A New Friend, Maybe

39 4 7
                                    

"Hei, apa maksudmu? Gelombang iblis? Mengalahkannya? Ayolah ... kami hanya sekumpulan mahasiswa, mana mungkin kami memiliki kekuatan seperti itu." Sergah seorang bocah dengan nada menyangkal seperti anak-anak.

"Tunggu ... Suara ini, sepertinya aku mengenalinya."

Aku menoleh ke asal suara tersebut. Ternyata benar, dia adalah Tony Abbottabad, Sang 'bintang kampus'.

Tony Abbottabad. Satu kampus denganku, jurusan psikologi. Dengan kekayaan dan gaya rambut yang mungkin setiap minggu diganti. Dia adalah seorang bintang di Universitas Biscops, seumuran dengan Kak Rika. Dia juga sering mendekati Kak Rika. Mungkin dia menyukainya. Akan tetapi, Kak Rika tidak menyukai laki-laki yang sok keren dan congkak.

    Oleh karena itu, Kak Rika selalu bersamaku dan mengatakan bahwa aku kekasihnya. Tony menganggap hal tersebut benar. Meskipun begitu, itu tidak membuat kapok orang yang congkak itu. Dia malah semakin keterlaluan, mendekati Kak Rika seenak jidatnya,

"Aku akan mengalahkanmu bocah. Rika yang cantik ini hanya cocok untukku sang bintang kampus yang famous." Katanya kepadaku.

    Pernah suatu hari aku menjelaskan kepada Tony bahwa aku dan Kak Rika hanya berteman. Semua yang dikatakan Kak Rika hanyalah omong kosong. Akan tetapi, yah ... Si congkak itu tidak percaya. Dia malah menganggap bahwa itu hanya alasan agar dia tidak mendekati Kak Rika lagi.
  
    Mungkin sekarang dia tak lagi memikirkan Kak Rika. Dia kan 'sang bintang', mana mungkin tidak ada wanita yang tidak tertarik padanya. Bahkan Salsha yang merupakan idol pun tertarik pada si congkak itu. Yah ... Mungkin sekarang dia sudah menjadi pacarnya. Atau mungkin Velisa yang perfeksionis. Tetapi itu hanya pikiranku saja. Nyatanya Si congkak itu masih mengharapkan Kak Rika. Itu terlihat saat dia menoleh padaku dan mengatakan,

"Bocah yang merebut Rika-ku, kau juga kesini? Mau apa, heh? Mau unjuk gigi lagi? Aku tidak akan segan-segan, lihat saja nanti." Katanya sambil menghadapkan telunjuknya kepadaku.

"Heh Sang bintang congkak! Sudah kubilang berkali-kali bahwa kak Rika hanyalah teman. Aku dan dia tidak memiliki hubungan apapun." Jawabku dengan nada tinggi, hampir naik pitam diriku tiba-tiba disembur dengan kata-kata yang selalu itu-itu saja.

"Dia temanmu?" Tanya seorang bocah yang berada di sampingku.

"Yah, bisa dibilang kami berasal dari kota yang sama. Bahkan kampus kami pun sama." Jawabku sekenanya guna melegakan pertanyaannya.

"Hei! Ini istana! Kalian tidak diperbolehkan berbuat seenaknya! Sang raja yang terhormat telah memperkenalkan dirinya, kenapa kalian yang berkenalan saja belum sudah berbuat seenaknya, hah!" Bentak sang menteri.

"Sudahlah, mereka baru sampai di tempat kita. Biarkan mereka beradaptasi dan saling mengenal satu sama lain. Benar juga, aku belum mengetahui nama kalian. Bisakah kalian memperkenalkan diri terlebih dahulu?" Kata sang raja dengan lembut seraya memegang bahu menterinya.

"Oh, maafkan kelakuan kami yang lancang, Yang Mulia. Izinkan aku memperkenalkan diri. Namaku Draz Brown, 20 tahun. Aku hanyalah seorang mahasiswa yang taat dengan peraturan. Aku tidak tahu-menahu soal menghadapi gelombang atau menyelamatkan dunia. Tetapi, selagi tidak melanggar peraturan hidup itu tidak masalah bagiku." Perkenalan dimulai dari pria bertubuh tinggi kekar dengan mata cokelatnya yang berwibawa. Rambutnya hitam bergelombang, rapi layaknya seorang pangeran.

    Dilihat dari cara bicaranya, mungkin dia keturunan bangsawan yang selalu patuh pada peraturan.

"Hei hei ... Taat peraturan? Bukankah itu terlalu membosankan? Kau tidak bisa bertualang dan mendapatkan hal yang luar biasa kalau monoton begitu, kawan." Ujar seorang pria yang tadi bertanya kepadaku. Rambutnya cokelat oranye lurus dan tubuhnya tidak terlalu besar. Jika diukur, mungkin ia hanya sepundak denganku.

Unforeseen HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang