Part 26

630 76 22
                                    

Malam akan selamanya membisu bahkan sang rembulan saja sudah jengah menyimpan rahasia dua insan yang sedang di landa kebimbangan di dalam hatinya.

"Assalamualaikum,,," Ben menyalami Aisyah dan Dirga yang berada di ruang keluarga.

"Wa'alaikumsalam,," Jawabnya serempak.

"Yah, Bu, aku mau tidur disini." Ucap Ben dan di angguki Aisyah Dirga. Ben memang dari kecil sering menginap menurutnya rumah ini rumah ke 2 untuknya.

Setelah bercengkrama sebentar Ben naik ke lantai atas bukan menuju kamar yang sudah menjadi kamarnya melainkan ke kamar gadis yang berhasil membuat hati dan otaknya kacau.

Tanpa mengetuk pintu Ben memasuki kamar Dirra, Ben tak biasanya tidak sopan seperti ini apa lagi yang ia masuki adalah kamar seorang gadis namun kali ini pikirannya kacau sampai ia tak menyadarinya.

Ben melihat pintu menuju balkon terbuka lebar dan ia pastikan gadis yang di carinya sedang berada di sana. Ben pun menghampiri Dirra yang sedang duduk memeluk kedua lututnya dengan kepala yang di sandarkan di antara lutut.

Ben merutuki kebodohannya melihat Dirra yang seperti ini membuat dada Ben terasa sesak dan ia tak tahu harus bagaimana.

"Maaf,,," Ya,, hanya kata maaf yang bisa Ben katakan. Ia merasa bersalah bahkan ia menyesal dengan mengutaran unek-uneknya pada Dirra.

Dirra terjingkat dan langsung menoleh ke arah Ben.
Ben melihat wajah kuyu Dirra bahkan nampak sangat jelas matanya sembab.

"Maaf,, aku tak bermaksud menyakitimu." Ben menunduk memainkan jari-jarinya.
Ben bukannya tak berani menatap Dirra namun ia tak kuasa menahan sakit di hatinya melihat gadis yang di pujanya seperti ini.

"Yah kamu memang benar seharusnya aku jaga jarak dengan mu dan lebih baik kamu keluar." Usirnya membuat Ben menatap Dirra.

"Maafkan aku,,," Ucap Ben lagi.

Dirra kembali menatap Ben lalu beranjak dari duduknya, gadis itu melangkah masuk meninggalkan Ben di balkon.

Ben masih terdiam namun tangannya saling meremas. Sebelum menyusul Dirra, Ben menghembuskan napas beratnya.

"Keluarlah Ben, aku mau mandi." Ucap Dirra lalu masuk ke kamar mandi.

Ben tak menghiraukan permintaan Dirra, bocah itu malah duduk di sofa ia menunduk tangannya menopang kepala yang semakin terasa berat.

Andai Ben bisa memilih ia lebih baik tak pernah mengenal Dirra dari pada merasakan sakit dan rasa serba salah.

Puluhan menit berlalu Dirra menyelesaikan mandinya saat ia akan  mengeringkan rambutnya langkahnya terhenti dan nampak gadis itu terkejut saat matanya melihat Ben yang masih ada di kamarnya.

Gadis itu segera menutup kepalanya dengan handuk lalu kembali menuju walk in closet untuk memakai hijab ia tak peduli jika rambutnya masih basah lalu menghampiri Ben.

Ben tak menyadari jika Dirra sudah berdiri di hadapannya, bocah itu masih asik dengan pikirannya.

"Ben,," Panggil Dirra namun masih tak ada jawaban.

"Ben," Kali ini Dirra melayangkan bantal ke arah Ben cukup kuat sehingga Ben tersadar dari lamunannya.

"Awwwhh,,, apa?" Tanyanya dengan wajah kesal.

"Keluar aku mau tidur." Katanya sambil berjalan ke ranjang.

Ben hanya berdecak saat akan beranjak dari duduknya handphone Dirra berbunyi nyaring yang tergeletak di meja tepat di hadapan Ben. Bocah itu tak sengaja melirik dan ia tahu siapa yang menelepon Dirra malam-malam begini.

Dear DirraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang