Part 53

21.9K 699 62
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Anggun Febriyastuti Binti Sudarto dengan mas kawin tersebut dibayar tunai....." Andro mengucap dengan lantang kalimat tersebut, namun sekarang Farhan yang menggenggam tangannya justru menatapnya nyalang.

"Nama adek gue FEBRIANI! Bukan Febriyastuti...." Farhan mendesis perlahan, tapi Andro yang sekarang menjadi pusat perhatian malah menunjukkan wajah polosnya. Selang beberapa detik, dia berucap

"Oh, Udah diganti ya mas?" Tanya Andro namun Farhan justru menatap lebih tajam lagi ke arah Andro.

"Kita ulangi lagi ya akadnya. Mas Andro tadi salah mengucapkan nama, jadi tidak sah. Konsentrasi ya mas, biar gak salah lagi. Mas Farhan, udah siap ya, kita ulangi lagi" Ujar petugas penghulu dari KUA dan juga diangguki oleh saksi nikah. Farhan lalu mengangguk, lalu pandangannya menatap lurus ke arah Andro. Setelah mengambil nafas, Farhan dengan tegas berucap

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau..........."

DDDUUUUUTTTTT

"Uhhhuuukk... Uhhuuukkk..."

"Hoeek... Hoeekk"

"Hehehe... Maaf... Gugup, jadinya kelepasan... Maaf..."

"Lo, Issh.. Bisa-bisanya kentut pas akad gini.." Farhan menggeram marah ke Andro, sementara Andro memilih menundukkan wajahnya karena malu. Bukan hanya Andro yang jatuh malu, tapi Wiryo dan Gina juga sangat malu dengan apa yang anaknya lakukan. Seluruh tamu undangan, keluarga, bahkan komandan di kantornya bekerja kontan saja tertawa melihat apa yang terjadi tersebut.

Acara akad nikah antara Andro dan Anggun itu akhirnya selesai walaupun dengan banyak adegan drama di dalamnya. Pernikahan umumnya merupakan salah satu acara yang diharapkan sakral dan khidmat menjadi penuh dengan adegan tidak terduga dari kekonyolan Andro.

Setelah melewati permenungan yang dalam, Anggun akhirnya bersedia. Jangan ditanya bagaimana Andro saat Anggun menganggukkan kepalanya saat untuk kesekian kalinya dia meminta kesediaan Anggun menjadi istrinya.

Sore harinya, prosesi pernikahan dilanjutkan dengan resepsi. Karena Andro sendiri adalah seorang perwira polisi, maka ada tradisi pedang pora saat resepsi pernikahannya. Anggun sendiri sebenarnya hanya ingin pernikahan sederhana saja tapi karena Andro seorang perwira polisi dan Wiryo yang seorang pengusaha maka pernikahannya menjadi mewah dan diselenggarakan di ballroom hotel berbintang. Wiryo nampak jelas tidak mau setengah-setengah dalam pernikahan Andro kali ini. Semua yang terbaik diusahakannya untuk menjadikan Andro dan Anggun menjadi raja dan ratu semalam. Dalam pesta pernikahannya itu, Andro sengaja tidak mengundang satupun temannya saat sekolah dulu. Dia takut kedatangan mereka akan membuat Anggun menjadi buruk. Pesta pernikahan juga dengan konsep round table party, sehingga hanya undangan tertentu yang bisa masuk.

Selesai acara resepsi pernikahan yang sangat melelahkan, Andro dan Anggun kini berada di kamar bertipe presidential suite room yang di dekorasi menjadi kamar penganti bagi mereka berdua.

Anggun menatap dengan canggung tempat tidur hotel yang sekarang bertaburan bunga dan bermacam ornamen hiasan lainnya. Andro paham dengan kecanggungan dari Anggun tersebut. Dia datang dan memeluk Anggun dari belakang.

"Terima kasih banyak ya Nggun... Terima kasih udah mau buka kesempatan buat aku. Aku beneran janji buat perbaiki semuanya." Andro berucap lirih. Ada rasa haru dan terima kasih yang tersirat dari ucapannya. Tubuh Anggun menegang. Dia masih belum bisa berinteraksi dengan Andro dengan rileks.

"Jangan khawatir, aku bisa tidur di sofa kok. Gak masalah. Kamu aja yang tidur di kasur. Sekarang, mending kamu mandi dulu, bersih-bersih trus habis itu tidur. Pasti capek kan seharian ini." Andro berucap lembut lalu mengurai pelukannya dan Anggun lantas beranjak ke kamar mandi.

"Mas.. Nanti ada yang Anggun mau omongin bentar" Mendadak mata Andro membelalak saat mendengar Anggun memanggilnya dengan "mas". Seolah dia sekarang bisa terbang tanpa sayap saat mendengar panggilan itu.

"Bentar... Bentar... kamu tadi manggil aku apaan? Mas? Bener?" Andro bahkan tergagap saat ingin memastikan pendengarannya. Anggun lantas mengangguk saja sebagai jawaban.

"Hm... Kalau keberatan, gak apa-apa...." Andro langsung menggeleng.

"Enggak! Aku malah seneng banget malahan. Oke, kalau kamu manggil aku mas, aku manggil kamu sekarang dengan dek.. Dek Anggun.. Gimana?" Lagi, Anggun tersenyum kecil dan mengangguk lemah mendengar antusias dari Andro.

"Mas, aku mau ngomong. Aku kan belum bisa melayanimu sebagai seorang istri, aku juga gak bisa kasih mas keturunan jadi nanti kalau emang mas udah gak bisa terusin pernikahan ini, bilang aja jujur dan terus terang. Anggun bisa terima itu semua...."

"ENGGAK! Kita akan berdua selamanya. Gak akan ada perpisahan, gak ada cerai diantara kita. Mas udah tahu adek gak bisa layanin mas dan mas tetep nikahin adek, jadi artinya apapun kondisinya, mas akan terima." Sebenarnya Andro sangat marah saat Anggun mengatakan itu, namun sekuatnya dia redam marahnya itu. Apalagi Anggun mengatakannya tepat saat pesta pernikahan mereka baru saja selesai, namun seperti yang sudah-sudah, Andro tidak bisa marah jika itu berhubungan dengan Anggun.

***

Marsih, Farhan dan Seno berjalan santai meninggalkan area hotel tempat resepsi pernikahan Anggun. Namun saat mereka ada di lobby, langkah mereka terhenti saat memandang sepasang suami istri dan seorang anak kecil di gendongan sang ayah.

"Oniisan...." Sapaan terkejut dari Farhan itu lantas membuat anak kecil di gendongan sang ayah berontak ingin turun.

"Uncle Han Han..." Ujar anak kecil itu sambil merentangkan tangannya kepada Farhan. Melihat itu, Farhan lalu mendekat dan menggendong anak kecil itu.

"Ryuzo... Ojisan misu" Farhan lantas menghujani wajah imut itu dengan ciuman yang membuat anak kecil itu terkekeh dan tertawa lepas.

"Okaasan..." Sekarang sepasang pasutri berwajah khas oriental itu menundukkan tubuh kepada Marsih. Gestur tubuh khas orang Jepang saat memberikan hormat kepada orang yang lebih tua. Marsih tersenyum, lalu menghampiri keduanya dan memeluk dengan hangat keduanya. Keduanya juga membalas pelukan Marsih tidak kalah hangatnya.

"Kalian baik-baik saja kan?" Tanya Marsih sambil tangannya membelai lembut wajah keduanya.

"Kaa.. mi... Ba..ik.. Ba..ik.. Saja.." Ujarnya dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata. Marsih kembali tersenyum.

"Ibu dan Seno pulang dulu saja ya. Farhan ada yang harus dibicarakan dengan Kazuo." Selepas Farhan mengatakan itu, mereka berpisah. Marsih dan Seno pulang kembali ke rumah, sementara Farhan dan seseorang yang bernama Kazuo itu, sekarang berada di coffee shop di hotel tersebut. Hanya ada mereka berdua dan beberapa bodyguard yang berjaga di depan pintu masuk dan di sekitar Farhan dan Kazuo.

"It's you? Right? You've planned every single of this. Am I right?" Farhan langsung bertanya pada intinya pada pria di depannya itu.

"I've told you. you and all of your family are my family too. Forever and ever. So if anyone hurted, I will stand by you. You are my brother and I will protect you, and all things related to you! No matter what. Mom, Anggun and Seno, all of them are my family too. About Anggun, don't worry. She will be safe. I have sent my man around her." Kazuo berkata dengan mimik muka yang serius. Matanya mentap tajam ke arah Farhan.

"You know exactly who and what I am" Lagi, Kazuo mengatakan itu bahkan dengan nada penekanan pada Farhan.

"Ok, but please never let anyone here knows about it. Anyone!" Permintaan Farhan lantas dijawab dengan anggukan dari Kazuo.

"Take me to your home. I want to stay there just a few days." Farhan langsung saja kaget dengan permintaan dari Kazuo, tapi untuk membantahnya tentu lebih tidak mungkin lagi. Pria di depannya ini tampak tidak bisa dibantah.

"Ini orang kelakuannya kapan berubahnya sih?" Farhan bergumam mengomel sendiri

"I heard that, Farhan..."

TAMAT

Let Me Be Your Man (Tamat)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora