Chapter 12

592 76 0
                                    

Langkah kaki Aran terus dipercepat menuju arah kamar mandi. Untuk kesekian kalinya, darah mengalir dari hidung Aran tanpa sebab.

Setelah memasuki kamar mandi, Ia menutup kencang pintu kamar mandi itu dan langsung mencuci tangannya di wastafel. Tak lupa Ia mencuci bekas aliran darah dari hidungnya.

Tangan Aran mulai bergetar. Keringat dirasanya keluar dengan sendirinya. Aran seperti merasakan sesuatu yang belum pernah Ia rasakan.

Pandangan Aran terasa sedikit goyang. Namun Ia tak menghentikan kegiatannya dalam membersihkan bekas darah itu.

"Ran!" seruan tiba-tiba dengan disusul suara pintu dibuka dengan kasar.

Aran tak menoleh sama sekali. Ia sudah tahu, suara itu merupakan suara dari Florenzo yang dihafalnya.

Seruan itu juga tak membuatnya menghentikan kegiatannya. Ia terus mencuci tangannya dan hidung dengan tangan gemetar.

"Aran." panggil Florenzo yang kemudian memegang pundak Aran.

Betapa terkejutnya Florenzo ketika menatap Aran. Ia melihat wajah pucat dari Aran. Dan Ia melihat wajah Aran yang sudah dipenuhi keringat.

"Lo kenapa?" tanya Florenzo kepada Aran.

"Ran!"

"Ran!"

Seruan lainnya menyusul dari teman-teman Aran yang baru saja sampai. Tak lupa juga Anin yang kini menunggu didepan toilet bersama dengan Mira dan Olla.

Suara suara itu tak juga membuat Aran menjawab. Florenzo menatap mata Aran. Sahabatnya itu seperti orang tak fokus.

"Ran, lo kenapa?" tanya Florenzo sekali lagi.

Aran menggelengkan kepalanya lemah. Ia melihat kearah tangannya. Sedetik kemudian Ia merasa lega. Sudah tidak ada bekas darah disana.

"Gakpapa. Gue gakpapa Flo." jawab Aran pada akhirnya.

"Lo pucet banget Ran. Kita balik rumah sakit ya?" kini Aldo mendekati Aran.

Aran tersenyum dengan bibirnya yang pucat. Ia menepuk pundak Aldo dan Florenzo seperti biasa.

"It's okay. Gue gakpapa Flo Do Zee." ujar Aran.

Tanpa berbicara lagi, Aran melangkahkan kakinya untuk keluar dari toilet laki-laki. Ia membenarkan sweater yang dikenakan nya.

Sekitar 5 meter didepan sana. Ia melihat Anin Olla dan Mira yang sepertinya menyusulnya. Ia tersenyum menatap mereka.

Langkah kakinya Ia gerakkan untuk mendekati ketiga gadis yang penting untuknya.

'Apa gue tetep bisa ngelihat kalian untuk waktu yang lama?' batin Aran.

Karena efek mimisan yang berbeda dari biasanya. Ketika melangkahkan kakinya semakin mendekati ketiga gadis didepan sana, Ia merasakan pandangannya semakin bergoyang.

Aran sudah tak dapat lagi mengendalikan pergerakan tubuhnya yang entah berjalan lurus atau tidak.

Tetapi, Aran terus memaksakannya. Hingga pada akhirnya, Ia sudah tidak kuat lagi menahan nya.

Belum sempat Ia terjatuh ke lantai. Sebuah tangan memegang lengannya dengan kuat dan membantunya untuk duduk terlebih dahulu.

"Kenapa?"

Suara lembut itu.

"Gakpapa Kak." jawab Aran dengan tersenyum.

"Kamu sakit?" tanya gadis itu sekali lagi.

Last DropWhere stories live. Discover now