*26*

1.3K 110 17
                                    

Di sebuah ruang kamar bernuansa hitam abu-abu, terlihat sesosok pemuda yang mulai menggeliatkan tubuhnya di balik selimut, dengan posisi tengkurap. Menampakkan punggung telanjangnya, serta rambut yang agak berantakkan. Perlahan, kedua matanya terbuka. Namun di detik berikutnya, dia refleks terduduk, di saat sadar tidak menemukan siapapun di sampingnya. Kepala celingak-celinguk, dengan dahi berkerut bingung.

"Noona,"

Ceklekkk

Baru saja dia ingin beranjak, terlihat sesosok wanita yang baru saja masuk kedalam kamar tersebut. Sembari membawa sepiring pancake lapis ber topping susu putih kental manis, serta beberapa blueberry dan potongan pisang.

"Syukur kau sudah bangun. Jadi aku tidak perlu repot-repot lagi untuk membangunkanmu."

Jely berjalan menaiki kasur dan mendudukan diri di samping Jay yang hanya diam memperhatikannya.

"Nih, kubawakan sarapan untukmu." Diletakkannya kudapan tersebut di atas selimut tepat di depan Jay. Yang awalnya tatapannya berfokus ke Jely, diarahkannya perlahan tatapan itu kebawah. Lantas, kerutan di kening pun mulai terlihat.

"Kenapa cairanku ada disin- AW! SAKIT, NOONA."

"Makanya jangan sembarangan kalau ngomong."

Bibir berkerut cemberut, Jay mengusap-usap lengannya yang baru saja Jely cubit kuat. Kenapa tidak, susu putih kental manis yang menyelimuti pancake itu malah di sebut cairannya. Ada-ada saja. Ya, walaupun dia tahu Jay hanya sekedar bercanda.

"Ayo dimakan. Biar setelah itu kamu mandi, terus bersiap untuk berangkat kuliah."

Alih-alih menjawab, atau melakukan apa yang disuruh, Jay justru hanya diam. Bungkam. Pandangannya mengarah kearah lain, sembari tangan yang masih mengusap-usap pada lengannya. Melihat itupun justru membuat Jely heran. Bertanya-tanya. Apa cubitannya sesakit itu?

"Jay,"

Tak ada respon.

Jely menghelan napas, "Jay. Sakit banget, ya? Yaudah, aku minta maaf. Aku sungguh minta maaf." Tangan Jely mulai ikut mengusap-usap lengan kekasihnya. Nampak bersalah dan menyesal.

Pun, Jay akhirnya mau menatapnya lagi. Walau hanya tatapan datar. Mengangkat perlahan sepiring kudapan itu, dan meletakkannya di meja nakas. Tentu langsung membuat Jely kembali bertanya-tanya.

"Lah, kok gak dimakan?"

"Sarapan ini ditunda dulu. Aku ingin sarapan yang lain."

"Sa-sarapan yang lain?" Entah kenapa Jely merasa gelagapan. Tubuhnya seketika merinding tidak karuan. Apalagi saat Jay tiba-tiba langsung menindih tubuhnya. Dengan tatapan penuh nafsu.

"J-jay. Kau harus berangkat kuliah. Bukankah hari ini kau ada ujian bulanan, eum?"

Tanpa menghiraukannya, Jay terus mengecup sekaligus menjilati leher Jely. Dengan perlahan turun hingga ke pucuk dadanya yang masih terbungkus oleh dress tidur tipis. Mengecup, menggigit, dan melumatnya begitu rakus. Seakan kelaparan. Sebelah tangannya pun aktif meremas kuat payudara yang lainnya dari dalam dress.

Sungguh, Jely terengah-engah di buatnya. Desahan pun kian terdengar. Kini Jay perlahan mendudukkan tubuh Jely di atas pangkuannya. Melepas dress tidur tersebut, dan kembali merebahkannya. Saling melumat lembut, sembari tangannya terus bermain pada dada wanita itu.

"Jay, kau harus-"

Ucapan Jely refleks terpotong di saat Jay yang mulai mengangkat tubuhnya, dan membawanya menuju kamar mandi. Satu tangannya pun sigap menyalakan shower, sembari menghimpit dan kembali mencumbunya. Di bawah pancuran air hangat yang mampu membasahi tubuh mereka berdua.

ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang