❀Pengirim Pesan Misterius❀

233 24 12
                                    

"Tiap manusia punya hak untuk bahagia, namun merebut kebahagiaan orang lain demi diri sendiri itu egois namanya."

—Verlyn Cassandra Aurora—

31. Pengirim pesan misterius

Haii  apa kabar? Udah seminggu ghosting kalian ya awkwk. Gimana enak di ghosting ☺️. Kita akan bersenang-senang nanti.

Note: bila ada kesamaan tokoh itu bukan karena unsur sengaja.

Selamat membaca

Andra maupun Susan tampak sangat berbahagia. Keduanya tampak sedang menyiapkan penyambutan kedatangan seseorang. Bahkan Susan meminta asisten rumah tangga untuk memasak lebih banyak daripada biasanya.

Sementara Verlyn gadis itu tinggal di apartemen milik Renzio. Sesekali menginap di rumah bila penting. Kakaknya Renzio itupun sudah kembali ke negara kelahirannya walau dengan berat hati meninggalkan Verlyn sendiri.

Awalnya Renzio ingin mengajak Verlyn tinggal bersamanya. Namun gadis itu enggan meninggalkan tanah kelahirannya. Apalagi sahabat setia seperti Joana.

Tepat hari ini, Andra meminta putri semata wayangnya untuk pulang ke rumah. Verlyn sebenarnya menolak, namun karena ancaman gadis itupun pasrah saja.

Verlyn duduk di taman beralaskan karpet berbulu berwarna cokelat. Memakan cemilan kecil yang dia letakkan di pangkuan. Tak lupa secangkir cokelat yang sengaja dia siapkan tadi.

Matanya memandang indahnya langit terbenam di sore hari. Derap langkah seseorang terdengar di telinganya. Orang itu tanpa diminta duduk di dekat Verlyn. "Kau sedang apa sayang?" tanya seseorang.

Mendengar suara saja Verlyn sudah paham siapa orang yang menghanpiri dirinya. "Apa yang Anda mau Tuan Andra? Kenapa memintaku untuk datang ke tempat ini? Anda tahu, waktu saya akan terbuang sia-sia meladeni manusia hina seperti kalian."

Verlyn mengucapkan kata-kata itu dengan nada sarkastis. Bagi Verlyn tidak ada tempat untuk menghormati orang yang tak mau menghormati dirinya. Baginya rasa sakitnya tak akan setimpal atas perlakuannya itu.

Andra menggeram marah. Bahkan mukanya sudah memerah akibat menahan emosi diri agar tidak meledak sekarang juga. "Apa kamu tidak pernah diajarkan sopan santun? Ucapanmu itu tidak mencerminkan keluarga bagaswara," balas Andra geram.

Verlyn tertawa sumbang. Kemudian kembali berkata, "Saya memang tidak pernah diajarkan sopan santun. Dan Anda tidak pernah mencerminkan seorang suami maupun ayah yang baik. Tak perlu repot mengurusi hidup saya karna saya sudah terbiasa sendiri."

Andra mengambil ancang-ancang untuk menampar Verlyn. Dan gadis itupun memejamkan matanya. Namun semuanya tak terjadi sebab seseorang berteriak memanggil nama Andra.

"Papa!" teriak seseorang dari belakang.

Andra menoleh ke belakang. Di sana seorang gadis seumuran Verlyn berdiri tak jauh dari mereka. Bisa Verlyn lihat senyum Andra merekah tak lupa dengan tatapan tulus seorang ayah kepada anaknya.

Tatapan yang tak pernah Verlyn dapatkan. Hening, Verlyn berusaha mencerna keadaan saat ini. Teriakan gadis itu memanggil papanya dengan sebutan papa terngiang-ngiang.

FARELLYN (ON GOING) Where stories live. Discover now