Cerita ini bisa kalian baca di KBM app. Disana sudah update sampai Bab 21. Othor update disana lebih cepat, buat kalian pembaca setia ceritaku, ayo follow dong. Yang baca banyak tapi follow aja tidak. Huhuhu
Username : aniswiji
Selamat Membaca
Tangan renta Ibu Yola mengusap pundak Wahyu penuh sayang. Ia tahu bahwa Wahyu sangat mencintai sang putri, tapi apa ia harus menutup mata dengan keinginan terakhir Yola?
Jawabannya tidak."Bu, apa salahku? Kenapa Tuhan memberikanku cobaan ini?" Ujar Yola penuh kepedihan setelah dokter memvonisnya. Saat itu Ibu Yola sedang berkunjung ke rumah sang putri.
Dengan wajah yang dibuat tegar, Ibu Yola menjawab. "Semua sudah ditakdirkan nak, kita hanya bisa ikhlas dengan takdir yang ada."
"Tapi Yola juga ingin kaya orang lain, Bu. Yola ingin mengandung, melahirkan, dan memiliki anak." Ucap Yola diiringi dengan isakan. Hati Yola saat itu hancur, bukan ini yang ia inginkan. Ya, dari awal Yola ingin memeriksakan kondisi tubuhnya, karena selama dua tahun setelah menikah ia tak kunjung memiliki anak. Tapi Tuhan seolah membuat skenario lain, dimana rahimnya ternyata bermasalah.
"Anak bisa kamu dapatkan dari anak orang lain, nak. Jangan berputus asa." Nasihat Ibu Yola, ia tahu putrinya sedang di tahap tidak menerima kenyataan. Tapi lambat laun semua ini harus diterima, jujur hatinya sedih mengetahui hal ini. Ditambah ia juga seorang Ibu.
"Tapi Yola ingin merasakan mengandung, Bu." Tangan renta Ibu Yola mengusap sisa air mata yang membasahi pipi cantik putrinya.
Ingatan itu kembali menyapa, dimana kerapuhan Yola tergambar jelas disana.
"Nak, Ibu tahu bahwa menikah disaat ini akan melukai hati Yola. Tapi apa kamu tahu keinginan Yola saat ini?" Tanya Ibu Yola menatap kosong ke depan.
Wajah yang tadi tertunduk lemas, kembali menegak. "Maksud Ibu apa?"
"Yola ingin punya anak, itu yang Yola katakan setelah vonis dokter kala itu. Tapi untuk sekarang itu hal mustahil. Tapi apa kamu tidak bisa mengabulkan keinginannya untuk terakhir kali? Setidaknya ia bisa melihat anak dari suaminya di sisa waktu ia hidup." Jelas Ibu Yola dengan lirih. Semua tenaganya seakan menguap entah dimana. Bagaimanapun ia seorang Ibu, dimana ia akan merasakan sedih saat melihat kondisi anaknya sekarang.
"Bu, tolong jangan desak Wahyu."
"Pikirkan baik-baik perkataan Ibu."
***
"Mas sudah makan?" Tanya Yola saat ia sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Tersenyum, wajah Wahyu mengangguk. Tadi memang ia makan terlebih dahulu sebelum masuk dan menemani sang istri menggantikan Ibu mertuanya.
"Jangan telat makan, ya. Maaf aku tidak bisa melayanimu." Ucap pemilik bibir pucat yang terbaring di atas ranjang.
"Mas tahu apa yang harus Mas lakukan saat kamu sakit, Yang." Usapan lembut dan kecupan penuh kasih didaratkan ke punggung tangan Yola. Memang sejak pacaran dan memilih untuk menikah Wahyu itu tipekal cowok yang penuh perhatian. Bukan materi saja yang ia limpahkan ke sang istri, tapi juga perhatian yang begitu besar. Tak ayal, Yola sangat mencintai Wahyu.
"Bagaimana kabar perusahaan Mas?"
"Baik, semuanya bisa dikendalikan. Jadi kamu jangan berpikir berat." Wanita yang masih cantik itu mengangguk, meskipun ia sudah kehilangan banyak massa di tubuhnya tetapi hal itu tidak mengurangi kadar kecantikannya
"Besok kalau aku sudah tidak ada, jangan Mas paksakan diri untuk lembur terus. Kasihan tubuh Mas."
Deg!
Seolah tahu bahwa umurnya tidak lama lagi, Yola mengucapkan hal itu. Tapi bagi Wahyu ini sangat ia benci, karena ia bukan tipe orang yang mudah putus asa. "Jangan bicara seperti itu, kamu akan sehat, Yang."
"Apa Mas bisa melihat kondisiku? Aku saja berjalan susah, bagian kakiku sudah membengkak. Aku rasa tidak lama lagi usiaku." Menggeleng tegas, Wahyu menolak ucapan sang istri. Ia akan berusaha menyembuhkan sang istri meskipun ia akan kehilangan banyak uang.
"Kita berobat ke Singapura ya, katanya disana bagus pengobatannya masalah kanker, apa Cina?" Tutur Wahyu dengan memandang wajah Yola.
"Tidak usah, uangnya buat Mas sama anak-anak Mas saja."
"Yang, sudah berapa kali aku bilang jangan putus asa. Meskipun ini peluangnya kecil tapi Mas akan berusaha untuk kesembuhan kamu." Ucap Wahyu begitu tegas. Dalam benaknya ia sangat mempercayai bahwa hasil tidak mengkhianati proses. Dan untuk kesembuhan sang istri ia tidak akan main-main dalam hal biaya. Uang bisa ia cari, tapi orang yang kita sayang pastinya jauh lebih berharga dari itu.
Tangan rapuh itu menyentuh kulit wajah Wahyu, "Jika aku bisa bertemu Tuhan, aku hanya ingin diberi waktu yang lama untuk bersamamu Mas. Melihat kamu tertawa bahagia dengan anak-anak kita."
Tangan itu ditangkap oleh tangan Wahyu dan digenggam erat. "Itu doaku sepanjang waktu, Yang. Jadi jangan patahkan doaku, dengan pikiranmu itu."
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Diandra ✔ (KBM & KARYAKARSA)
Fiksi UmumMenjadi kedua bukan keinginan Diandra. Tapi ini sudah menjadi takdirnya, jadi ia mencoba menikmati semua ini. Tapi apa yang harus ia lakukan saat sang suami lebih condong ke istri pertama yang sedang sakit? Dan mengabaikan kehadirannya. *** Ini ha...