue segala?" Farhan lantas mengernyitkan keningnya. Jika hanya itu yang mau diomongin sama Andro, rasanya tidak perlu sampai menyuruhnya ke rumah sakit.

Andro menghela nafas panjang. Ada hal penting yang ingin dia sampaikan.

"Ini soal Elena dan Anggun..." Andro menjeda ucapannya dan dia mengalihkan pandangannya dari Farhan ke Anggun.

"Nggun, please, aku mohon sebagai seorang kakaknya Elena, please maafin dia. Aku tahu banget dia salahnya gak keitung sama kamu. Banyak kesalahan fatal yang udah dia lakuin ke kamu. Please maafin dia. Mungkin, apa yang didapat Elena sekarang juga karma karena dia jahatin kamu...."

"Kenapa harus kamu yang minta tolong? Kenapa gak Ele sendiri yang datang ke aku dan dia minta tolong?" Anggun langsung memotong omongan Andro.

"Dia lagi sakit kan.. Tadi kamu bisa lihat sendiri"

"Dia sakit baru juga tiga hari ini. Lagian dia sakit juga karena ulahnya sendiri kan? Selama empat tahun ini dia kemana? Pingsan? Hilang ingatan? Mendadak bisu? Enggak kan? Kalau dia mau minta maaf harus dia sendiri yang datang dan bilang langsung ke aku! Kecuali emang kalau dia udah bisu dan gak bisa ngomong lagi!" Anggun langsung berkata dengan sangat tegas. Ada nada marah di perkataan yang diucapkannya.

"Please, Nggun... Tolong untuk kali ini. Mungkin dengan ini jalannya akan menjadi lebih mudah. Entah dia jadi sembuh atau emang mau pergi. Setidaknya dia enggak sesakit sekarang"

"Sekali lagi, aku nanya, dia baru tiga hari kan dia ngerasain sakit? Aku? Sejak masuk di sekolah kalian udah habis-habisan membully aku. Sejak itu aku udah ngerasain sakit!" Andro langsung diam. Dia tidak tahu lagi harus berbicara apa kepada Anggun. Rasanya seperti sia-sia saja dia memohon kepada Anggun. Permohonan maaf untuk dirinya sendiri saja belum diterima Anggun apalagi ini untuk orang lain yang Andro tahu pasti kalau Elena tidak pernah merasa menyesal dengan semua perbuatan di masa lalu.

"Jangan pernah berharap kamu akan mendengar kalau aku langsung luluh dan kasih maafku ke Ele. Enggak!" Farhan yang melihat jika adiknya itu emosinya sedang memuncak, langsung menenangkan dengan mengusap lengan adiknya itu. Farhan tidak berusaha mempengaruhi keputusan adiknya sedikitpun. Semuanya dia serahkan ke adiknya itu.

Selesai berbicara seperti itu, Anggun beranjak berdiri. Tepat saat dia berdiri, nampak seorang wanita berjalan menghampirinya. Wanita itu lantas memegang pundak Anggun. Sontak saja Anggun menolehkan wajahnya ke wanita itu.

"Dokter Tari...."

"Kok kamu ada di sini? Siapa yang sakit? Ke sini sama siapa, Nggun?" Sapa wanita yang ternyata seorang dokter di rumah sakit itu.

"Gak ada dok. Cuman jengukin aja. Ini bareng kakak saya, mas Farhan. Udah pulang dia dok dari Jepang. Sekarang udah balik kesini." Tangan Anggun lalu menunjuk ke arah Farhan. Mereka lantas saling bersalaman dan memperkenalkan diri.

"Trus satunya itu siapa? Pacar kamu yaa..." Tanya dokter Tari sambil menunjuk ke arah Andro.

"Bukan dok. Dia Andro.... Lelaki yang udah ngerusak Anggun dulu. Dan sekarang adiknya yang juga suka ngebully Anggun ada di ICU"

Dokter Tari yang ada di sampingnya lalu memeluknya. Mengusap punggung Anggun, mencoba menenangkannya. Selang beberapa lama, pelukan itu terlerai. Tangan dokter Tari menangkup pipi Anggun. Dengan senyum yang menyejukkan, dia lantas berkata:

"Apapun, yakinlah kalau kamu itu kuat. Jangan kalah dengan apapun. Ingat apa yang udah kita obrolin waktu itu? Hm?"

"Dok, dulu gimana caranya dokter Tari bisa maafin orang yang udah lecehin dokter?"

"Semuanya ngalir gitu aja. Waktu itu dia kecelakaan tunggal dan harus masuk rumah sakit. Anehnya, dari catatan medis dia itu gak kenapa-kenapa. Kecelakaannya juga bukan kecelakaan yang frontal kayak gimana gitu. Tapi ya dia gak sadar, pingsan sampe beberapa hari. Tapi anehnya, setelah saya bilang kalau saya maafin dia, trus dia bisa sadar.."

"Dokter bisa gitu maafin?"

"Anggun, dengan memaafkan, bukan berarti kamu kalah. Enggak! Justru sebaliknya, kamu menang atas mereka yang udah jahatin kamu. Kenapa? Karena sekuat apapun mereka menghancurkan kamu, kamu tetep jadi pribadi yang lebih baik dari mereka"

Anggun mengangguk perlahan. Dia seketika teringat obrolannya dengan dokter Tari, yang juga pernah mengalami kejadian seperti dirinya.

"Ya udah, itu anak saya udah jemput. Senang ketemu kamu seperti ini, Nggun. Tetep kuat ya.." Selesai mengatakan itu dokter Tari lantas berpamitan dan meninggalkan tanda tanya di benak Farhan dan Andro.

"Aku ke toilet dulu" Sesungguhnya Anggun ingin menenangkan diri dulu. Suasana hatinya cukup rusak setelah mendengar permintaan Andro tadi.

Setelah beberapa waktu, Anggun kembali ke mejanya tadi.

"Tadi itu siapa, Nggun? Kok kayaknya deket banget sama kamu?" Farhan yang sedari tadi penasaran dengan siapa yang tadi nampak akrab dengan adiknya itu.

"Itu tadi dokter Tari. Istrinya dokter Brian. Dokter Brian itu dokter spesialisasi kandungan tempat Anggun dulu terapi"

"Hah? Terapi? Kamu terapi apaan di dokter kandungan?" Andro kaget mendengar itu? Apa mungkin kelakuannya dulu itu membuahkan anak dan Anggun memilih untuk keguguran? Atau bagaimana?

"Semua juga karena kelakuan kalian waktu itu. Aku mengalami cidera parah di rahim bahkan harus keguguran juga. Waktu dokter Brian tahu kalau penyebabnya adalah pemerkosaan, dia lantas ngenalin ke istrinya. Ya dokter Tari itu tadi. Itu karena dokter Brian mikirnya selain fisik, kondisi psikisku juga harus disembuhkan. Akhirnya kita sering ngobrol. Dia sering nguatin aku juga. Jadi kayak konseling psikologis gitu. Mungkin karena dokter Tari juga pernah ngalamin apa yang aku alamin, jadi kita seringnya nyambung. Dokter Tari juga keibuan banget. Sabar pake banget pokoknya.." Anggun menjelaskan bagaimana dia bisa mengenal dan dekat dengan dokter Tari.

Satu yang Andro tahu, bahwa dia ternyata belum benar-benar tahu tentang apa saja yang sudah Anggun alami karena kelakuannya dulu. Jadi, sekarang jikapun Anggun bersikap seperti tadi saat dia meminta maaf untuk adiknya, dia menjadi sangat maklum. Masih banyak cerita yang belum dia tahu. Masih sedikit yang dia tahu tentang Anggun, dan itu membuatnya lebih ingin mengungkap apa saja yang sudah dilalui Anggun selama ini.

Let Me Be Your Man (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang