Satu

1K 56 1
                                    

Ini sudah CV ke sembilan belas dan tahun ketiga.

Gebi hanya bisa berdoa dengan rintihan disepertiga malam agar apa yang sudah dia cita citakan sejak awal terwujud. Bekerja dan sekolah di Korea Selatan.

Walau sudah berharap selama itu, namun perjuangannya bahkan belum dimulai. Gebi akan setiap saat memeriksa email dan mengirim kembali, jika tidak ada balasan lebih dari dua minggu.

Dia gunakan waktu panjang bekerja di supermarket hanya sebagai pekerjaan yang sedikit terpaksa dia lakukan. Selebihnya dia juga menabung jika suatu saat nanti doanya terkabul.

"Bangun dek"

"Astagfirullah" Gebi langsung terduduk. Memejamkan mata untuk menyadarkan dirinya sebelum bangkit dari ranjang.

Dia ketiduran selesai sholat tahajud dan subuh.

"Masih ada waktu, sabtu berangkat jam 8 kan?"

"Iya, buk"

Seperti biasa, setiap hari adalah pengulangan kegiatan bagi sebagian makhluk di muka bumi ini. Terutam Gebiela Candratika, gadis berkulit putih di standar masyarakatnya tinggal. Gadis yang memilih mengabaikan omongan tetangga dan bersikap bodo amat dengan apa yang terjadi.

Gadis yang kata orang orang egois karena mementingkan diri sendiri namun tetap ramah.

Gebi menghela napas lantas berjalan turun ke ruang makan. Masih ada waktu satu setengah jam menuju jam delapan. Gebi menyempatkan sarapan yang sudah dibuatkan Ibu.

Sup ayam dan nasi hangat.

"Tante ada liat ayah nggak?"

Gebi menggeleng sambil mengecek ponselnya yang berbunyi.

"Baru jam setengah tujuh"

"Hafis, ayah sama momi udah berangkat kerja dong dari tadi. Nenek mana?" Tanyanya sambil melahap makanan di piring.

"Nyiram tanaman, tante nggak berangkat?"

"Lagi sarapan"

"Hafis mau"

"Ya sudah sini tante ambilin"

Suara telfon terdengar, membuat Gebi menghentikan kegiatannya mengambil nasi. Lantas mengangkatnya sambil menyiapkan sarapan untuk keponakannya.

"Kenapa?"

"Gue jemput"

"Gila, jam segini dari semarang? Keburu telat gue, Ji"

"Ha? Tapi gue udah didepan"

Gebi diam. Meletakkan nasi dan sup ayam didepan Hafish lalu bergegas keluar.

"Dek ada Aji tuh"

Aji nyengir. Sementara Gebi mendegus sebal.

Paragraf Satu : Prolog

𝘔𝘢𝘢𝘧, 𝘚𝘢𝘺𝘢 𝘮𝘶𝘴𝘭𝘪𝘮 - Min Yoongi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang