-8- Lumpur, Hukuman, dan Ransel

207 30 0
                                    

Happy reading!

(^∇^)ノ♪

(^∇^)ノ♪

(^∇^)ノ♪


Kelas X Bahasa 2 kembali ramai. Satu persatu penghuni kelas mulai memasuki ruang kelas. Waktu istirahat telah habis 5 menit yang lalu. Sembari menunggu para anggota OSIS, mereka mulai mengeluarkan barang-barang MOS. Tak lupa kembali mengenakan name tag masing-masing.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh adik-adik semua."

Akhirnya yang ditunggu-tunggu telah datang. Penghuni kelas X Bahasa 2 pun kompak menjawab salam. Murid X Bahasa 2 semuanya memang beragama Islam. Ahra yang tadi mengucap salam, tersenyum. Kompaknya kelas ini. Batin Ahra.

"Masih semangat kan untuk mengikuti kegiatan MOS yang kedua ini?" Tanya Esa.

"Pastinya dong Kak." Jawab salah satu penghuni kelas.

"Kenapa gitu?" Arken bertanya.

Aldi mengangkat tangan, ijin menjawab. "Ga sabar pengin liat penderitaan yang ga bawa barang-barang MOS Kak. Seru aja gitu."

Arken menggeleng-gelengkan kepala, "jawaban yang jujur ya."

"Sepertinya barang-barang MOS yang kemarin OSIS diminta bawa sudah kalian sediakan di meja masing-masing ya ... " ujar Berta, nada suaranya datar. Berusaha datar lebih tepatnya. "kami akan cek satu-persatu." Lanjut Berta.

Keempat senior itu pun berpencar, mereka mengecek secara acak. Ahra dan Berta mengecek siswi, sedang Arken dan Esa mengecek siswa.

"Katanya sayang. Tapi kok ngilang? Kamu tuh nyebelin. Aku benci sama kamu, tapi kenapa aku tetep gak bisa lupain kamu?" Baca Ahra dengan intonasi suara yang mendramatisir.

"Kamu korban ghosting Dek?" Yang ditanyai tak menjawab, tapi Ahra tahu jawabannya. "Gapapa kok, semoga cepat move on ya Dek." Ucap Ahra lalu membuka tutup botol yang ada di hadapannya. Mencium aromanya. "Oke betul."

"Kamu manis. Kamu lembut. Kamu menggemaskan. Aduh ... arumanis, kamu memang yang terbaik, love you." Esa membaca quotes salah satu siswa.

Lelaki itu menatap sang pemilik name tag, berkomentar, "gue kira siapa ternyata arumanis." Ditambah dengan memasang ekspresi miris.

Yang dikomentari menggaruk tengkuk, "soalnya bingung quotes nya Kak."

"Oke. Untung bener lo Dek. Coba kalo salah, gue bakal minta lo bacain quotes ini keras-keras di depan kelas." Ujar Esa dengan nada bercanda setelah membuka dan mencium aroma air didalam botol bekas mineral. Kemudian berlalu meninggalkan siswa tadi yang kini menghembuskan napas. Untung blog nya bener. Batinnya lega.

"Ga usah sok lucu. Gue gemes dunia bisa berakhir. Mau?"

Arken menaikkan alis setelah membaca quotes itu. "Ngeri amat." Komennya. Yang dikomeni tetap memasang wajah dinginnya. "Biasa aja Kak." Untung Arken memaklumi. Idaman para cewek, dingin-dingin hangat gini.

"Kalian bawa air lumpur kan?"

Ahra bertanya kepada tiga gadis yang dua diantaranya duduk bersebelahan dan satunya lagi duduk di depan. Tinggal mereka yang belum di cek.

"Iya Kak." Jawab gadis berambut sebahu. Ketiganya membuka tutup botol, Ahra mencium aroma yang keluar satu persatu. Wajahnya memerah.

"Air lumpur asli dari kebun." Ujar salah satu dari mereka, gadis berambut bergelombang.

The Cute Crazy Girls - Filila SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang