Mysterious Bookstore

62 6 4
                                    

    Di sebuah kota besar, mentari bersinar dengan teriknya, udara musim panas tercium hangat, banyak orang dan kendaraan berlalu lalang melaksanakan aktivitas mereka masing-masing. Mulai dari pergi berlibur, pergi pulang kampung, juga anak-anak SMA berjalan menuju sekolah menghabiskan waktu libur mereka dengan sekolah musim panas. Di salah satu gang kota, terdapat sebuah apartemen yang terlihat damai, seorang mahasiswa terlihat tengah terburu-buru.

    “Gawat ... gawat ... gawat ... !” Aku melirik jam arloji.

    “Aku bisa terlambat!” Tak ada waktu untuk sarapan, aku hanya mengambil sebuah tas sembari menyambar sandwich sisa kemarin malam, kemudian berlari mendekati pintu dengan sepatu yang dipakai ala kadarnya.

    Napasku sedikit terengah sebab berlari tergesa-gesa keluar apartemen. Setelah keluar terdapat suara memanggilku dari belakang.

    “Hei! Mau kemana? Mencari referensi, hah?” seorang wanita remaja berambut pendek memanggilku dari balkon.

    “Eh, Kak. Mau berangkat kuliah, nih. Hampir terlambat! Apa kau mendapat jam sore lagi?”

    “Haha .... ” Tertawa terbahak-bahak. “Kuliah? Musim panas begini masih memikirkan kuliah? Atau kau masih ada tugas?”

    "Musim panas? Benar juga, ini musim panas. Ah, aku hampir lupa kalau sekarang libur."

    “Ah ... itu ... benar juga, sekarang musim panas. Aku benar-benar lupa. Terima kasih telah mengingatkan.”

    "Dasar! Bisa-bisanya lupa di hari libur seperti ini."

    “Ya, ya, tidak masalah. Makanya jangan terlalu fokus pada kerja sampinganmu.”

    “Ahaha ... mau bagaimana lagi, itu untuk biaya kuliah.” Sambil melangkah masuk lagi ke apartemen.

    “Eh, mau kemana?”

    “Kembali ke dalam untuk bekerja.”

    “Sudah, jangan terlalu merenung mengerjakan kerjaanmu itu. Ini musim panas, kau juga butuh istirahat, mengapa kau tidak pergi ke balai kota, di sana sedang ada pameran buku dan cosplay anime. Katanya yang terbesar tahun ini.”

    Mungkin dia benar, aku terlalu keras bekerja dan butuh refreshing, lagi pula di sana aku akan mendapat referensi untuk bahan cerita selanjutnya.

    “Benarkah? Baiklah aku akan pergi ke sana. Kau tidak ikut?”

    “Aku tidak terlalu suka hal-hal seperti itu. Kau pergi saja sendiri.”

    “Baiklah jika itu maumu.”

    Namaku Kartz Windson, 19 tahun. Seorang mahasiswa di Universitas Biscops, salah satu universitas unggulan di kota ini. Sama seperti mahasiswa lainnya, aku belajar dan beraktivitas layaknya seorang mahasiswa. Hanya saja, aku memiliki kerja sampingan yang tidak banyak dimiliki mahasiswa pada umumnya; seorang novelis dan komikus. Jadi pada saat liburan, aku jarang keluar dan menghabiskan waktu di kamar untuk menyelesaikan deadline komik atau melanjutkan cerita novelku. Aku hanya keluar untuk membeli keperluan atau untuk mencari referensi. Oh iya, tadi adalah Rika Sefania. Satu kampus denganku, jurusan telekomunikasi. Meskipun dia lebih tua dariku, dia selalu memperlakukanku seperti teman karibnya. Padahal aku 2 tahun lebih muda darinya. Meskipun begitu, ketika ada masalah dia selalu membantuku sampai masalah itu selesai, dan alhasil aku menganggapnya sebagai kakakku.

Unforeseen HeroWhere stories live. Discover now