Dua

20 0 0
                                    

Hari ini adalah hari dimana Naraya dan Riandy berangkat ke Bandung. Hebat bukan, seorang anak baru bisa berangkat hanya berduaan dengan atasannya saja tanpa ada pendamping yang lain. Jika dia bekerja di Perusahan besar tentu saja ini akan menjadi bahan perbincangan satu kantor, untungnya mereka ditempatkan di satu anak perusahaan.

Nara duduk di sebelah kursi kemudi, berkali-kali Nara menawarkan diri untuk mengendarai mobil itu tapi Riandy tetap menolaknya.

"Saya laki-laki, harga diri saya mau di taruh dimana kalo kamu yang ngendarai mobil ini"

Naraya hanya bisa mengangguk nganggukkan kepala saat Riandy berucap seperti itu.

"Semuanya sudah saya siapkan, Mas, dan sudah saya laporkan ke Mas Riandy, apakah ada lagi"

"Cukup, besok siapkan presentasi saya yaa, sudah saya email ke kamu. Nanti kamu tinggal tampilkan saja. Seharusnya kamu ini, Nar, yang presentasi tapi karna kamu anak baru saya enggak mau ambil resiko"

Sebentar, Nar? Baru kali ini Riandy menyebutkan nama Naraya, biasanya dia menggunakan kata ganti "Kamu" untuk memanggil seseorang.

"Hei, paham gaak?"

"Ehh, iya mas paham"

"Ngelamunin apa, kamu?"

"Enggak ngelamunin apa apa kok mas"

"Yaudah, sebentar lagi kita sampe. Nanti malam saya tunggu kamu di lobby hotel. Kita makan malam di luar"

"Apa kita gak pesen makanan di ojek online aja mas?"

"Saya mau makan di luar, kangen jajanan semasa saya kuliah dulu"

"ohh iyaa, dimana kampusnya, Mas?" Tanya Naraya basa-basi.

"Universitas Padjajaran"

"Oalah, okee Mas"

Kemudian tidak ada perbincangan lagi antara mereka berdua, mereka sama sama terdiam dalam lamunan masing masing. Lima belas menit kemudian mereka berdua sampai di Swiss-Bell Dago.

"Tas kamu sesimpel ini, Nar?"

"Iya, Mas. Ada yang aneh?"

"Untuk perempuan saya aneh ngeliat kamu bawa tas satu doang"

"Emang yang lain biasanya bagaimana, Mas?"

"Yaudah, lupain aja. Masuk ayuk"

"Siap, Mas"

*------*

Malam harinya setelah selesai membersihkan diri dan menunaikan ibadah sholat Magrib, Naraya menunggu kedatangan Riandy di lobby hotel. Setelah lima menit menunggu, betapa terkejutnya Naraya melihat tampilan Riandy. Personal Managernya yang biasanya menggunakan kemeja lengan pendek dan celana bahan Panjang kini merubah tampilannya bak anak kuliahan. Kaos hitam dan celana levis hitam sedengkul serta sepatu kets putih yang melekat di kakinyaa.

"Udah lama?"

"Sekitar lima menit, Mas"

"Maaf saya lama yaa, tadi sebelum magrib saya ketiduran" ucapnya sambal tersenyum tipis. Ya Tuhan, senyuman apa ini? Kenapa hati Naraya menghangat melihat senyuman Riandy.

"Iya gapapa kok, Mas. Mau kemana kita mas?" Tanya Naraya sambal menahan ucapannya untuk memuji Riandy, bisa besar kepala laki laki ini.

"Kamu suka pedes?"

"Suka, Mas"

"Hmm, ada dua rekomendasi sih, kalo kita coba dua duanya kamu sanggup?"

"Apa dulu nih?" Tanya Naraya

"Ceker Midun sama Nasi Goreng Mafia"

"Boleh, saya pernah liat kedua makanan itu di salah satu food vlogger. Sepertinya menarik"

"Oke"

Setengah jam kemudian mereka sampai di salah satu tempat makan yang disebutkan Riandy tadi, Ceker Midun.

"Level berapa?"

"Merapi boleh"

"Yakin?"

"Iyap, yakin"

"Oke"

Setelah selesai makan Naraya dan Riandy kembali ke hotel untuk beristirahat, namun Riandy memberentikan mobilnya disalah satu toko pakaian yang cukup terkenal di bandung. "Nar" Ucap Riandy sambal memiringkan sedikit badannya ke arah Naraya.

"Iyaaa?"

"Saya boleh minta tolong sama kamu?"

"Apa tuh?"

"Dua minggu lagi sahabat saya menikah, saya boleh minjem kamu untuk jadi partner kondangan saya?"

"Hah? Minjem?" Jawab Naraya kaget.

"Bukan dalam artian negative Naraya, cuman nemenin saya pas acara akad sampai resepsi doang, setelah itu kita pulang"

"Kenapa saya, Mas? Kan di kantor ada 2 wanita lagi yang bisa mas ajak, kenapa saya yang anak baru?" ucap Naraya tanpa sadar. Isssh bego, lu kenapa ngomong begitu Naraya.

"Saya gak begitu dekat dengan mereka?"

"Sama saya juga gak deket kan, Mas?"

"Mau atau enggak? Tinggal jawab susah amat"

"Kalo saya nolak, gaji saya di potong gak?"

"Jelas, bukan hanya gaji tapi uang makan juga"

"Yaudah Mas, Saya terima ajakan mas daripada gaji dan uang makan saya di potong"

"Oke. Ayuk turun"

"Ngapain?"

"Beli baju buat kondangan"

"A....shiaap" jawab Naraya gelagapan

-Bersambung-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Masa DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang