Move

1.6K 148 3
                                    

Sejak malam tadi Sunghoon tak berhenti berpikir, benarkah keputusannya saat ini, atau nantinya ia akan menderita. Ya, meskipun tak menutup fakta bahwa memang ia membutuhkannya dalam jangka waktu dekat, tetap saja ada perasaan yang janggal di hatinya.

Pemuda Park itu menatap flat kecil yang telah menjadi atapnya berteduh selama bertahun-tahun. Mungkin tempat ini akan menjadi tempatnya berlari nanti. Entah, rasanya ia tak ingin meninggalkan flatnya, meski dirinya telah muak dengan keadaan.

Denting ponsel sedikit mengejutkannya, menampilkan notifikasi dari Karina.

-

From : Karina (Ast. Ethan)

Park Sunghoon.
Orang yang akan menjemputmu tiba dalam beberapa menit.
Segera bersiap.

To : Karina (Ast. Ethan)

Okay. Thank u, Karina.

-

Sunghoon mulai mengangkat tas ranselnya dan sebuah kotak berisi beberapa barang pentingnya. Ketika membuka pintu, Sunghoon dikejutkan dengan keberadaan seorang pria berbadan besar, pakaiannya sangat rapi. Beruntung Sunghoon mengingat pesan dari Karina, ia langsung melirik pergelangan tangan pria itu. Aman, ada gelang biru terikat disana.

"Selamat siang, Tuan Park. Saya Hwang Kangmin, ditugaskan oleh Tuan Lee untuk menjemput anda, selain ini apakah ada barang-barang yang harus dibawa lagi?"

Sunghoon agak terkejut sebab pria itu langsung mengambil alih ransel dan kotak berisi barang-barang yang ia bawa, "Tidak ada. Ah, jangan panggil aku tuan, panggil saja Sunghoon. Oh iya, apa anda tidak keberatan membawa barang-barangku? Aku masih bisa membawanya sendiri, kok. Lagi pula ini kan milikku."

Pria itu menggeleng pelan, "Tidak apa, Tuan. Ini sudah menjadi tugas saya. Mari ikuti saya."

Kangmin berjalan mendahului Sunghoon. Posturnya yang tegap dan kekar membuat Sunghoon merasa kecil sekali jika berjalan berdampingan dengannya. Padahal tinggi badan keduanya hanya selisih beberapa senti.

Selama perjalanan menuju unit barunya, Sunghoon memilih diam, menatap jalan yang ia lalui. Ini pertama kalinya Sunghoon diperlakukan bak seorang pangeran. Rasanya ia ingin menangis saja.

"Apa ada yang ingin ada beli sebelumnya, Tuan Park?"

Sunghoon menggeleng pelan, "Tidak ada."

Butuh waktu setengah jam bagi mereka untuk sampai di gedung apartment itu, dan sepanjang perjalanan itu pikiran Sunghoon tak henti-hentinya berlarian. Ia masih ragu atas keputusannya, meski tak ada jalan untuk kembali.

"Paman, boleh aku bertanya?" Sunghoon yang agak ragu mengeluarkan suaranya.

"Tentu. Ada apa, Tuan?"

"Ethan. Bagaimana sifat Ethan?"

"Tuan Lee cukup keras, keinginannya harus terpenuhi. Makanya, ketika Tuan Lee melihat data kalian dan langsung tertarik, permintaan beliau tak terbantah oleh Mrs. Karina. Namun, di saat yang bersamaan Tuan Lee pasti memperhatikan baik dan buruknya keputusan yang beliau ambil."

Hening yang mengisi ruang selanjutnya. Sunghoon memilih benar-benar membungkam mulutnya setelah mendapat jawaban dari Kangmin.

Lima belas menit kemudian, keduanya sampai di lobby gedung apartment baru Sunghoon. Lagi-lagi Kangmin yang membawa barang-barang milik Sunghoon, meski yang lebih muda ingin membawanya sendiri.

"Tuan Park tak perlu khawatir, Tuan Lee pasti akan memperlakukan anda dengan baik. Saya yakin seratus persen, selama Tuan Park tidak melanggar apa yang diatur oleh beliau," ujar Kangmin, pria itu paham betul apa yang dirasakan oleh Sunghoon.

𝐒𝐢𝐫 𝐄𝐭𝐡𝐚𝐧Where stories live. Discover now