Little Chef

1.3K 129 4
                                    

Sampai di unit barunya, Jay langsung melemparkan badannya pada ranjang di kamarnya. Tak peduli dengan baju yang ia kenakan harus diganti. Ia hanya butuh tidur.

Memang semalaman penuh ia sama sekali tidak diserang kantuk. Berakhir ia terjaga sampai pagi.

Jujur, matanya sudah berat dan pedas, tapi tak sekalipun ia bisa memejamkannya. Akhirnya, Jay memilih untuk bermain ponsel. Mungkin dengan itu ia bisa cepat tertidur.

Ah, ia teringat dengan ruang obrolan yang ia buat semalam untuk dirinya, si kecil Jake, juga si cantik Sunghoon.

Balasan-balasan dari Sunghoon sukses membuatnya tertawa. Sunghoon terlihat sangsi dengan dirinya. Padahal Jay sama sekali tidak berniat mengusiknya. Tapi memang jika boleh jujur, ekspresi kesal Sunghoon sangat candu.

Setelah tak ada lagi balasan dari Jake maupun Sunghoon yang lebih dulu terdiam, Jay memejamkan matanya. Semoga saja ia bisa tidur sebentar.

Benar saja, belum ada sepuluh menit ia terpejam, napasnya sudah teratur. Ia terlelap begitu cepat. Entah karena didukung oleh suasana yang nyaman atau karena memang ia kelelahan.

Pemuda Park itu menghabiskan waktu hampir empat jam untuk mengistirahatkan dirinya. Hingga ia terbangun karena lapar, sebab dirinya memang tak mengisi perutnya sejak semalam.

Jemarinya meraba ke seluruh sisi tubuhnya, mencari ponsel pintar yang ia letakkan entah dimana. Setelah menemukannya, ia membuka fitur kamera. Kebiasaannya sejak lama, melihat keadaan wajahnya setelah terbangun dari tidurnya.

Merasa tak tahan dengan rasa laparnya, Jay akhirnya bangkit dari ranjangnya. Langkah kaki membawanya menuju dapur. Ia terkejut ketika membuka pintu kulkas. Jay tidak menyangka jika kulkasnya akan diisi sepenuh ini. Bahkan Jay sendiri tak pernah mengisinya hingga penuh dan astaga sepertinya ia bisa membuka mini market disini.

Jay meraih sebotol jumbo cola, terlalu malas mengambil gelas pemuda itu memilih langsung menenggaknya. Setelahnya ia mencari inspirasi di internet, apa yang harus ia makan saat ini. Jujur, ia sangat ingin mengisi perutnya yang terus meronta kelaparan.

Pilihannya jatuh pada nasi goreng kimchi, dan mungkin ia akan menambahkan beberapa potong daging.

Jay mulai menyiapkan bahan masakannya. Tangannya dengan lincah bergerak kesana-kemari. Kali ini ia tengah menumis kimchi yang akan ia gunakan, tak banyak sebab memang ia hanya buat untuk dirinya sendiri.

"Fuck! Who are you-Ethan?!!!"

Di tengah kegiatan memasaknya, Jay dikejutkan dengan sebuah lengan yang melingkar di pinggangnya. Sungguh, ia hampir saja menghantam si pemilik lengan dengan spatula. Untung saja, dirinya langsung menyadari eksistensi Ethan di belakangnya.

"M-maksudnya, Daddy? What are you doing here?"

Ethan menggeleng pelan, "Aku hanya ingin mengunjungimu, tidak boleh?"

Jay sukses dibuat gelagapan, "NO!! Maksudnya, bukan seperti itu. Aku kaget, tiba-tiba ada dirimu di belakangku."

Ethan mengeluarkan kekehan ringannya. Sialan, Jay menyadari hal itu benar-benar membuat Ethan terlihat tampan. Ah, Ethan memang tampan, ditambah kekehan itu kadar ketampanannya meningkat drastis.

"Aku minta maaf karena masuk kesini tanpa izinmu, aku sudah menunggu hampir sepuluh menit di depan pintu. Tapi kau tak kunjung keluar, aku berpikir mungkin kau sedang di kamar mandi."

Jay menghentikan kegiatannya, lalu berbalik menatap Ethan yang kini telah duduk di mini bar, menghadapnya.

"Sepuluh menit? Maaf, aku benar-benar tak mendengar bel berbunyi."

𝐒𝐢𝐫 𝐄𝐭𝐡𝐚𝐧Where stories live. Discover now