•Glory Hole (2)

2.8K 58 0
                                    

• Glory Hole (2)
©® by Ourmate

:::

Jean menekan pinggiran ranjang, tubuhnya bergerak-gerak gelisah.

"Ahh, not here!" rintih Jean dengan wajah semerah kepiting rebus.

Ia bisa merasakan sesuatu yang basah tengah mengobrak-abrik miliknya di bawah sana.

"Hngh,,, emhm W-william." Jean tersengal oleh napasnya sendiri.

Sedang di balik dinding itu, sesosok pria yang namanya tengah didesahkan oleh Jean masih sibuk memainkan lidahnya pada liang kewanitaannya.

Lidahnya menjulur, bergerak liar dan lincah menelusuri sudut-sudut kenikmatan di antara kedua paha Jean. William mengangkat kepalanya, tangannya menekan lembah hangat itu. Perlahan jarinya mulai liar menelisik, menekan dan bergerak masuk membuat si wanita kembali berteriak nikmat.

 Perlahan jarinya mulai liar menelisik, menekan dan bergerak masuk membuat si wanita kembali berteriak nikmat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ahh, Will- here.., emh,,,"

Tangan Will bergerak semakin cepat keluar masuk di vagina Jean yang semakin basah. Will memainkan jarinya yang satu, ikut memainkan klitoris membuat desahan Jean semakin keras dan berisik.

"Ahh.. Will! Arghh..."

Will menarik tangannya. Tersenyum puas akan hasil di depan matanya. Kewanitaan yang paling indah yang pernah ia lihat. Tangannya bergerak membuka resleting celananya, mengeluarkan ulat gemuk yang sedari tadi meronta di dalam celana.

Will menekan penisnya ke dalam vagina merah yang sangat basah itu. Pinggulnya mendorong perlahan hingga si ulat masuk seluruhnya.

"Uhh,,," desah Will saat merasakan sempitnya vagina Jean yang menjepit miliknya.

Will mendiamkan penisnya beberapa saat, vagina itu terasa sangat sensitif seusai pelepasan. Will bisa merasakan kedutan yang mengurut kejantanannya di dalam sana. Ia memainkan jarinya, menelusuri kaki jenjang Jean yang mulus tanpa noda.

Perlahan, Will menggerakkan pinggulnya. Mendorong dan menariknya dengan penuh perhitungan.

Shit! Ini nikmat!

Will mengalihkan pikirannya dengan menghitung domba di otaknya. Menahan diri untuk tidak bergerak secara brutal.

"Sshh, ahh..." satu desahan lolos dari bibir Will. Ia bergerak teratur dengan ritme pelan.

"Ahh shit, please fuck me harder, Jerk!" umpat gadis yang tengah dipermainkan oleh Will.

Dalam hati, Will tertawa karena emosi gadis itu. Ia ingin mempermainkan gadis itu lebih lama, namun tubuhnya berkehendak lain.

Pinggulnya bergerak semakin cepat dan brutal. Ia tak bisa menahan diri lagi, apalagi diiringi desahan Jean yang semakin keras. Will bergerak tanpa ampun, mengejar sesuatu. Ia bisa rasakan kedutan yang semakin sering melingkupi dirinya. Penisnya terasa membengkak dan seolah ingin menembakkan sesuatu.

"Fuck it! Stop-p ahh" Jean menjerit saat orgasme melandanya. Will yang mendekati puncaknya seolah menulikan diri. Pinggulnya bergerak tanpa ampun. Will mendorong penisnya cepat, menghentaknya keras.

"Ahh,, ahh, Argh, , ," Will menumpahkan spermanya di rahim Jean. Napasnya tersengal, ia menarik penisnya dan melihat cairan itu keluar dari vagina Jean.

Ia tak sempat mengeluarkannya di luar karena lupa diri.

:::

Ting!

Adrian membuka e-mail yang masuk di layar laptopnya. Tagihan kartu kredit yang hampir mencapai 4 milyar membuatnya terbatuk tanpa sebab.

Ia mencoba mengingat kemana pengeluaran selama beberapa hari ini hingga sebanyak itu. Lalu ingatannya jatuh pada kejadian tempo hari saat ia tak sengaja menabrak seorang gadis tomboy berpakaian serba hitam.

Adrian mengecek rincian kredit amexnya. Dan menemukan riwayat transaksi yang dilakukan atas nama Jean Pattireson selama tiga hari. Ia tersenyum, tidak ia sangka gadis tomboy itu ternyata sangat picik.

Bisa-bisanya gadis itu membelanjakan uang hampir 4 milyar untuk tas, sepatu, make up, tali, tenda, dan... tunggu!

Rose-Gold Glory hole?

Adrian memicing, mengklik riwayat transaksi dari nama yang menarik perhatiannya. Tanggalnya...

Adrian meraih smart phone, menghubungi seseorang.

"Oh, hallo selamat sore. Ada tagihan di kartu kredit saya atas nama Jean Pattireson di tempat Anda?"

"..."

"Ya, saya yang membayar semua. Jadi tolong beri tahu saya detilnya lewat e-mail"

"..."

"Baik. Saya tunggu, terima kasih"

Adrian menutup panggilan itu. Jarinya menari di atas keyboard, membuka kotak masuk email yang tak pernah sepi.

Ting!

Notifikasi yang ia tunggu!

Adrian membuka file tersebut. Sudut bibirnya bergetar menahan senyum.

"A9 dan A10. Jadi, siapa yang kemarin menjadi partnerku?" gumam Adrian sambil memindai layar laptopnya. Jarinya bergerak memutar mouse.

"Ah, ini dia. Jean Pattireson. Wah tidak kusangka gadis yang mengumpati William itu ternyata kau, ya?"

 Wah tidak kusangka gadis yang mengumpati William itu ternyata kau, ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


:::: ::::::

End.

Vote for next!

Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang