After Care

1.6K 131 13
                                    

Sinar matahari yang masuk melalui celah gorden membuat Jay terbangun dari tidurnya. Namun, kehangatan yang ia rasakan seakan tak ingin segera melepas. Jay bergerak mendekati kehangatan dan kenyamanannya. Hirup aroma maskulin yang menyeruak penuhi napasnya.

Tunggu. Seingatnya, ia tak pernah miliki parfum dengan aroma seperti ini. Dan lagi, ia tak pernah merasa senyaman dan sehangat ini, terlepas unit apartment yang ia tempati pasti memiliki fasilitas terbaik.

Lantas terbukalah mata Jay, dengan kening yang berkerut ia pandangi apa yang membuat paginya seperti ini.

Astaga! Di hadapannya saat ini adalah Ethan. Pria itu masih terpejam tenang. Jay berusaha menjauh secara perlahan, namun gagal. Sebab, nyatanya lengan Ethan melingkar di pinggang Jay, dengan itu memudahkan yang lebih tua makin dekapkan Jay pada dirinya.

Jay menahan napasnya sesaat, setelah sadar bahwa dirinya dan Ethan dalam keadaan shirtless. Rona merah di pipinya hadir, panas pun ikut merambat.

Ingatan tentang apa yang terjadi semalam hadir. Jay lantas menutup wajahnya dengan selimut. Sungguh ia malu entah pada siapa dan entah pada apa.

Semalam itu, Ethan benar-benar sukses membuatnya hilang akal. Jay sukses dibuat lupa daratan.

"Baby?"

Jay mendadak kaku. Ia tak sadar bahwa pergerakan kecilnya mampu membangunkan Ethan dari lelapnya. Jay lantas memejamkan erat matanya, pura-pura tidur. Agak bodoh memang.

Yang Jay tidak tahu adalah Ethan telah mengetahui dirinya telah terbangun. Kelakuan Jay mampu terbaca dengan jelas oleh yang lebih tua. Ethan makin eratkan lingkaran lengannya pada pinggang ramping Jay. Hidung bangirnya bergerak memeta aroma manis yang menenangkan dari tengkuk Jay.

Badan Jay menegang begitu merasakan hembusan napas hangat yang menyentuh tengkuknya. Jemarinya meremat selimut tebal yang menutup badannya dan Ethan. Ia menggigit pipi dalamnya menahan sesuatu yang akan keluar dari bibirnya.

"Hngh."

Tapi Jay tetaplah Jay. Mana mampu ia menahan tiap afeksi yang Ethan berikan. Mana mampu ia menahan rasa ingin lebih. Mana mampu. Jay memang tak pernah mampu menahan dirinya.

"Hngh, Ethan.."

"Yes, baby?"

Bahu jay bergerak naik, menahan geli yang hadir begitu Ethan menyesap tengkuknya. Hadirkan ruam kemerahan disana.

Ethan sedikit menjauh, menatap Jay yang tampak terengah-engah. Padahal Ethan sama sekali tidak menyentuh atau bahkan menghalangi pergerakan napasnya. Netranya menatap ruam-ruam merah yang tercipta atas kelakuannya semalam. Garis bibirnya terangkat, puji-puji hasil karyanya pada kanvas cantik dalam dekapannya saat ini.

Dengan mudahnya, Ethan mampu membalikkan tubuh Jay untuk menghadapnya. Yang lebih muda memekik terkejut, ia lantas mencengkram lengan Ethan begitu erat.

Netra keduanya bertemu pandang, Ethan gerakkan jemarinya. Usap halus rahang tajam si pemuda kelahiran bulan keempat itu. Belah bibirnya pun tak luput dari sasaran si Libra.

"You're so hot last night, Little One. I can't believe that it was your first. Is it true?"

Jay tercekat, ia memberikan respon dengan anggukan patah-patah, "It was my first."

Jemari Ethan merambat naik menuju surai kelam Jay. Menyisirnya pelan, sesekali berikan pijatan di kepala juga tengkuknya. Jay memejamkan matanya, gerakan jemari Ethan mengantarkannya pada rasa nyaman. Tubuhnya seketika mendamba ingin diperlakukan sama.

𝐒𝐢𝐫 𝐄𝐭𝐡𝐚𝐧Where stories live. Discover now