senja sendiri

13 3 0
                                    

Tina adalah gadis kecil pindahan dari pulau sebrang. Teman pertamanya di kompleks itu adalah Alex.

Tina dan Alex menjadi teman dekat dalam sekejap. Mereka selalu menyapa tiap pagi dan membuat rencana bermain untuk siangnya selepas pulang sekolah. Mereka akan pergi ke taman dan naik sepeda Tina mengelilingi perumahan atau ke rumah Tina atau Alex untuk bermain.

Hari ini berjalan seperti biasanya. Siang hari Tina pulang sekolah, cepat-cepat dia mengganti pakaian. Gadis kecil itu langsung melesat ke pintu rumah dan berpamitan dengan ibunya yang akan berangkat arisan.

Tina mengetuk rumah Alex sambil memanggil nama kawannya. Tak beberapa lama kemudian ia sudah di hadapan Tina. Alex menarik Tina tanpa aba-aba. Tina terkejut dan hampir terjatuh. Pintu ditutup rapat.

"Aku akan menunjukkanmu sebuah rahasia, cepat-cepat!" ujar Alex dengan nada senang.

Tina tertarik untuk memecahkan rahasia. Tina mengambil posisi tepat untuk berjalan dan mengekori Alex.

"Aku menemukan sebuah buku, lihatlah. Sebentar."

Sesampainya di kamar rahasia mereka, Alex mengobrak-abrik isi loker. Dia sangat tidak sabar sehingga isinya berantakan di lantai. Tina yang juga merasakan seperti itu, menyusul Alex dan membuka loker lain. Namun, ia tidak mengobrak-abriknya.

Alex berpindah ke loker Tina. Tina bergeser ke loker Alex. Dia memungut isi-isi loker itu di lantai, merapikannya, lalu memasukkan ke loker. Begitu sampai Alex menemukan buku yang dimaksud. Buku itu berada di loker paling bawah dan terpojokkan.

"Ah, iya. Aku lupa aku menaruhnya di sini. Yeah, setidaknya ini tempat persembunyian buku rahasia yang paling tepat," ungkap Alex.

Tina menutup loker terakhir yang sudah dirapikan. Dia pun menyahut buku berjudul "Pe-la-ngi" itu dan memandang sampulnya yang kusam.

"Dapat darimana ini?" tanya Tina.

"Aku tidak tahu. Kemarin Papa membersihkan gudang dan mengeluarkan kardus-kardus. Salah satunya berisi buku-buku. Aku hanya mengambil buku ini karena menarik," terang Alex dengan napas berantakan karena begitu senang.

Senyum Tina melebar setelahnya. "Bagus. Kau menemukan ini di tempat yang misterius, pasti buku ini—" Belum mengatakan sepenuhnya, ia terkejut karena melihat kilauan pelangi di sampul buku.

"Ajaib,"  sambungnya.

Tina dan Alex saling memandang. Mata Alex melebar bersamaan dengan senyumannya.

"Itulah yang mau aku katakan, Tina! Buku ini berkilauan!" seru Alex. "Aku belum membacanya karena aku ingin membacanya bersama kau!" sambungnya.

Tina tertawa senang karena tak percaya. Cepat-cepat dia membuka halaman pertama. Buku itu langsung mengeluarkan kilauan emas di setiap kalimatnya.

"Lihat, telapak tanganmu akan berwarna jika kau meletakkannya di sini!" Kalimat itu tertulis di halaman pertama.

Tanpa pikir panjang, dia meletakkan telapak tangannya di halaman itu. Kilauan warna-warni pun nampak. Tina tidak merasakan apa-apa, dia langsung mengangkat tangannya dan melihat. Tina dan Alex tertawa tak percaya. Tangan Tina benar-benar berwarna warni seolah-olah habis dilukis.

"Cobalah Alex!" pinta Tina.

Alex melakukan hal yang sama. Mereka pun tertawa lebih keras lagi. Alex beberapa kali berkata "wah!" sambil melihat lagi ke telapak tangannya yang bewarna.

Tina pun membaca kalimat selanjutnya keras-keras yang berisikan:

"Warna itu sudah kering, jangan khawatir jika ingin memegang barang-barangmu."

NOVEMBEROpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz