Bab 1

509 89 53
                                    

Kakek mewariskannya kepada Ayah, dan Ayah menurunkannya kepadaku. Sungguh, lebih baik aku tidak menerimanya, tapi jalurnya sudah begitu dari atas. Katanya, saat aku menikah nanti, barulah aku bisa melepaskan diri darinya, dan kelak si Jin akan berpindah menjaga anakku.

Dia tampan, ah, bukan, tapi sangat tampan, jauh lebih tampan dari semua teman-teman laki-lakiku. Makanya selama ini aku belum punya pacar karena aku selalu berpikir untuk mencari laki-laki yang baik wajah maupun postur tubuhnya harus melebihi Jin. Sebenarnya, itu bukan hanya pikiranku semata, tapi atas kemauan Jin juga. Kata Jin, kalau tidak ada yang lebih baik darinya, lebih baik tidak usah berpacaran.

Jin memang aneh. Kenapa kubilang aneh, sebab wajahku yang biasa saja seperti ini kenapa harus susah payah mencari kriteria tinggi? Tentu tidak akan bisa meraih laki-laki seperti itu sampai kapan pun, kan? Setiap aku protes, Jin selalu berkata, “Kamu cantik, Rose, dan kamu pantas mendapatkan laki-laki sempurna.”

“Rose, lagi-lagi kamu melamun.”

Aku menoleh kepada Jin yang sedang melayang di atas ranjang, sayap hitamnya yang besar dan lebar mengepak di belakangnya. Aku membuang muka, kembali memandang ke hamparan rumah-rumah di luar pagar tembok setinggi dua meter. “Aku sudah 22 tahun dan aku belum pernah berpacaran. Teman-temanku malah ada yang sudah menikah. Dan, bayangkan, Jin, aku masih perawan!”

Jin tidak menjawab, membuatku menghela napas.

“Jangan diam saja, Jin. Seharusnya kamu merasa bersalah.”

“Bukankah keperawanan diserahkan setelah menikah?”

Aku kembali menoleh kepada jin dengan mata berkilat-kilat menahan amarah. “Bagaimana aku bisa menikah kalau pacar saja belum punya! Aku sudah tidak mau lagi menuruti kriteriamu!”

“Rose....”

Aku melompat turun dari birai jendela ke lantai kamarku. “Aku mau jalan-jalan, kamu nggak usah ikut. Aku mau mencari laki-laki, calon pacar, calon suami sesuai mauku sendiri!”

“Tidak bisa.”

“Terserah!” Aku terkejut saat tubuhku tidak bisa bergerak. Dengan kekuatannya, Jin mengangkatku kemudian melempar tubuhku ke kasur begitu saja hingga aku berbaring terlentang. “Auw! Jin, apa-apaan, sih?”

Baru kali ini aku melihatnya. Raut wajah Jin tampak sangat menyeramkan. Dia masih sangat tampan, tapi kemarahan tercetak jelas di sana. Tubuhnya yang terbalut kemeja hitam lengan panjang dan celana panjang warna senada begitu memesona. Dalam hati, aku selalu menyadari dan mengakui memang tidak ada yang lebih baik dari Jin.

Jin melayang mendekat. “Mulai detik ini, aku yang akan menjadi kekasihmu, Rose....”

❤❤❤

Emerald, Minggu, 24 Oktober 2021.

Aku repost-nya pelan-pelan ya Mbak JungMila6 😆😆😆 soalnya nunggu vote dan komen banyak dulu, apakah masih ada yang nunggu si Jin sama Rose-ku? Makasih udah suka sama Jin.

Editorku tercintah : Booboo lullalebay 😍😍😍

JIN by EmeraldWhere stories live. Discover now