(Reading List Cerita Pilihan Bulan Februari 2022 @WattpadChicklitID)
Sepulangnya dari training motivasi tahunan di kota Malang, hidup Grahani Ayu Decca rasanya ikut bertransformasi jadi 'malang'. Masalah pribadi dan pekerjaan menyambutnya secara ber...
К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.
Sudah siap? • • •
Jakarta dan gerah memang selalu bersahabat akrab. Apalagi ketika tubuh kita beraktivitas di bawah terik matahari dengan setengah wajah ditutupi masker. Bisa dibayangkan sensasinya bagaimana, bukan? Namun sayang sekali, Eca memang tidak punya pilihan. Surat Keputusan yang mengizinkan site visit cukup melalui video call, tidak berlaku untuk semua kondisi. Terutama hal-hal yang urgent seperti memotret progres developer ini.
Virus Corona yang dilaporkan masuk ke Indonesia pada awal tahun memang berdampak pada banyak hal, terutama sektor perekonomian. Sebagai imbasnya, nyaris semua debitur yang Eca handle mengalami penurunan omzet. Sementara di luaran sana, usaha yang gulung tikar pun bergelimangan. Orang-orang kehilangan mata pencaharian. Pada titik itu Eca bersyukur tidak mengalami dampak finansial secara langsung. Di zaman pandemi, masih bisa bernafas dengan otak waras saja sudah merupakan anugerah besar.
Merasa gerah ditambah pengap akibat bekapan masker, Eca bergerak segesit mungkin agar tidak membuang waktu. Bidikan kameranya fokus saat mengambil gambar-gambar progres pembangunan. Namun seperti tidak mengerti situasi, getaran ponselnya malah terus mengganggu.
"Hallo? Ini udah mau beres. Udah deket?" tanyanya beruntun, tanpa menunggu si penelepon menyapa duluan.
"Udah sampe malah, coba tengok kanan," jawab suara berat di ujung sana.
Eca menurut dengan merotasikan kepala ke arah yang tadi disebutkan. Sebuah mobil hitam nampak terparkir tidak jauh dari tempatnya berada. Ketika kaca pengemudi diturunkan, wajah familier yang tertutup setengahnya oleh masker itu langsung melongok sedikit.
"Oke. Bentar ya."
"Sip."
Percakapan pun terputus.
Segera setelah menyelesaikan pekerjaannya tadi, Eca tidak membuang waktu untuk masuk ke dalam mobil. Hembusan pendingin udara yang menyejukkan tubuh secara instan, membuatnya refleks mendesah senang. Dalam hitungan detik kemudian dibukanya masker untuk meneguk air mineral botol hingga habis setengah. Tentu saja setelah menyemprotkan banyak-banyak hand sanitizer ke telapak tangannya.
"Haus, Bu?" Kerutan-kerutan di sisi matanya menunjukkan bahwa pria itu sedang tersenyum lebar.
"Banget. Panas gile. Eh, kamu sampe jam berapa? Kuat gak nyetir sampe Bandung? Aku aja sini, kita tukeran posisi."
"Tadi jam sepuluh. Udah sempet tidur dulu kok jadi seger. Gak apa aku aja. Soalnya nanti kalo kamu yang nyetir, pasang sein kanan malah belok ke kiri."
"Argaaaa ... enak aja."
Ketika Eca pura-pura memukul bahu kirinya, Arga hanya terkekeh renyah.
Mobil pun kemudian melaju dalam kecepatan sedang. Deretan gedung-gedung nampak berlarian di belakang. Semua itu lalu perlahan menghilang dan digantikan oleh pemandangan baru, cocok sekali bila dianalogikan dengan kehidupan yang terus berjalan.