Bagian 21 - Kembali Sakit

4.1K 761 106
                                    

Vote dulu ya

SELAMAT MEMBACA

🌳

Rafi merasa tidak nyaman dengan pengendara di belakangnya, terlihat jelas sedang mengikutinya. Karena merasa ingin memastikan, Rafi mampir ke sebuah warung di pinggir jalan, dia turun sekedar untuk membeli air mineral. Duduk sebentar untuk meminum airnya, matanya melirik pada mobil yang juga berhenti beberapa meter dari mobilnya, Rafi tidak salah, dia tengah di ikuti.

Kembali masuk ke dalam mobil dan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, tapi mobil di belakangnya juga masih mengejarnya. Hingga mobil itu berhasil menyalipnya di sebuah jalan sepi, Rafi sedikit terkejut dan segera turun. Matanya terbelalak melihat laki-laki yang keluar dari mobil itu.

"Rafi," panggil orang itu.

"Mengikuti seseorang itu perbuatan buruk, anda bisa saya laporkan ke polisi karena menggangu kenyamanan saya dan membuat saya hampir saja kecelakaan," ujar Rafi menatap tajam dua orang laki-laki paruh baya yang berdiri dua meter darinya.

"Papa cuma mau kamu ikut papa pulang," ujar Darwin, ayah kandung dari Rafi.

"Maaf, bisakah anda berhenti menyebut papa untuk diri anda sendiri? Saya bahkan tidak pernah merasa memiliki ayah seperti anda."

"Papa minta maaf, nak. Papa menyesal--

"Dan itu tidak ada gunanya. Saya sudah hidup lebih baik bersama keluarga saya, dan anda bisa melanjutkan hidup anda kembali. Tanpa saya." Rafi menekankan suaranya di akhir kalimat.

"Bukankah itu sangat sarkas? Kamu ini anak kandung dari Darwin, dia ayahmu, ada darahnya di tubuh kamu," ujar laki-laki di sebelah Darwin.

"Mungkin darah itu sudah hilang setelah dia meninggalkan saya malam itu," kata Rafi dengan tangan terkepal.

"Rafi, maafkan papa. Papa akan memperlakukan kamu dengan baik, kita bisa memulai kehidupan kita jauh lebih baik setelah ini."

"Buang jauh-jauh khayalan anda, tuan. Saya tidak akan kembali terjun pada jurang berduri," ujar Rafi hendak melangkah kembali ke mobilnya.

"Adi Bagaskara," celetuk laki-laki itu membuat langkah Rafi terhenti. "Renata Indi Aditama."

Rafi berbalik dan menatap tajam laki-laki yang berdiri di samping Darwin, laki-laki itu menatap Rafi dengan senyum yang sangat buruk bagi Rafi.

"Miyoza Candrawama, Ayres Dylan Atharazka, ketiga anak kembarnya, bukankah mereka terlihat seperti keluarga bahagia?"

"Jangan macam-macam," tekan Rafi.

"Sepertinya akan sangat menyenangkan bisa bermain bersama mereka."

"Jangan coba-coba untuk mendekati mereka," kata Rafi langsung masuk ke mobilnya.

Rafi pergi dari sana, dia merasa sesak di dadanya. Dia pikir hari ini akan menjadi hari santai untuknya, ternyata tidak. Dengan segera Rafi pulang, dia tidak langsung masuk ke rumah, Rafi langsung berjalan cepat ke belakang dan naik ke pondoknya.

Brukk

Brakk

Rafi membongkar isi kotak penyimpanan yang tersusun rapi, dia membutuhkan benda itu. Rafi bahkan tengah menahan rasa gatal di pergelangan tangannya, dia terduduk setelah mendapatkan sebuah kater kecil berwarna biru.

Rasa itu kembali lagi, Rafi tidak bisa berpikir jernih, dia ingin mengamuk, dia akan menghilangkan rasa sakitnya. Beberapa goresan tercetak di sekitar pergelangan tangannya, Rafi tidak merasakan sakitnya, dia hanya menatap datar beberapa darah yang ternyata ikut menetes bersama air matanya.

PONDOK SUARA [SELESAI]Where stories live. Discover now