Chapter 22

1K 119 14
                                    

Sakura's POV

Entah kapan terakhir kali aku kesini. Yang jelas, saat itu aku datang hanya bersama dengan Saso-nii. Beberapa tahun yang lalu.
Makam Kaa-san dan Tou-san selalu terlihat bersih. Jelas saja, pengurus makam selalu membersihkannya setiap hari.

Aku hanya bisa menatap nanar makam dihadapan ku, bertuliskan nama orang yang akan selalu aku cintai. "Mereka pasti bahagia." Kurasakan rangkulan hangat Sasori di bahuku. Aku setuju dengan apa yang dia katakan. Mereka jelas bahagia karena kami datang berkunjung . Tidak Bisa ku bayangkan dengan jelas bagaimana wajah Kaa-san saat tersenyum, yang pasti beliau akan terlihat sangat cantik.

"Kau adalah reinkarnasi Kaa-san." Aku tersenyum. Andai itu benar.

"Mebuki selalu bilang, Kalian berdua adalah Reinkarnasi mereka." Entah sejak kapan Bibi Mikoto ada dibelakang kami. Wanita itu terlihat cantik sekali hari ini.

Ku lihat Sasori tersenyum. Ia maju dan memeluk Bibi Mikoto, Mereka berpelukan didepanku. Sedekat itukah Sasori dengan Bibi Mikoto.? "Saku-chan ..." Suara lembut bibi Mikoto membuyarkan ku. "Boleh bibi memeluk mu?" Aku ter tertegun sebentar. Namun tidak ada salahnya mencoba. Meski terasa sedikit aneh. Aku terus memikirkan tentang pertemuan kami dengan sangat tidak terencana hari itu. Aku merawat Sasuke, dan ternyata Sasori dekat dengan mereka kakek dan nenek juga. Dan sekarang, aku berada dalam dekapan orang yang beberapa bulan lalu ku anggap asing.

Nyaman, Aku merasakannya. Hembusan nafas bibi Mikoto terdengar teratur ditelingaku. Mungkin begini rasanya pelukan Kaa-san. Sangat Menenangkan. "Sasori benar, kau adalah reinkarnasi Mebuki." Bibi mengelus wajahku.

Aku menatapnya cukup lama dan intens. Ku kira itu akan mengganggunya, ia justru balas menatap ku dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Bibi menahan tangis. "Bibi tidak apa-apa?" Karena rasa khawatir Tanpa aba-aba aku menangkup wajahnya.

"Bibi hanya merindukan orang tua kalian." Sekarang aku tau bagaimana Bibi begitu menyayangi kedua orang tuaku. "Mereka orang yang sangat baik Saku-chan." Aku mengangguk membenarkan.

Bibi menatap Makam Kaa-san dan Tou-san lama. Ada duka dari tatapan ini, aku tau.
"Kaa-san ..." Itu suara Itachi.

Benar saja, dia sudah berdiri tepat di samping Bibi Mikoto. Aku menatap Sasori yang sedari tadi diam menyaksikan aku dan Bibi berpelukan.
"Hei keriput." Keriput? Apa itu panggilan Sayang Sasori untuk Itachi? Entahlah. Ku lihat Itachi hanya tersenyum menanggapi itu dan merangkul Sasori. Mereka sangat akrab. Aku seolah menjadi orang asing di antara mereka.

"Dimana Sasuke?" Setelah mendengar nama itu aku ikut melihat ke sekitar mengikuti arah pandang Bibi Mikoto.

"Sedang menemani Sarada, semalam Dia demam karena kelelahan." Sarada demam?. Aku bahkan tidak mengetahuinya sama sekali. Jelas saja anak itu kelelahan, perjalanan Konoha-Tokyo memakan waktu kurang lebih 14 jam.

"Dimana Sarada sekarang?" Tanyaku. Aku ingin sekali bertemu anak itu.

"Di Villa, Sasuke sudah mengompresnya semalaman."

"Apa boleh aku melihatnya?" Aku ragu, tapi aku lebih khawatir.

"Tentu saja, kau bisa pergi lebih dulu." Aku melihat Sasori.

"Aku masih menunggu kakek dan nenek." Aku bahkan belum mengatakan apapun. Dasar Sasori.

"Ya sudah, aku pergi." Tujuanku saat ini hanya Sarada.

.
.
.

Author POV

"Naruto-kun?." Panggil Hinata. Wanita itu terlihat pucat.

"Ada apa hime?." Naruto yang masih sibuk dengan laptopnya melirik Hinata sekilas.

"Akhir-akhir ini aku merasa ada yang aneh."

My Beautiful Doctor [On Going]Where stories live. Discover now