Pindah Rumah (Bagian 1)
Baru sepekan sejak lamaran Dewa yang mencengangkan. Kini status Dewa dan Anila yang semula berstatus Musuh-Tapi-Dekat, berubah menjadi suami-istri. Tidak seperti pasangan berbahagia lain, setelah berikrar untuk terus bersama baik senang atau susah mereka akan menjalani Bulan Madu. Dewa dan Anila sibuk dengan kepindahan mereka.
Setelah saling berdebat, berargumen, dan menghina satu sama lain bahkan mengejek layaknya anak berumur 5 tahun, demi mendapatkan kuasa tempat tinggalnya-lah yang mereka tempati. Mereka berdua akhirnya sepakat bahwa mereka butuh tempat netral di mana tidak ada yang merasa tinggi atau rendah. Maka mereka pun membeli rumah baru dan mulai mengisinya dengan barang-barang mereka.
“Ini isinya apa?” tanya Dewa sambil lalu mengenai kardus berisi barang-barang Anila yang belum dirapikan.
“Jangan pegang! Nanti barang-barangku kudisan!” seru Anila sambil mendekap kardus yang ingin dibuka Dewa.
Mendengar itu alis Dewa terangkat. “Kudisan!?”
“Iya, temennya panu. Masa kamu enggak tahu. Padahal kamu yang punya.”
“Maksud kamu apa?” Bibir Dewa merenggut saat mengerti maksud Anila sedari awal.
“Kamu kudisan!” Anila menjawab dengan nada menantang. Seakan mengatakan rahasia yang Dewa sembunyikan. Meski sebenarnya ia tahu dengan baik Dewa tidak memiliki apa yang ia tuduhkan. Namun ia tidak suka, amat sangat tidak suka, jika orang lain menyentuh barang-barang pribadinya. Tidak peduli siapa pun itu.
“Hush! Hush! Pergi sana! Bereskan barang-barangmu sendiri sana,” usir Anila yang merasa dijajah pada Dewa yang masih tercengang.
Pindah Rumah (Bagian 1) - Selesai
___
Untuk semua yang sudah membaca, memasukan judul ini ke Daftar Bacaan, vote/like, komentar dan juga follow, Aku ingin mengucapkan terima kasih. Aku … sangat senang. Semoga kalian enggak kecewa atau menyesali karena sudah melakukan itu.
Terima kasih,
L
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tangga
General Fiction“Ayo, kita menikah.” Berawal dari kalimat itu semua bermula.