29 | Acara Barbeque

753 212 7
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Seolah gak cukup menghabiskan waktu selama setengah hari, Gandhi justru meminta Jinan untuk menginap di sana.

Sang papa tadi menghubungi, mengatakan jika dirinya akan pulang dengan membawa beberapa kilo daging sapi.

Perusahaan tempat beliau bekerja memang sedang mengadakan pesta besar besaran demi menyambut hari jadi yang ke dua puluh. CEO tempat tersebut begitu baik, turut membagi bagikan daging kepada para pegawainya. Gak heran karena baru baru ini mereka mengalami keuntungan yang begitu pesat.

Lalu rencananya, nanti malam keluarga Arselino akan mengadakan acara barbeque sederhana di halaman belakang rumah. Maka dari itu, mengajak Jinan untuk ikut serta tentu bukan merupakan ide yang buruk, kan?

Besok adalah akhir pekan dan tentunya gak ada siapa siapa yang menanti dirinya di kos. Rasanya hal itu udah lebih dari cukup untuk menjadi alasan kenapa Jinan menganggukkan kepala.

Dan begitulah, pada akhirnya ketiganya segera menyiapkan beberapa bahan untuk acara memanggang dadakan itu.

Tadi sore Gandhi serta Jinan sempat keluar berbelanja untuk membeli cola, buah dan juga beberapa jenis sayur sementara sang mama sibuk menyiapkan sambal.

Pembagian tugasnya membuat mereka berhasil mengejar waktu yang kian larut.

Jam delapan malam, sang kepala keluarga akhirnya kembali ke rumah, membawa plastik berisi daging sapi beku untuk mereka santap nanti.

Beliau juga sempat bertemu dengan si tupai sebelum akhirnya memutuskan untuk pamit guna membersihkan diri. Keluarga Gandhi benar benar hangat, membuat Jinan merasa nyaman.

"Mau lagi Ji?"

Menoleh ke samping meski tangan masih sibuk mengipasi daging di atas panggangan, Jinan kemudian mengulas senyum tipis sebelum akhirnya membuka mulut ketika melihat sang dominan yang sedang menyodorkan sepotong daging ke arahnya.

"Hehe makasi kak."

Gandhi mengangguk singkat, kembali memotong sayuran hingga berbentuk dadu lalu dia tusukkan menggunakan besi khusus pemanggang sebelum akhirnya tempatkan pada satu wadah.

Para orang tua menyaksikan kedekatan dua remaja tersebut. Bukannya memasang wajah jijik, mereka justru sibuk mengenang masa lalu sembari bermesraan di teras belakang rumah. Sedikit gak adil memang, mama dan papa Gandhi hanya duduk sejak tadi, mereka hanya menunggu makanan matang.

Ternyata rasanya begitu menyenangkan, Jinan merasa bersyukur karena memilih untuk menginap malam ini.

"Kak Gandhi."

"Hm?"

Gak langsung menjawab, Jinan justru iseng menggerakkan kipas di genggamannya ke arah Gandhi hingga pemuda tampan tersebut justru terkena asap dari pemanggang.

Radio FM [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang