Ponsel Anila berdering nyaring, memenuhi ruang kerja wanita tersebut. Anila yang tengah berkonsentrasi penuh dengan apa yang ada di layar komputer, mengulurkan tangan. Meraba-raba tempat di mana seingatnya, merupakan lokasi ponsel miliknya berada.
Ketika Anila menggenggam benda, yang ia curigai ponselnya, dengan segera digesernya jari di permukaan layar untuk menjawab panggilan. Tanpa melihat siapa yang menghubunginya. Dalam seketika, Anila langsung menyesali sikap yang dia ambil. Saat mendengar suara tegas yang keluar dari alat penerima suara.
“Anila!”
“Anilanya enggak ada!” kata Anila dengan segera sebelum si Penelepon mengatakan apa pun, “dia mati!”
“Terus ini siapa!?” sahut suara dari seberang panggilan.
“Ini manusia planet mego-mego. Dah, ya!” Bersamaan dengan berakhirnya kalimat itu, Anila memutuskan sambungan.
Tapi mengenal sifat si Penelepon yang tahu tabiat Anila, bukan hal aneh jika suara dering telepon kembali menggelegar. Anila menerima panggilan tersebut, hanya untuk kemudian dimatikan ketika si Penelepon baru mengatakan, “Ani—”
Sekali lagi, suara dering terdengar dan lagi-lagi Anila menerima panggilan dan mematikannya.
Hal tersebut terus berlangsung hingga pada ke sepuluh kalinya, si Penelepon berseru kencang dan sangat cepat. Bahkan mendahului kecepatan Anila memutus sambungan. “BOCAH! KALAU EMANG ENGGAK MAU JAWAB JANGAN DIANGKAT!”
Akhirnya Anila, setelah sepuluh kali menghindar, menjawab, “Suka, suka, yeee ….”
“Eh, Orang Jelek! Berani ya ngomong begitu! Siapa yang baru-baru ini kawin lari?”
“Siapa yang kawin sambil lari-lari?” Dan untuk ke sebelas kalinya, Anila memutuskan sambungan telepon.
Efek Kupu-kupu dari Kabar Burung (Bagian 1) - Selesai
Untuk semua yang sudah membaca, memasukan judul ini ke Daftar Bacaan, vote/like, berkomentar dan juga follow, Aku ingin mengucapkan terima kasih. Aku … sangat senang. Semoga kalian enggak kecewa atau menyesali karena sudah melakukan itu.
LLCAN
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tangga
General Fiction“Ayo, kita menikah.” Berawal dari kalimat itu semua bermula.