*35*

846 87 31
                                    

Jay perlahan membuka matanya. Menatap sekelilingnya, dan mulai mendudukkan diri sembari memegangi kepalanya yang terasa pening. Pusing. Di tatapnya sang teman yang rupanya sedari tadi masih setia berdiri menunggunya hingga siuman. Jujur, Sunghoon begitu terkejut sekali disaat melihat Jay yang tiba-tiba saja terjatuh pingsan. Pun, dia langsung mengangkat tubuh pemuda itu ke dalam mobilnya, yang di bantu oleh Tuan Jeon dan Jimin juga. Dan segera membawanya menuju apartement Jay.

"Dimana Jely noona?"

Sunghoon menghela napas, "Sudah pulang. Bersama Tuan Jeon"

"M-mwo?"

Pemuda bersurai blonde itu pun kembali menghela napas, dan mendudukkan dirinya di tepi kasur Jay.

"Tadi mereka sempat membantuku untuk mengantarkanmu kesini. Dan tidak berselang lama, mereka pun memutuskan untuk langsung pulang. Tidak-tidak. Lebih tepatnya, Jely noona lah yang memutuskan untuk pulang. Mau tidak mau, pamanmu juga ikut pergi dan mengantarkannya."

Tubuh Jay lantas langsung tersandar. Mengusap wajah maupun surainya begitu gusar. Rautnya pun nampak sendu.

"Tadi aku sempat mendengar pembicaaran pamanmu dan juga Jely noona. Bahwa," Sunghoon menjeda ucapannya sebentar, dan menatap sang teman dengan perlahan. Berhati-hati. Mencoba memberanikan diri untuk mengungkapkan suatu hal yang memang harus Jay ketahui. Walau, dia pun sebenarnya agak ragu. Takut Jay semakin kenapa-napa jadinya.

"Dalam waktu dekat ini, mereka akan segera melangsungkan pertunangan. Yang di susul dengan pernikahan, setelahnya."

Jay sigap mengangkat kepalanya. Nampak begitu terkejut. Badannya pun sigap dia tegapkan, dan menyentuh kedua pundak Sunghoon. Seakan ingin meminta penjelasan lebih.

"Apa kau sedang bercanda? Apa kau sedang mengarang, Park Sunghoon?! Noona tidak mungkin mau begitu saja menerimanya. Noona tidak mungkin mau!"

Sunghoon menatap pemuda itu miris. Membiarkan tubuhnya tetap di guncang-guncang. Dia paham akan perasaan Jay sekarang. Dia tentu paham sekali.

"Jay,"

"Noona tidak mungkin mau, Sunghoon!"

"Jay, kau harus move on!"

Jay langsung terdiam.

"Kau harus move on. Come on! Jangan seperti ini terus. Harus sampai kapan, huh?"

Jay masih terdiam, dengan kedua tangan yang perlahan turun dan terlepas dari kedua pundak Sunghoon. Tubuhnya pun kembali tersandar. Tertunduk.

"Aku," Jay menghela napas. "Aku tidak bisa."

"Kenapa?"

"Aku masih mencintainya." Sahut Jay lantang. Menatap Sunghoon sekilas, kemudian kembali tertunduk lesu.

Lantas, Sunghoon pun mendengus. Dan mengacak kedua bahu Jay cukup erat. Memaksa tubuh itu untuk kembali tegap.

"Dengar. Walaupun kau masih mencintainya, tapi tidak dengan dirinya. Dia sudah terlanjur kecewa sekali denganmu, Jay. Dia sudah terlanjur benci. Karena ulahmu sendiri. Dan mungkin, sampai kapanpun dia tidak akan pernah mau berinteraksi seperti dulu lagi denganmu. Jadi, buanglah semua harapanmu untuk bisa membuatnya kembali lagi. Move on lah, Jay. Move on!"

"YA!" Jay langsung menepis kasar tangan Sunghoon pada pundaknya, sembari tatapan yang berubah menajam.

"Kau sahabatku. Seharusnya kau mendukung, bukan malah sebaliknya."

"TAPI ITU FAKTA, BRENGSEK! ITU FAKTA. Kau seharusnya sadar atas apa yang sudah kau perbuat. Aku sudah mencoba untuk memperingatkanmu agar tidak bermain-main dengan wanita lain lagi. Tapi kau justru malah semakin menjadi-jadi. Dan sekarang, apa yang telah kau dapat? Kehilangan sosok orang yang kau cintai, bukan? Jadi, nikmatilah."

ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang