BAB 23 | Two Choices

62 24 5
                                    

Bab 23. Two Choices

^^^

"Kak Syahlaa!"

Aku yang tengah memasukkan buku ke dalam tas menoleh ke arah Anna yang memanggilku. Aku baru saja selesai mengajar, dan kini tengah bersiap untuk pulang.

"Ya?" jawabku disertai dengan sebuah senyuman.

Gadis cilik yang memanggilku itu kini berjalan di depanku dengan melenggak-lenggokkan tubuhnya, persis super model tengah bergaya di atas catwalk. Aku terkekeh melihatnya. Anak kecil tingkahnya memang ada-ada saja.

"Anna pakai kerudung baru, loh. Anna cantik, kan?"

Baru saja aku akan menjawab 'iya' untuk menyenangkan si kecil Anna, tiba-tiba saja Kamil—rekan Anna—menjawab, "Anna tidak cantik, yang cantik itu bidadari."

Sontak saja Anna langsung mengerucutkan bibirnya, melirik kesal ke arah teman belajarnya.

"Anna tidak bertanya sama Kamil, Anna bertaya sama Kak Syahlaa. Kenapa Kamil yang jawab?"

"Karena Kamil dengar."

"Kak Syahlaa, Anna cantik, kan?"

Aku terkekeh pelan dan mengangguk sebagai jawaban.

"Kenapa Kamil bilang Anna tidak cantik?" Anna kembali mengarahkan tubuhnya pada Kamil. Bocah lelaki itu tampak santai, duduk anteng dengan menyeruput susu kemasannya.

"Karena masih kalah cantik dengan bidadari."

"Bidadari itu siapa? Kamil bertemu di mana?"

Mendengar pertanyaan itu, Kamil tidak bisa menjawab. Bisa dipastikan, bocah lelaki itu juga tidak paham apa konteks bidadari yang tadi dia ucapkan.

Kuedarkan pandanganku, saat ini hanya Anna dan Kamil yang belum dijemput, sedangkan kelima temannya sudah pulang terlebih dahulu karena jemputan yang datang tepat waktu. Kulirik lagi dua bocah dengan ekspresi yang berbeda di depanku. Anna yang masih cemberut, dan Kamil yang masih berekspresi bingung harus menjawab pertanyaan Anna dengan kalimat apa. Lagi-lagi aku tidak bisa menahan tawaku, berhubungan dengan anak kecil selalu menggemaskan, bikin geleng kepala.

"Sini kita duduk dulu, biar Kak Syahlaa yang ceritakan, apa itu bidadari."

Si kecil Anna yang sudah duduk di sampingku langsung menyuarakan pertanyaannya lagi, "Memangnya benar, Anna kalah cantik dengan bidadari? Siapa bidadari?"

Kupilih kalimat sederhana untuk menjelaskan pada dua anak kecil ini, agar mereka mudah untuk mengerti.

"Kak Syahlaa mau tanya dulu ke Kamil, dari mana Kamil tahu soal bidadari?"

Anak lelaki itu menjawab, "Kamil denger Papa bilang ke Mama kalau Mama itu bidadarinya Papa yang paling cantik."

Aku membolakan mataku sebab terkejut. Oalah, rupanya anak ini mendengar papanya tengah menggombal ke mamanya. Ya ampun, ada-ada saja.

"Dari situ Kamil tahu kalau bidadari itu cantik."

Aku mengangguk tanda mengerti dengan apa yang Kamil maksudkan.

"Sekarang, Kak Syahlaa mau tanya lagi ke Kamil dan Anna, siapa di sini yang mau masuk surga?"

"Aku!" jawab mereka serempak dengan mengacungkan tangan.

"Nah, bidadari itu yang akan menemani manusia, khususnya laki-laki di surga. Mereka itu cantik-cantik."

"Terus, kalau yang masuk surga perempuan, tidak ditemani bidadari?"

VerledenWhere stories live. Discover now